Strategi Brand Amartha yang Tumbuh Bersama Akar Rumput

0
CEO dan Founder Amartha, Andi Taufan Garuda Putra
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Strategi Brand Amartha Tumbuh Bersama Akar Rumput
Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra

Amartha memberi pelajaran penting bagi para pemasar bahwa diferensiasi paling kuat sering kali lahir bukan dari pusat pasar, melainkan dari pinggirannya asal mampu melihat nilainya.

Marketing.co.id – Berita UMKM | Di tengah gelombang persaingan digital yang makin padat, Amartha justru mencuri perhatian dunia dengan pendekatannya yang membumi. Bukan karena ekspansi agresif atau iklan bombastis, melainkan karena konsistensinya dalam membangun brand dari kepercayaan masyarakat desa. Dan, kini Amartha dipercaya investor global.

Terbaru, Amartha mengumumkan perolehan pendanaan senilai USD 55 juta dari tiga lembaga keuangan asal Eropa, yaitu Swedfund (Swedia), Finnfund (Finlandia), dan BIO (Belgia). Investasi ini bukan hanya suntikan modal, tetapi validasi strategis atas reputasi brand, model bisnis inklusif, dan pendekatan digital yang kontekstual terhadap pemberdayaan UMKM perempuan di pedesaan.

Evolusi brand Amartha dari produk ke purpose

Sejak berdiri pada 2010, Amartha menolak pendekatan satu arah yang biasa digunakan fintech. Mereka tidak menjual produk finansial, tapi membangun ekosistem gotong royong berbasis teknologi, di mana para perempuan pelaku UMKM bisa mengakses modal, saling mendukung, dan kini bahkan menjadi pemberi pinjaman mikro bagi sesama anggota kelompok melalui aplikasi AmarthaFin.

Bagi pemasar, ini adalah pelajaran tentang bagaimana brand purpose yang dijalankan secara otentik bisa menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan. “Tata kelola yang pruden, etika dalam pemberian pinjaman, dan pemanfaatan teknologi berbasis komunitas adalah DNA bisnis kami,” ujar Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra.

Salah satu kekuatan utama Amartha terletak pada fokus segmen yang sangat jelas, yaitu perempuan pelaku usaha mikro di desa-desa Indonesia. Bagi brand lain, ini mungkin terlihat sebagai pasar kecil dan berisiko tinggi. Tapi bagi Amartha, inilah sumber loyalitas paling dalam dengan potensi ekonomi luar biasa.

Investor global pun sepakat. “Kami melihat Amartha sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi lokal melalui model pembiayaan yang bertanggung jawab,” kata Jane Niedra, Direktur Investasi Inklusi Keuangan di Swedfund. BIO dan Finnfund juga menekankan pentingnya inovasi digital seperti PPOB dan e-wallet dalam menjangkau komunitas yang sebelumnya tidak tersentuh layanan keuangan formal.

Kepercayaan Sebagai Aset Branding

Kampanye brand bukan selalu soal iklan. Bagi Amartha, kepercayaan publik dibangun dari konsistensi menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Hingga kini, lebih dari 3,3 juta UMKM perempuan telah merasakan dampak nyata dari platform ini. Setiap cerita sukses mereka menjadi narasi hidup yang memperkuat brand, lebih kuat dari iklan billboard mana pun.

Taufan percaya pada pertumbuhan organik yang lahir dari relevansi dan pemahaman lokal, bukan dari adopsi teknologi mentah-mentah. Inilah diferensiasi Amartha, teknologi yang tidak memaksa masyarakat berubah, tapi beradaptasi pada cara mereka hidup.

Dalam dunia pemasaran modern, banyak brand mencari cara menyatukan profit dan purpose. Amartha menunjukkan bahwa keduanya bisa sejalan. Alih-alih menjadikan dampak sosial sebagai bagian dari program CSR atau PR semata, mereka menjadikannya inti dari model bisnis. Pendekatan ini bukan hanya membangun nilai brand yang otentik, tapi juga menjaring investor yang punya visi jangka panjang.

Di tengah stagnasi kredit UMKM nasional yang hanya tumbuh 2,1% per Februari 2025 (data OJK), Amartha justru bergerak melawan arus dengan membangun merek yang hidup dari pinggiran. Ini bukan tentang menjadi brand terbesar, tapi menjadi yang paling bermakna dan dipercaya oleh komunitas yang dilayani.