Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Memperingati Bulan Kesadaran Mata Kering yang berlangsung sepanjang Juli 2023, JEC Eye Hospitals and Clinics memperkenalkan kembali layanan khusus mata kering, JEC Dry Eye Service di Jakarta pada Selasa (18/7/2023).
Prevalensi mata kering di Indonesia ada pada rentang 27,5 hingga 30,6 persen. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Indonesia yang melihat layar ponsel maupun laptop selama hampir 8 jam per hari, lebih tinggi dari rerata global.
Pada tahun 2022, pasien dry eye di JEC melonjak 62% dibandingkan tahun sebelumnya dan selama empat tahun terakhir, JEC menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering.
“Banyak yang menyepelekan penyakit mata kering atau dry eye karena penderitanya tidak mengalami gejala yang mengganggu secara signifikan. Jika terus dibiarkan bisa merusak permukaan mata akibat peradangan atau infeksi. Kerusakannya bisa mulai dari ringan sampai berat dan berlangsung secara temporer maupun permanen,” papar DR Dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE, Dokter Spesialis Mata dan Ketua Contact Lens Service JEC Hospitals and Clinics di sela JEC Talks yang diadakan di Rumah Sakit Mata JEC Kedoya, Jakarta.
“Berdasarkan temuan kami di JEC, hanya 60% pasien dry eye yang memiliki gejala. Sekitar 37% pasien tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami dry eye,” lanjut dr. Tri.
Catatan JEC sendiri, di dua cabangnya (RS Mata JEC @ Kedoya dan JEC @ Menteng), selama 2022 terjadi lonjakan pasien dry eye sebesar 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara jumlah, dalam kurun empat tahun terakhir (2019-2022), JEC telah menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan potensi terserang dry eye antara lain: 1) berusia di atas 50 tahun, khususnya perempuan pascamenopause; 2) pengguna lensa kontak; 3) sering berada di lingkungan berdebu, kering, berangin dan terkena asap rokok; 4) terlalu lama menatap layar elektronik; 5) memiliki riwayat operasi atau penyakit mata lain; 6) pengguna obat-obatan untuk penyakit tertentu; 7) menderita penyakit metabolisme, seperti Diabetes Melitus.
Dr. Nina Asrini Noor, SpM, Dokter Spesialis Mata dan Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics mengungkapkan, “Sebagai gangguan mata kronis, dry eye membutuhkan penanganan jangka panjang. Terapinya pun sangat bervariasi tergantung keluhan, mekanisme penyebab, dan derajat dry eye yang dialami penderita. Karenanya, perlu adanya pemeriksaan diagnostik yang menyeluruh agar penderita mendapatkan penanganan dry eye yang tepat.”
JEC Eye Hospitals and Clinics telah menghadirkan JEC Dry Eye Services sejak 2017 sebagai pionir layanan terpadu untuk menangani mata kering secara komprehensif.
Diperkuat oleh 4 dokter spesialis mata kering, pasien akan diberikan penanganan yang sesuai antara lain terapi E-eye Intense Pulse Light (IPL) untuk memperbaiki kualitas lapisan minyak air mata.
Rasio perbaikan keluhan dry eye menggunakan terapi E-Eye® IPL mencapai lebih dari 80 persen. Proses terapi E-Eye® IPL terbagi ke dalam 3 sesi, yaitu hari pertama, hari ke-15 dan hari ke-45, dengan durasi tindakan pada masing-masing mata berlangsung singkat: hanya 3-5 menit.
Sepanjang 2022, dari total 1.691 pasien dry eye yang mendapatkan penanganan di JEC Dry Eye Service, sekitar 25 persen menerima terapi E-Eye® IPL.
Dengan harga relatif terjangkau, terapi E-Eye IPL ini tidak memiliki efek samping. Haya sedikit rasa tidak nyaman ketika treatment dilakukan dan akan menghilang ketika selesai. Dry Eye dapat kambuh tergantung dari derajat keparahannya, faktor lingkungan, aktivitas dan lainnya.
Marketing.co.id: portal berita marketing dan bisnis.