
Marketing.co.id – Financial Services | Industri pembiayaan atau bisnis multifinance di Indonesia tengah menghadapi tekanan berat akibat perlambatan ekonomi nasional. Pada kuartal I-2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year), menjadi yang terendah sejak kuartal III-2021. Kondisi ini diperparah oleh penurunan daya beli masyarakat yang berdampak langsung pada kinerja sektor multifinance.
Penurunan Pertumbuhan Pembiayaan
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance pada Februari 2025 hanya sebesar 5,92% secara tahunan, mencapai Rp507,02 triliun. Angka ini menurun dibandingkan pertumbuhan 6,92% pada tahun 2024 dan 13,23% pada tahun 2023. Rasio pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) juga meningkat menjadi 2,87% pada Februari 2025, naik dari 2,70% pada Desember 2024.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno di kanal YouTube CNBC Indonesia mengungkapkan bahwa penurunan daya beli masyarakat menjadi faktor utama turunnya permintaan pembiayaan, terutama di sektor otomotif. Banyak masyarakat yang menahan konsumsi karena kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan penghasilan.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi global dan domestik, termasuk potensi tarif ekspor dari Amerika Serikat dan kebijakan fiskal yang ketat, turut menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berdampak pada sektor-sektor yang menjadi portofolio utama perusahaan pembiayaan.
Strategi Bertahan Bisnis Multifinance
Menghadapi tantangan ini, perusahaan multifinance mulai menerapkan berbagai strategi untuk bertahan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) misalnya, telah menetapkan enam strategi prioritas yang akan menjadi penggerak utama pertumbuhan grup di 2025, yaitu penguatan sinergi lintas unit usaha, pengembangan portofolio bisnis baru, peningkatan kompetensi SDM, percepatan digitalisasi, modernisasi sistem teknologi informasi, serta meningkatkan kegiatan dan partisipasi pada program lingkungan dan sosial agar terus memberikan dampak positif kepada Masyarakat.
“Di Tengah tekanan makroekonomi dan dinamika pasar pada kuartal pertama 2025, kami tetap mampu menjaga fundamental keuangan yang sehat. Kami akan fokus dalam memperkuat pengelolaan pembiayaan, menjaga likuiditas, serta memastikan setiap lini bisnis berkontribusi secara optimal terhadap kinerja MPMX ke depan,” ungkap Group CMO MPMX Beatrice Kartika. “Dengan langkah-langkah strategis yang telah dilakukan, kami tetap optimis dalam menghadapi tantangan pasar di kuartal-kuartal berikutnya.”
APPI memproyeksikan pertumbuhan industri multifinance pada 2025 hanya akan mencapai 7%-8%, menurun dari proyeksi sebelumnya sebesar 8%-10%. OJK menyatakan akan terus memantau pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance dan berharap industri ini tetap tumbuh, termasuk untuk pembiayaan dengan skema Buy Now Pay Later (BNPL). Pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% pada 2025 dan 5,8%-6,3% pada 2026. Namun, untuk mencapai target tersebut, diperlukan upaya ekstra dalam mendorong konsumsi domestik dan investasi. (*)