Kesejahteraan Pekerja di Tengah Dinamika Biaya Hidup Tinggi

0
Strategi Kompensasi di Tengah Dinamika Biaya Hidup Tinggi
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Strategi Kompensasi di Tengah Dinamika Biaya Hidup Tinggi
Strategi Kompensasi di Tengah Dinamika Biaya Hidup Tinggi

Kesejahteraan Pekerja di Tengah Dinamika Biaya Hidup: Saatnya Perusahaan Meninjau Ulang Paket Kompensasi

Marketing.co.id – Berita Marketing | Isu kesejahteraan pekerja semakin menjadi sorotan publik di tengah dinamika biaya hidup yang terus meningkat. Bagi banyak pekerja Indonesia, khususnya mereka yang tinggal jauh dari tempat kerja, beban ongkos transportasi harian kerap memakan sebagian besar gaji bulanan.

Menurut Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dari Badan Pusat Statistik, biaya transportasi untuk komuter bisa mencapai sepertiga dari gaji bulanan, terutama bagi pekerja dengan pendapatan setara Upah Minimum Provinsi (UMP).

Sebagai ilustrasi, UMP DKI Jakarta 2023 ditetapkan sebesar Rp4,9 juta. Namun, laporan dari Sindikasi mencatat kebutuhan dasar per kapita di Jakarta bisa mencapai Rp3,72 juta per bulan. Artinya, ruang untuk menyisihkan biaya transportasi, tabungan, hingga hiburan menjadi sangat terbatas.

Tak heran jika banyak pencari kerja menilai gaji pokok tidak sebanding dengan pengeluaran aktual, sehingga menuntut adanya perbaikan strategi kompensasi di dunia kerja.

Keresahan Gaji dan Tunjangan di Indonesia

Belakangan ini, perbincangan mengenai gaji layak dan tunjangan pekerja semakin mengemuka. Fenomena ini menjadi refleksi bahwa sistem kompensasi yang ada perlu lebih menyesuaikan diri dengan realitas keseharian pekerja Indonesia.

Kabar baiknya, sejumlah perusahaan mulai memahami bahwa kompensasi bukan hanya soal gaji pokok. Berdasarkan laporan Hiring, Compensation, & Benefit 2025 dari Jobstreet by SEEK, bentuk tunjangan non-gaji kini semakin dilirik.

Beberapa temuan penting dari laporan tersebut di antaranya 69% perusahaan memberikan tunjangan transportasi, 49% perusahaan menyediakan asuransi Kesehatan, dan 43% perusahaan menawarkan tunjangan koneksi internet. Tren ini menandakan bahwa perusahaan mulai bergerak ke arah strategi kompensasi yang lebih holistik untuk mendukung keseimbangan antara biaya hidup dan pekerjaan.

Nah, agar strategi kompensasi lebih relevan dengan kebutuhan pekerja, berikut beberapa langkah yang direkomendasikan oleh Jobstreet:

1. Evaluasi ulang paket remunerasi

Pastikan gaji pokok dan tunjangan selaras dengan standar industri serta kebutuhan riil, terutama biaya transportasi dan makan.

2. Perkuat manfaat non-gaji

Sediakan tunjangan transportasi, subsidi makan, atau insentif kesehatan yang langsung berdampak pada keseharian pekerja.

3. Fleksibilitas kerja

Laporan Jobstreet menunjukkan bahwa 30% perusahaan di Indonesia sudah menerapkan fleksibilitas jam kerja atau lokasi. Opsi hybrid maupun remote working dapat mengurangi biaya transportasi sekaligus meningkatkan produktivitas.

4. Komunikasi transparan

Sampaikan kebijakan kompensasi secara terbuka agar pekerja merasa dihargai dan lebih engaged. Selain perusahaan, pekerja juga perlu membekali diri dengan informasi agar dapat membuat keputusan karier yang lebih bijak. Melalui fitur Jelajahi Gaji di Jobstreet, pekerja bisa mengetahui benchmark gaji berdasarkan peran dan industri. Data ini membantu pekerja memiliki ekspektasi realistis sekaligus memperkuat daya tawar dalam negosiasi gaji.

Kesejahteraan pekerja tidak bisa lagi hanya diukur dari angka gaji pokok. Dengan biaya hidup yang terus naik, kompensasi adaptif, fleksibel, dan relevan menjadi kebutuhan utama.

Momentum perbincangan publik soal gaji dan tunjangan ini bisa menjadi pengingat penting bahwa perusahaan, pemerintah, dan pemangku kepentingan perlu lebih memahami realitas yang dihadapi pekerja Indonesia. Dengan begitu, ekosistem kerja yang lebih adil, berkelanjutan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi bersama bisa terwujud.