Smart City, Sebuah Tantangan dan Solusi Bagi Kota-kota di Indonesia

Apa yang harus dilakukan untuk memastikan Indonesia menjadi negeri makmur?

Pertanyaan di atas sangat relevan diajukan karena Indonesia kini berada di tengah tuntutan perubahan jaman, persaingan global, dan desakan perkembangan teknologi informasi dan digital yang menghilangkan batas. Semua orang di seluruh dunia kini nyaris terkoneksi secara realtime.

seminar smart city
Presentasi oleh Prof. David J. Rebstein, founder dar “Best Countries” dan profesor di Wharton Business Scool (ketiga dari kiri). Foto: Lia Lilyanti.

Di beberapa negara, kemajuan teknologi informasi itu diadaptasi untuk melahirkan model pendekatan pembangunan yang relatif baru yang disebut kota pintar (smart city).

Konsep kota pintar diyakini bisa menjadi solusi atas persoalan pembangunan di banyak negara. Kota pintar di desain untuk mampu meningkatkan produktivitas manusia yang tinggal di dalamnya, sebagai akibat penataan dan pengelolaan kota yang dilakukan dengan memafaatkan teknologi informasi dan digital secara optimal di semua aspek.

Mulai dari sistem pengelolaan dan pemanfaatan energi, pengaturan tata ruang, pembangunan gedung, pengendalian kualitas lingkungan, sistem transportasi, hingga transaksi keuangan dan pembayaran, serta pelayanan publik. Singkatnya, kota dikembangkan menjadi mesin ekonomi dan produktivitas yang pada akhirnya menjadikan masyarakatnya sehat, produktif dan sejahktera.

Beberapa negara di dunia yang saat ini sudah lebih dulu melangkah adalah  Barcelona, New York, London, Nice dan Singapura. Bagaimana dengan Indonesia? Di atas kertas, kota-kota di Indonesia jelas memiliki kesempatan yang sama untuk menerapkan konsep kota pintar.

Tentu untuk merealisasikan itu diperlukan bukan saja kmauan, tapi juga kesungguhan dan komitmen serius dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat nasional maupun lokal, termasuk kalangan industri dan dunia usaha.

Langkah lainnya adalah bagaimana mensosialisasikan gagasan pembangunan kota pintar ke seluruh masyarakat dan pemangku kebijakan, sekaligus membangun citra kota pintar itu sendiri.

Oleh karena itu, hari ini (Jumat, 19/5) Frontier Consulting Group bersama Tempo Impresario mengadakan seminar Smart City Smart Region, Creating New Business Opportunities di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.

Menghadirkan David Reibstein, Professor Marketing at Wharton Business School, University of Pennsylvania; Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan; Cahyo Kumolo, Menteri Dalam Negeri; Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika, seminar ini diharapkan memberikan perspektif yang lebih untuh tentang bagaimana implementasi pengembangan kota pintar yang bisa memberikan nilai baru bagi peningkatan kualitas kota sekaligus memberikan benefit ekonomi secara jangka panjang.

Keempat pembicara tersebut memaparkan tentang konsep dan strategi pengembangan kota pintar dalam berbagai bidang untuk mendukung peningkatan eekonomi nasional. Selain keempat pembicara utama di atas, dalam seminar ini juga diadakan diskusi panel dengan tema Peluang Bisnis.

Beberapa pembicara yang hadir dalam dis

seminar smart city
Presentasi oleh Prof. David J. Rebstein, founder dar “Best Countries” dan profesor di Wharton Business Scool (ketiga dari kiri). Foto: Lia Lilyanti

kusi panel di antaranya, Handi Irawan, CEO Frontier Consulting Group; Setyono Djuandi Darmono, CEO dan Founfer Jababeka Tbk; Rahmat Broto, Bank Mandiri; Airin Rachmi Diany, Walikota Tangerang Selatan; Azwar Anas, Bupati Banyuwangi; Hastono Bayu Trisnanto, CEO Aino Indonesia, Mohamad Feriadi, CEO ZNE; dan Arya N Soemali, IT Service Director Aplikanusa Lintasarta.

Cecep S.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.