Tips for Sandwich Generation: Menyeimbangkan Kebutuhan Pribadi, Keluarga dan Bisnis Secara Bersamaan

[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Bagaimana generasi sandwich dapat menyeimbangkan kebutuhan pribadi, keluarga, dan membangun bisnis secara bersamaan?

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Mengelola keuangan bukanlah tugas yang mudah, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Apalagi, di Indonesia saat ini marak dengan istilah “sandwich generation” atau “generasi sandwich”, yaitu kondisi ketika sebuah generasi harus menanggung hidup tiga generasi sekaligus, yakni orang tua, diri sendiri, dan anak (atau adik).

Zaman sekarang semakin banyak anak muda, yang juga bagian dari generasi sandwich, memiliki mimpi membangun usahanya sendiri, baik dalam skala kecil hingga besar. Ini mereka lakukan untuk mengembangkan kondisi finansialnya, entah karena ingin berkarya secara independen, atau mempunyai passion yang ingin mereka kejar.

Pertanyaannya, bagaimana generasi sandwich dapat menyeimbangkan kebutuhan pribadi, keluarga, dan membangun bisnis secara bersamaan? Bertepatan dengan Bulan Inklusi Keuangan serta mendukung Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) oleh OJK, Bank DBS Indonesia memberikan lima tips yang bisa Anda coba. Yuk, cek kiat-kiatnya di bawah ini!

Tips for Sandwich Generation: 5 Cara Atur Keuangan Bisnis, Keluarga, dan Pribadi 

Analisis kondisi keuangan diri sendiri dan keluarga saat ini

Siapa bilang sandwich generation tidak bisa punya bisnis sendiri? Dengan perencanaan keuangan yang konsisten dan detil, bukan tidak mungkin kita juga bisa mengembangkan bisnis kita! Namun, sebelum membuat rencana keuangan dan rencana bisnis, penting untuk memahami kondisi keuangan diri sendiri dan keluarga secara detil.

Mulai dari mencatat semua pemasukan dan pengeluaran, mengidentifikasi sumber utang, hingga menghitung persentase utang terhadap pendapatan. Dengan pemahaman yang komprehensif ini, Anda dapat membuat keputusan finansial yang lebih baik dan merencanakan bisnis dengan lebih realistis.

Dalam menilai kesehatan nilai utang Anda atau keluarga coba gunakan metode debt to income ratio, yaitu cicilan bulanan dibagi pendapatan kotor dikali 100%. Idealnya, debt to income ratio di bawah 35%, menandakan kondisi keuangan yang sehat dan memudahkan Anda ketika mengajukan pinjaman/kredit/cicilan kepada bank.

Sedangkan rasio 36-49% masih termasuk nilai yang bisa ditoleransi, namun Anda perlu lebih ketat mengatur pengeluaran. Apabila rasio utang terhadap pendapatan sudah mencapai 50% bahkan lebih, sebaiknya pertimbangkan cara-cara untuk meningkatkan pendapatan atau mengurangi utang sebelum membangun bisnis, ya!

Buat dan monitor rencana keuangan

Setelah memahami kondisi keuangan Anda dan keluarga, penting untuk membuat rencana keuangan serta memantau rencana tersebut untuk mencapai tujuan keuangan. Metode SMART (SpecificMeasurableAchievableRelevant, dan Time-Bound) merupakan salah satu cara sederhana untuk menetapkan tujuan keuangan secara matang dan terukur.

Selain itu, Anda perlu mengatur skala prioritas dalam menabung. Setidaknya, ada empat jenis kategori tabungan yang perlu disiapkan berdasarkan prioritas, tabungan untuk kebutuhan dasar, dana darurat, asuransi, dan investasi. Pelajari seluruh kategori tersebut karena masing-masing memiliki likuiditas serta manfaat yang berbeda.

Selanjutnya, Anda perlu rutin memantau kondisi keuangan serta pelaksanaan rencana keuangan untuk membantu mengetahui potensi masalah lebih dini dan mengambil tindakan perbaikan secara cepat dan efektif. Misalnya, jika sudah menetapkan persentase pendapatan yang akan dialokasikan untuk bisnis, pastikan dilakukan dengan konsisten. OJK merekomendasikan bahwa 10% dari penghasilan bulanan bisa digunakan untuk menabung atau berinvestasi yang dapat dialokasikan juga untuk mengembangkan bisnis.

