Targetkan 10 Proyek Per Tahun

Marketing.co.id – Beberapa waktu lalu, Majalah MARKETING berkesempatan melakukan wawancara dengan Candra Ciputra, anak tertua dari Begawan dan Raja Properti Indonesia, Ciputra, dan salah satu penerus kerajaan bisnis Ciputra Group. Lelaki berusia 49 tahun lulusan University of San Fransisco, Amerika Serikat, ini sekarang menjadi ujung tombak penerus imperium bisnis Ciputra Group.

Kini Candra menjabat sebagai chief executive officer di beberapa perusahaan strategis seperti PT Ciputra Property Tbk, PT Ciputra Development Tbk, dan beberapa perusahaan afiliasi lainnya, serta pemimpin proyek prestisius Ciputra World dengan nilai investasi US$1,4 miliar, yang menurut rencana akan selesai tahun 2016 atau 2017.

Ciputra Group sendiri saat ini sudah memasuki usia ke-31. Proyek-proyeknya sudah tersebar di hampir seluruh Nusantara dan beberapa wilayah Asia seperti Phnom Penh (Kamboja), Hanoi (Vietnam), serta Shenyang (Cina). Prestasi demi prestasi yang dicapai selama ini telah meningkatkan prestise grup di mata para pelanggan, mitra, maupun pesaing. Tak heran, nama besar grup ini diakui di tingkat nasional maupun internasional.

Candra, demikian ia biasa disapa, merupakan sosok lelaki pendiam dan bersahaja, yang membagi waktunya dengan berolahraga, membaca, bekerja, dan bercengkerama dengan istrinya, Sandra, serta kedua anaknya. Untuk mengetahui pandangannya tentang industri properti nasional dan strategi yang akan dilakukan perusahaannya menghadapi persaingan serta target yang ingin dicapai di masa depan, berikut petikan wawancaranya.

Sejak kapan Anda mulai berkiprah di industri properti?

Saya balik ke Indonesia tahun 1988. Sampai sekarang berarti sudah 25 tahun bergelut di properti. Pertama kali pegang proyek yaitu Mal Citra Land, Grogol, Jakarta Barat, mulai tahun 1990.

Bisa diceritakan perkembangan yang terjadi sejak Anda mulai terjun di industri ini sampai sekarang?

Saya melihat perkembangan industri properti di Indonesia sangat pesat. Dari segi kualitas, properti Indonesia sekarang ini menuju kualitas internasional. Kalau di tahun 1990-an, baik dari sisi desain maupun bahan baku masih biasa saja. Tapi sekarang, kualitas bahan bangunan maupun desainnya sudah kualitas internasional. Sebenarnya, dari dulu developer lokal mampu untuk membangun.

Selain itu, di zaman sekarang, banyak sekali perusahaan yang go public, yang artinya adanya shareholder. Akibatnya, banyak investor yang ingin agar perusahaan menunjukkan profit. Kalau dulu, kita bisa bikin proyek yang tidak perlu profit banyak, tapi long term-nya bagus. Sekarang kondisi tersebut tidak bisa lagi. Sekarang ini, selain long term mesti bagus, short term-nya juga mesti bagus.

Sementara itu, dunia pun berubah. Sekarang ini orang membeli properti sebagai investasi. Kalau di zaman dulu, orang membeli properti untuk anak atau untuk masa tua. Akibat kondisi ini, produknya menjadi berbeda. Misalnya, karena untuk investasi, desain disesuaikan apakah untuk disewakan atau ditempati sendiri.

Sebagai generasi penerus, apakah ada perubahan atau perbedaan dengan gaya kepemimpinan Anda dengan Pak Cik (sapaan akrab Ciputra)?

Sekarang ini, kita hanya bisa berbisnis berdasarkan kondisi market. Dulu kondisi marketnya adalah orang membeli properti kita. Kalau sekarang, kondisi marketnya adalah selain orang membeli properti kita, investor juga membeli saham perusahaan kita. Kita harus bisa membuat balance kepentingan dua pihak ini.

Kadang-kadang, ada proyek yang bagus untuk pembeli, tapi tidak bagus untuk pemegang saham (investor). Juga bisa sebaliknya. Contohnya, di proyek yang besar sekali, saya berkeinginan untuk membangun fasilitas dulu, dan tidak mau menjual dulu. Tapi dari pihak investor/shareholder, tidak mau seperti itu. Kalau tidak menjual, maka (investor) tidak mendapat deviden. Tapi dari sisi pembeli, tidak ada masalah. Jadi, itu sudah kontradiksi.

Sejak kapan terjadinya perubahan gaya kepemimpinan ini?

Dari sejak mulai banyaknya company yang go public di awal tahun 1990-an.

Artinya, kondisi ini juga berdampak terhadap perubahan strategi marketing dari tiap-tiap pengembang?

Ya, itu semua berubah. Kalau zaman dulu, orang bangun properti tidak perlu langsung dijual. Kalau sekarang, orang bangun properti harus langsung dijual karena kalau tidak, profitnya akan terlalu lama. Si investor akan bilang, kita harus bikin yearly profit yang baik.

Makanya, di proyek Ciputra yang sekarang (Ciputra World) sebagian proyek kita langsung jual. Karena alasan itu. Andaikan ini sebuah private company, mungkin saya tidak akan jual. Saya akan sewakan saja semua. Tapi sebagai company terbuka, saya harus melakukan hal tersebut agar ada quarterly atau yearly profit. Suka tidak suka kita mesti melakukan hal ini.

