The Living Brand

www.marketing.co.id – Banyak perusahaan mengeluarkan investasi di periklanan dengan jumlah sangat besar, tetapi tidak berhasil menciptakan employer brand yang positif. Karyawan bisa saja tidak bangga bekerja di perusahaan yang punya pendapatan tinggi dan brand terkenal, hanya karena value perusahaan tidak cocok dengan value pribadinya. Kekecewaan mungkin berasal dari hal kecil seperti sengaja mengulur-ulur waktu pembayaran ke supplier, pembayaran insentif tidak pernah tepat waktu, gaji karyawan dipotong, atasan punya bisnis pribadi, dan hal-hal kecil lain. Hasilnya, karyawan tidak dapat memberikan pelayanan pelanggan.

Tidak dapat dipungkiri, karyawan sangat berperan terhadap perkembangan perusahaan. Karyawan yang tidak mampu memberikan hasil sesuai brand yang diinginkan perusahaan, tentu saja akan mempengaruhi image dan brand yang sudah dibangun dengan biaya miliaran rupiah. Bukan itu saja, perusahaan yang tidak dapat menciptakan employer brand akan sulit memperoleh dan mempertahankan karyawan terbaiknya. Karyawan merupakanliving brand” dari perusahaan.

Akhir-akhir ini, employer brand jadi pembicaraan hangat. Employer brand adalah persepsi karyawan dan calon karyawan terhadap value perusahaan. Employer branding adalah proses untuk menciptakan image perusahaan sebagai tempat istimewa untuk bekerja bagi karyawan dan calon karyawan yang berbakat. Sulit dibantah bahwa mencari dan mempertahankan karyawan berprestasi merupakan tantangan tersendiri. Perusahaan banyak mengeluh tentang tingginya tingkat ketidakhadiran panggilan tes dan interview karena perusahaan dianggap tidak memiliki employer brand yang baik. Selain itu, karyawan terbaik pun akan pindah kerja. Bottom line dari employer branding ini sangat jelas, yaitu bagaimana organisasi dapat merekrut, mempertahankan, dan memikat top talent.

Untuk memulai employer branding perlu diketahui dengan jelas karyawan seperti apa yang dicari. Untuk sales executive, misalnya, tidak mungkin dicari karyawan yang tidak mau memiliki target penjualan. Bila karyawan yang tidak cocok dipaksakan untuk bekerja, akan terjadi kekecewaan di kedua belah pihak.

Ada banyak contoh bagaimana perusahaan mengetahui dengan pasti apa yang diminta dan dicari. Perusahaan di bidang media, misalnya, mengutamakan kejujuran, integritas, dan kekeluargaan. Kejujuran tidak dapat ditawar-tawar, siapa saja yang kedapatan mengambil uang perusahaan—berapa pun jumlahnya, pasti dipecat. Perusahaan juga sangat ketat terhadap uang suap. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi para karyawan. Selain itu, sifat kekeluargaan pun ditonjolkan, di mana seorang direktur bisa makan siang bersama karyawan non-staf di warung atau kantin kantor.

Hal lain adalah bagaimana perusahaan bisa menciptakan kebanggaan brand. Bekerja di online recruitment, misalnya, menimbulkan kebanggaan kalau pencari kerja dapat diterima di perusahaan karena mengemban misi ”Improving People’s Live through A Better Career”. Ada supermaket kecil yang menyediakan fasilitas ATM gratis karena berniat memberikan kemudahan kepada pelanggan dan karyawan dalam bertransaksi. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan kebanggaan karyawan. Perusahaan yang menjadikan karyawan sebagai aset dan diberi berbagai pelatihan untuk meningkatkan keahlian, tentunya membuat bangga para karyawan. Hasilnya, peminat kerja di perusahaan tersebut mengantri dan kandidat yang diterima merasa sangat bangga karena dapat bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang.

Kebanggaan dapat juga diciptakan oleh pemimpinnya. Sebut saja Steve Jobs dan Bill Gates. Pemimpin yang selalu memberikan inspirasi dan dapat mengubah dunia tentu saja membanggakan karyawannya.

Company brand, product brand, dan employer brand yang kuat dapat dijadikan kunci sukses perusahaan dan menjadi faktor keunggulan bersaing. Jadi, percuma saja menciptakan company/product brand tanpa mengembangkan employer brand—yang bisa dijadikan “living brand” setiap saat dan di mana saja. Pastikan bahwa perusahaan mempunyai employer brand yang positif dan kuat untuk membuat product brand atau company brand yang unggul. (Franz Dirgantoro – Jobstreet.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.