Penting juga untuk memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan rencana keuangan. Jika sewaktu-waktu memiliki kebutuhan mendesak, tak perlu ragu untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan Anda untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, Anda juga perlu terus mengevaluasi dampaknya, temukan cara agar dapat tetap mempertahankan rencana keuangan sesuai target, dan meminimalisir kesalahan serupa terjadi ke depannya.

Pisahkan keuangan bisnis dan pribadi

Salah satu langkah krusial untuk diterapkan saat memulai bisnis adalah memisahkan keuangan untuk bisnis dan pribadi, termasuk menggunakan dua rekening yang berbeda. Dengan cara ini, Anda bisa menyusun laporan keuangan dengan lebih rapi dari dua sisi, memudahkan evaluasi keuangan yang akan membantu dalam mengambil keputusan, serta memudahkan perhitungan pajak.

Selain itu, memisahkan keuangan bisnis dan pribadi bisa membantu Anda terhindar dari risiko menggunakan dana pribadi untuk kebutuhan bisnis, atau sebaliknya. Dengan memiliki rekening terpisah, Anda juga bisa memantau arus kas dengan lebih mudah untuk mengetahui berapa pendapatan dan pengeluaran dari usaha Anda. Langkah ini penting buat bisnis yang sedang berkembang supaya setiap transaksi dapat dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kebingungan atau kesalahan pencatatan yang akan mengganggu kestabilan usaha.

Bila dirasa perlu, Anda juga dapat mempekerjakan financial advisor atau penasihat keuangan terpisah untuk urusan bisnis. Penasihat keuangan atau akuntan dapat membantu menyiapkan sistem yang tepat, terutama kalau Anda baru mengenal manajemen bisnis. Mereka juga dapat memastikan Anda mematuhi peraturan yang berlaku untuk melindungi keuangan pribadi dan bisnis.

Sulit namun perlu dilakukan: tetapkan batasan dengan keluarga

Ketika dihadapkan dengan keluarga dan orang-orang tersayang, mungkin insting pertama Anda adalah untuk membantu mereka semaksimal mungkin. Gotong royong dan tolong menolong memang penting, namun menetapkan batasan juga tidak kalah penting, lho!

Penting untuk membicarakan kondisi dan batasan keuangan Anda dengan keluarga dan prioritas kita saat ini agar bisa saling memahami, terutama ketika memiliki prioritas lain seperti bisnis Anda. Dalam buku “Perencanaan keuangan Keluarga” dari OJK, disarankan untuk mengalokasikan maksimal 40%n dari gaji untuk kebutuhan rumah tangga dan 10% untuk anak dan pendidikan, atau sama dengan 50% dari gaji untuk kebutuhan keluarga. Ini bertujuan agar Anda tetap memiliki dana yang cukup untuk mempersiapkan masa depan, baik untuk kebutuhan pribadi atau bisnis Anda.

Selain itu, Anda juga bisa menawarkan bantuan selain uang, misalnya dengan memberikan saran, koneksi dengan orang lain, atau menyelesaikan tugas rumah tangga lainnya. Dengan ini, Anda dapat melindungi kesehatan finansial diri sendiri dan usaha Anda, tapi sambil tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga.

Terus kembangkan skill manajemen keuangan

Seiring bertumbuhnya bisnis, tentu Anda perlu semakin bijak dalam mengatur keuangan bisnis. Untuk terus melipatgandakan keuntungan, Anda tentu harus terus memperkaya diri dengan banyak ilmu seperti budgeting, manajemen utang dan aset, strategi berinvestasi, hingga menentukan prioritas.

Mengikuti kelas atau seminar merupakan salah satu cara terus mengasah growth mindset Anda dan menyajikan cara-cara menarik untuk menyelaraskan tujuan keuangan pribadi, keluarga, dan bisnis. Anda juga akan belajar menyiapkan dana darurat untuk keluarga, pendidikan anak, hingga alokasi dana untuk self-reward guna mengurangi stres dan konflik keuangan.

Yuk, mulai terapkan tips-tips ini supaya Anda bisa membangun pondasi keuangan yang kuat dan stabil untuk masa depan!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here