Strategi Starloka Keluar dari Bayang-Bayang Bali Selatan

0
The Ritz-Carlton juga berkolaborasi dengan rumah mode asal Italia, Missoni meluncurkan Missoni Resort Club di The Ritz-Carlton, Bali, yang pertama di Asia Tenggara. Foto: Ist.
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

ecommerceloka, platform teknologi pariwisata, Starloka Saba Bali Hotel, Insight, Marketing, Strategi, promosi organic, industri pariwisata Bali, Digitalisasi, Diferensiasi, Kolaborasi, Marketing, Insight, strategi digital, bisnis lokal, hospitalityMeski berada di luar radar utama, Starloka Saba Bali Hotel Gianyar Bali berhasil mencatat okupansi tinggi. Berikut strategi Starloka keluar dari bayang-bayang Bali Selatan.

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Bali, pulau yang terkenal sebagai surganya pariwisata, selama bertahun-tahun menjadikan kawasan selatan seperti Kuta, Seminyak, dan Canggu sebagai episentrum kunjungan wisatawan. Dominasi ini membentuk persepsi pasar bahwa “Bali = Bali Selatan”. Namun dalam senyap, daerah-daerah penyangga seperti Gianyar, Tabanan, hingga Bangli mulai bergerak, menata strategi keluar dari bayang-bayang raksasa pariwisata.

Salah satu kisah sukses datang dari Starloka Saba Bali Hotel di Gianyar yang berhasil mencatat okupansi tinggi meski berada di luar radar utama. Transformasi ini mengajarkan satu hal penting bahwa keluar dari bayang-bayang bukan soal melawan, tapi soal membangun keunikan didukung oleh sistem digital yang mumpuni.

Strategi Starloka Keluar dari Bayang-Bayang Bali Selatan

Meski berada di luar radar utama, Starloka Saba Bali Hotel di Gianyar berhasil mencatat okupansi tinggi. Berikut adalah beberapa strategi Starloka Saba keluar dari bayang-bayang Bali Selatan.

Mengandalkan Diferensiasi, Bukan Duplikasi

Alih-alih meniru gaya Bali Selatan yang ramai dan komersial, hotel-hotel di Gianyar mulai mengedepankan pengalaman otentik, mulai dari kedekatan dengan budaya lokal, suasana tenang, hingga keindahan alam yang lebih alami dan belum tersentuh. Hal ini menjadi magnet baru bagi wisatawan yang mencari ketenangan, retreat pribadi, atau petualangan yang lebih bermakna.

“Wisatawan saat ini semakin banyak yang ingin mencari sesuatu yang real, bukan hanya spot Instagramable,” ujar Ida Bagus Narendra, pemilik Starloka. “Kami menawarkan pengalaman lokal yang tidak bisa mereka dapatkan di pusat keramaian.”

Digitalisasi Sebagai Katalis Perubahan

Tantangan utama hotel kecil bukan hanya lokasi, tapi keterbatasan visibilitas di platform digital. Di sinilah peran teknologi masuk. Starloka misalnya, menggandeng platform teknologi pariwisata, ecommerceloka, untuk mengelola seluruh distribusi digital, reputasi daring, dan strategi harga dalam satu sistem terpadu.

“Kami tidak punya tim besar untuk mengurus OTA dan review. Tapi dengan dashboard yang efisien, kami bisa tampil profesional seperti hotel-hotel besar,” kata Narendra.

Digitalisasi membuat hotel kecil bisa tampil equal di pasar global, bahkan tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk promosi atau infrastruktur TI.

Kolaborasi dan Jaringan Lokal

Kekuatan lain yang mulai dimanfaatkan adalah kolaborasi lokal. Di Gianyar misalnya, sejumlah pemilik properti mulai membangun micro network—berbagi insight pricing, referensi tamu, hingga paket wisata lintas properti. Ini menjadi alternatif promosi organik yang lebih otentik dan berbasis solidaritas lokal.

Model ini berlawanan dengan pendekatan kompetisi di wilayah padat seperti Seminyak atau Uluwatu yang lebih individualistis. Semangat kolektif ini justru menciptakan daya saing berbasis komunitas.

Reposisi Brand dan Cerita yang Autentik

Branding menjadi senjata baru. Jika sebelumnya hanya mengandalkan harga murah, kini hotel-hotel daerah mulai membangun identitas sebagai eco lodge, art villa, cultural stay, hingga spiritual retreat. Cerita dibalik tempat, komunitas, dan warisan budaya mulai ditonjolkan. “Brand kecil bisa besar jika punya cerita yang kuat dan relevan dengan target pasar,” kata Nico S. Wiratama, CEO ecommerceloka. “Teknologi hanya alat. Cerita adalah magnetnya.”

Menjemput Tren Wisata Baru

Tren pasca-pandemi menguntungkan daerah penyangga. Data BPS menunjukkan lonjakan wisatawan yang mencari pengalaman tenang dan anti-mainstream. Gianyar, Tabanan, hingga Karangasem kini masuk radar baru bagi pasar domestik maupun internasional.

Strategi keluar dari bayang-bayang Bali Selatan bukanlah revolusi instan. Ini adalah gerakan bawah tanah yang digerakkan oleh keberanian untuk berubah, berpikir beda, dan berkolaborasi. Karena, Bali tidak hanya satu wajah. Justru, potensi baru sedang tumbuh di tempat yang selama ini tak disorot. Diam-diam tapi pasti, mereka mengukir cerita baru dalam peta pariwisata Indonesia.