Dr. Indrawan Nugroho bagikan strategi agar program inovasi korporat tidak berhenti di “lomba ide” semata, tapi benar-benar menghasilkan solusi yang relevan dan berdampak.
Marketing.co.id – Berita Marketing | Semangat berinovasi di perusahaan sering kali diwujudkan melalui innovation convention atau kompetisi ide internal. Karyawan diminta mengajukan proposal terbaik, dan ide-ide terpilih dipresentasikan di hadapan juri. Namun, Dr. Indrawan Nugroho mengatakan bahwa ada kesalahan mendasar dalam pola ini. Menurutnya, banyak inovasi yang dimulai dari ide, bukan dari masalah.
“Saya sering diminta menjadi juri eksternal di berbagai kompetisi inovasi. Setiap kali saya bertanya, ‘Solusi Anda ini menyelesaikan masalah apa?’ mayoritas peserta tidak bisa menjawab dengan jelas,” ungkap Indrawan dalam video YouTube terbarunya berjudul “Inovasi sebaiknya mulai dari mana ya? Simak Tips dan Strategi Inovasi Korporat.” “Jadinya bukan problem solving, tapi solution in search of a problem. Padahal, apa gunanya ide keren kalau tidak menyelesaikan masalah apa pun?”
Baca Juga: 5 Cara Membangun Budaya Inovasi di Perusahaan
Menurut CEO Corporate Innovation Asia (CIAS) ini, banyak perusahaan yang masih terjebak dalam pola idea-driven innovation. Akibatnya, muncul banyak gagasan yang terdengar canggih, tetapi sulit diimplementasikan karena tidak menjawab kebutuhan nyata bisnis atau pelanggan. “Inovasi itu bukan soal siapa paling kreatif, tapi siapa paling relevan,” tegasnya. “Kalau tidak tahu masalah apa yang ingin dipecahkan, inovasi hanya akan jadi aktivitas seremonial.”
Baca Juga: Asal Usul Hari Inovasi Indonesia
Nah, agar program inovasi benar-benar memberikan nilai tambah, perusahaan perlu beralih ke pendekatan problem-driven innovation. Langkah pertama adalah mendefinisikan masalah strategis sebelum membuka kompetisi ide.
“Misalnya, tantangan dalam meningkatkan efisiensi, mempercepat layanan pelanggan, atau memperkuat pengalaman pengguna. Saat masalahnya jelas, peserta akan lebih fokus mencari solusi yang tepat,” jelas Indrawan.
Selain itu, formulir pengajuan ide sebaiknya memuat beberapa poin penting seperti identifikasi masalah dan pihak yang terdampak, dampak bisnis jika masalah tidak diselesaikan, solusi yang diusulkan dan manfaatnya, dan langkah awal implementasi. Struktur ini memastikan peserta tidak hanya berimajinasi, tetapi juga berpikir sistematis dan relevan dengan kebutuhan organisasi.
Baca Juga: [Innovation Matrix] Panduan Praktis Menavigasi Strategi Produk dan Pasar
Dalam proses penilaian, juri sebaiknya menitikberatkan pada kesesuaian antara masalah dan solusi yang ditawarkan. “Kalau tidak ada problem–solution fit, ide secanggih apa pun akan sulit diterapkan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya tindak lanjut setelah kompetisi selesai. Ide terbaik seharusnya mendapat kesempatan untuk diuji lewat proyek percontohan (pilot project) dengan dukungan mentor dan sumber daya yang memadai. “Kalau tidak ada fase implementasi, semangat inovasi hanya berhenti di panggung presentasi,” tambahnya.
Lebih jauh, Indrawan mendorong agar kompetisi inovasi tidak berhenti di ajang tahunan. “Kalau mau menumbuhkan inovasi yang hidup, jangan berhenti di lomba ide. Bangun budaya yang mengajak semua orang peka terhadap masalah dan berani mencari solusinya,” ujarnya.
Dengan cara itu, inovasi bukan lagi sekadar program atau kampanye, tetapi bakal menjadi DNA perusahaan.


