Startup Marketplace Ula Raih Pendanaan Seri A Sebesar US$ 20 Juta

Founder Ula
Founder Ula Dari Ki-Ka, Riky Tenggara (Co-Founder dan COO), Derry Sakti (Co-Founder dan CCO), Nipun Mehra (Co-Founder dan CEO), Alan Wong (Co-Founder dan CTO)

Marketing.co.id – Berita Digital | Ula, startup e-commerce berbasis di Indonesia yang berfokus pada transformasi UMKM melalui teknologi,  mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai US$ 20 juta (290 miliar Rupiah) yang dipimpin Quona Capital bersama B Capital Group. Beberapa investor sebelumnya seperti Lightspeed India dan Sequoia Capital India turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini.

Pendanaan Seri A ini akan digunakan untuk memaksimalkan rencana ekspansi Ula ke depan, pengembangan  produk dan layanan, serta  peluncuran kategori produk baru. Pertama kali diluncurkan pada Januari 2020, Ula sampai saat ini telah melayani lebih dari 20,000 toko yang mayoritas berlokasi di Jawa Timur.

Baca Juga: Startup RUN System Targetkan Pendapatan Tiga Kali Lipat di 2021

Co-Founder dan CEO Ula, Nipun Mehra menyatakan, peritel kecil atau UMKM sangat terintegrasi dengan ekonomi dan budaya Indonesia. Mereka adalah wirausahawan dan pengusaha mikro yang jika dibandingkan dengan peritel modern, sebetulnya menjalankan  bisnis dengan biaya yang sangat efisien.

Namun di lain pihak, bisnis mereka yang berskala kecil menyebabkan mereka menjadi segmen yang paling rentan di dalam rantai penjualan ritel. Mereka menghadapi beberapa tantangan dalam bisnis seperti terbatasnya ketersediaan produk, tingginya harga produk di pasaran untuk dapat mereka jual, layanan yang belum maksimal, dan juga modal kerja yang terbatas.

Menurut Nipun, tantangan tersebut tidak hanya terbatas pada satu kategori saja. Semua kategori, termasuk Fast Moving Consumer Goods (FMCG),  barang-barang konsumsi , pakaian, elektronik, dan kategori lainnya juga memiliki  tantangan yang sama. Founder Ula berdiri di atas satu tujuan yang sama, dimana mereka ingin menyelesaikan permasalahan di dalam industri, yaitu dengan menghadirkan pendekatan yang mengutamakan peritel.

Baca Juga: Pandemi, Kesempatan bagi Startup Mengembangkan Diri

Di kebanyakan pasar negara berkembang, toko fisik tradisional berkontribusi  hampir 80% terhadap  total pasar ritel. Di Indonesia, angka tersebut diperkirakan sebesar US$ 200-250 miliar dengan tingkat pertumbuhan yang mencapai US$ 15 miliar per tahun. Dalam operasionalnya, kelompok peritel kecil memiliki keunggulan biaya sebesar 8-10% jika dibandingkan peritel modern, karena mereka sering kali mempekerjakan anggota keluarga dan beroperasi dari rumah.

Selain itu, mereka juga memiliki wawasan dan pemahaman yang mendalam dan spesifik secara personal mengenai perilaku konsumen di wilayah mereka yang sangat berharga untuk bisnis. Namun, pengadaan stok produk yang tidak efisien, akses terbatas ke solusi teknologi dengan harga terjangkau, dan biaya modal kerja yang tinggi menghambat kemampuan bisnis ini untuk lebih bersaing dan bertumbuh.

Baca Juga: Mengulik Nilai Lebih Coworking Space di Mata Startup

Untuk mendukung para pelaku ritel kecil, Ula menyediakan beberapa pilihan produk melalui aplikasi e-commerce, serta layanan doorstep delivery yang memudahkan pengelolaan stok barang menjadi lebih efisien sehingga memungkinkan para pelaku ritel kecil menggunakan modal mereka untuk kebutuhan lainnya.

Mereka tidak perlu lagi menutup toko untuk pergi ke pasar yang ramai dan harus mengantre panjang — namun dapat memesan kebutuhan stok harian mereka hanya dengan beberapa klik melalui aplikasi. Hasilnya, banyak mitra Ula telah mengalami peningkatan laba harian sebesar 15% yang berasal dari durasi waktu buka toko mereka yang lebih panjang, mengurangi kemungkinan habisnya persediaan barang, serta harga pembelian stok yang kompetitif.

Baca Juga: Peluang Investasi di Unicorn Startup Indonesia

Saat ini Ula berfokus pada produk “kebutuhan harian” konsumen, barang-barang yang termasuk dalam FMCG dan kebutuhan pokok, seperti beras — barang yang penting untuk setiap rumah tangga di Indonesia.

Dukungan terhadap toko-toko tersebut sangatlah penting selama masa pandemi berlangsung terutama karena jumlah pendapatan mereka tidak pasti. Dampak yang dihasilkan Ula sudah dapat terlihat dalam berbagai aspek — dengan adanya penerapan pembatasan sosial berskala besar, mendapatkan layanan pengiriman langsung ke toko dapat mengurangi kebutuhan peritel untuk pergi ke pasar lokal yang ramai untuk mencari stok barang.

Pendapatan pemilik toko juga terlindungi karena mereka dapat terus menjaga toko. Selain itu, mereka dapat lebih sering memesan barang dalam jumlah yang lebih sedikit, memungkinkan mereka mengelola arus kas dengan lebih baik, melayani pelanggan yang memesan rata-rata 6-7 kali sebulan.

Ula telah memiliki tim yang tersebar di Indonesia, India dan Singapura, hal ini menjadikannya organisasi yang terdistribusi sejak awal didirikan. Saat ini, Ula sedang membentuk tim teknologi di Indonesia, India dan Singapura, dan juga merekrut berbagai peran kunci dalam manajemen kategori, analitik, kredit, serta pemimpin P&L kota di Indonesia.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.