Soal semakin banyaknya pengembang lokal yang menggandeng investor asing (joint venture) untuk membangun properti di Indonesia. Bagaimana tanggapan Anda mengenai hal ini?

Itu good strategy. Karena joint venture itu kan, win-win. Ciputra sendiri dulu sekali sudah pernah melakukan hal itu, seperti di proyek Somerset (di samping Ciputra World).

Di proyek Ciputra World, Anda menggandeng Lotte Department Store untuk mengisi area mal. Apa alasannya?

Itu kita sewakan semua ke Lotte. Alasannya, sebagai diferensiasi saja, karena kalau kita jalan-jalan ke mal sekarang ini, umumnya hanya grup-grup tertentu saja dan umumnya memiliki gaya yang sama. Saya pikir, dengan adanya Lotte akan berbeda nantinya. Itu yang saya harapkan.

Di tahun 2013 ini, seperti apa gambaran kondisi properti menurut pandangan Anda?

Masih sangat baik. Minimal pertumbuhannya sama dengan di tahun 2012. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab. Pertama, kondisi Indonesia sendiri, banyak pihak yang memperkirakan akan menjadi salah satu pemain utama di kancah internasional dalam 10–15 tahun ke depan. Kedua, harga properti di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain masih jauh lebih murah.

Ketiga, nilai inflasi yang stabil menyebabkan para investor menginvestasikan uangnya ke properti yang nilai investasinya bisa meningkat sekitar 20% per tahun. Ini bukan sekadar teori. Lihat saja orang yang membeli properti empat tahun lalu dan sekarang menjualnya. Paling sedikit dia akan mendapat keuntungan 100% dari harga awal pembelian.

Bagaimana dengan green property? Apakah akan tetap menjadi tren ke depan?

Konsep itu berasal dari dunia Barat dan sekarang semakin kuat. Hal ini disebabkan energi yang tersedia di alam semakin sedikit. Sumber daya alam yang digunakan juga semakin sedikit. Banyak juga bahan-bahan untuk properti yang diambil dari alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Akhirnya, dari mulai penggunaan listrik dan lainnya dilakukan secara hemat energi.

Sudah sejak kapan Ciputra Group melakukan konsep green property?

Sejak dulu kami melakukan itu. Tapi sekarang ini, movement-nya saja yang semakin kuat.

Di industri properti nasional, positioning Ciputra Group di mana?

Sejak awal kami selalu membidik segmen menengah dan menengah atas. Kami berbisnis dengan nilai. Bisnis properti tak semata membangun gedung, rumah, atau pusat belanja. Juga tidak sekadar menjualnya dan kemudian selesai. Kami juga membangun manusia, komunitas, dan bertanggung jawab atas lingkungan sekitar.

Berapa target proyek Ciputra Group yang dicanangkan?

Saat ini kami sedang menjalankan 38 proyek. Kami maunya sampai 100 proyek. Per tahunnya diusahakan 10 proyek. Sekarang ini sudah terealisasi target 10 proyek per tahun.

Usaha apa yang dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan tersebut?

Sekarang ini, kebutuhan rumah di Indonesia masih sangat tinggi. Strategi yang kami lakukan adalah memperluas land bank kami. Saat ini total land bank yang kami miliki sekitar 4.000 ha. Besaran investasi tiap-tiap proyek tentunya berbeda. Kalau untuk Ciputra World, investasinya cukup besar, sedikitnya US$1,4 miliar dana yang dianggarkan. Luasnya 14 ha. Jadi, sekitar 1 ha senilai US$1.000 untuk investasi.

Bagi seorang marketer, cara memasarkan properti yang ideal seperti apa?

Pertama, pilihan lokasi mesti bagus, konsep juga bagus, pembangunan mesti on time, infrastruktur seperti air dan listrik tidak ada masalah, serta service juga bagus. Terakhir, harga juga mesti bernilai investasi/harga jual akan naik.

Sebagai pemimpin generasi kedua, apa tantangan yang dihadapi saat ini?

Dunia sekarang semakin global. Kalau kita mau membuat sesuatu, kita harus perhatikan juga apa yang terjadi di luar negeri. Kalau zaman dulu ada istilah, we live in own world, sekarang we live in global world. Jadi, kita mesti cepat memonitor apa yang terjadi di luar dan segera diterapkan. Itu dari segi market. Dari segi capital juga berbeda. Sekarang ini, semakin banyak company menjadi go public dengan banyak investor di dalamnya yang memiliki kepentingan berbeda-beda. Jadi, dari sisi cost dan revenue juga berbeda.

Kalau perkembangan teknologi, seberapa besar dampaknya di industri ini?

Sangat berpengaruh. Lampu saja sekarang sedang tren lampu hemat energi. Semua orang menginginkan tempat yang ada WiFi-nya. TV kabel menjadi tuntutan sebagai suatu fasilitas dari properti yang dibangun.

Apa yang menjadi target Anda ke depannya?

Menjadi one of the best company and one of the biggest company.

Apakah sudah tercapai?

Saya rasa sekarang ini kami sudah mencapainya.

Kunci sukses dalam memimpin sebuah perusahaan dengan nama besar seperti Ciputra Group?

Kita mesti memuaskan konsumen, supplier, shareholder, karyawan, dan memiliki sikap profesional, entrepreneurship juga kuat, dan memiliki integritas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.