Sukses Muda, Wempy Malah Depresi

Sukses Muda, Wempy Dyocta Koto Malah Depresi
Wempy Dyocta Koto

Ketika berbicara mengenai sukses muda, tentu nama Wempy Dyocta Koto ada dalam daftar. Bagaimana tidak, mendapat gaji Rp 300 juta per tahun ketika masih duduk di bangku kuliah merupakan hal yang luar biasa. Apalagi, itu terjadi sekitar 20 tahun lalu.

“Belum lulus kuliah gaji saya Rp 300 juta per tahun, itu merupakan gaji tertinggi bagi anak seusia saya kala itu. Alhasil, aset properti saya mencapai US$ 1 juta (lebih dari Rp 12 milyar). Di usia 26, aset saya sudah lebih dari US$ 10 juta (lebih dari Rp 122 miliar),” kenang Wempy.

Bukannya senang, Wempy malah mengaku depresi. Ia mengatakan, sukses terlalu cepat malah bisa membuat seseorang tak lagi punya tujuan hidup. Terang saja, semua diraihnya terlalu mudah, “Apa lagi yang mau dicari?” pikirnya kala itu.

“Saya lupa tepatnya kapan, yang jelas, antara usia 21 hingga 24 tahun saya mengalami Midlife Crisis,” tegas Wempy.

Midlife Crisis adalah suatu kondisi di mana seseorang memikirkan kembali tujuan hidupnya, menurut pakar psikologi, masa transisi ini juga berhubungan dengan pencarian rasa bahagia. Biasanya, kondisi ini dialami oleh mereka yang tergolong tua karena sudah tidak memiliki ambisi lagi dalam hidupnya.

“Suatu hari, ketika saya mengemudikan mobil Saab milik saya, saya merasa depresi, hidup saya terasa kosong, ‘apakah cuma ini arti hidup?’ ujar batin saya. Ketika itu saya sudah nggak punya cita-cita lagi, semua kekayaan dicapai terlalu muda, dan itu jadi masalah besar,” cerita Wempy.

Ia melanjutkan, “Banyak artis cilik, pemeran Home Alone misalnya, setelah dewasa lari ke drugs, itu karena mereka sudah nggak punya sesuatu yang harus diperjuangkan, dan itu bahaya,” lanjutnya.

Hal itu kemudian membuatnya tersadar bahwa seseorang haruslah punya cita-cita dan mimpi. Dengan itu, seseorang akan memiliki harapan.

“Itu bukanlah kegagalan. Kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita tidak lagi memiliki tujuan hidup, tegas pria kelahiran Padangpanjang itu.

Dari sinilah, ia kemudian membangun Wardour and Oxford, perusahaan konsultan yang membantu merek dalam melakukan ekspansi bisnis ke negara lain.

Setelah itu, ia pun mendapat penghargaan Asia Pacific Entrepreneurship Awards dengan predikat Most Promising Entrepreneur pada tahun 2013.

Di tingkat dunia, sosoknya juga mampu bertengger di sebelah Oprah Winfrey, Richard Branson, juga Donald Trump dalam daftar The World’s 120th Most Social CEO.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.