Singapura Bentuk Digital Defense Unit, Check Point: ASEAN Perlu Tingkatkan Investasi Pertahanan Siber

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

ASEAN cybersecurity, Singapore Digital Defense Unit, AI cyber defense, ASEAN Digital Economy CommunitySingapura Bentuk Digital Defense Unit, Check Point: ASEAN Perlu Tingkatkan Investasi Pertahanan Siber

Marketing.co.id – Berita Internasional | Pemerintah Singapura resmi mengumumkan pembentukan Digital Defense Unit, sebuah inisiatif strategis untuk memperkuat pertahanan terhadap ancaman siber yang mengintai infrastruktur vital nasional. Langkah ini menandai babak baru dalam pendekatan keamanan digital yang semakin dilihat sebagai bagian integral dari kedaulatan nasional.

Menurut Abhishek Singh, Security Engineering Manager di Check Point Software, langkah Singapura ini tidak hanya merupakan kebijakan keamanan, tetapi juga sebuah deklarasi kedaulatan digital (digital sovereignty). Ia menilai, langkah tersebut layak menjadi acuan bagi negara-negara ASEAN lainnya untuk meningkatkan investasi dan kesiapan mereka dalam menghadapi ancaman siber lintas batas.

Baca Juga: Human Factor Jadi PR Besar Dunia Cyber Security di 2026

“Dengan menjadikan pertahanan siber bagian dari kerangka keamanan nasional, Singapura menegaskan bahwa dunia digital kini merupakan medan tempur yang membutuhkan military-grade deterrence. Negara-negara ASEAN perlu berinvestasi pada kapabilitas siber berbasis intelijen dan AI, atau berisiko menjadi koridor digital yang rentan bagi para penyerang,” ujar Singh.

Data Check Point Research menunjukkan bahwa dalam enam bulan terakhir, organisasi di Asia Tenggara rata-rata diserang 3.834 kali per minggu, lebih tinggi dibandingkan rata-rata serangan di Asia (2.839 kali per minggu). Hal ini menegaskan bahwa kawasan ASEAN kini menjadi target yang semakin menarik bagi pelaku kejahatan siber.

Investasi Teknologi Pertahanan Siber yang Tepat

Singh menyoroti tujuh teknologi utama yang perlu diprioritaskan pemerintah dan sektor swasta untuk memperkuat pertahanan siber mereka, antara lain Autonomous AI Agents, Advanced Malware Analysis Pipelines, Continuous Threat Exposure Management (CTEM), AI-Augmented Threat Hunting, Zero-Trust + Quantum-Resilient Mesh, LLM/AI Workload Protection, Identity & Credential Intelligence.

“Investasi pada teknologi pencegahan berbasis AI bukan lagi pilihan, tapi keharusan,” tambah Singh. “Biaya kebocoran data dan kerusakan reputasi akibat serangan jauh lebih besar daripada investasi yang diperlukan untuk membangun pertahanan yang tangguh sejak awal.”

Baca Juga: Cyber Crimer Merajalela, Ini Tips Aman Bertransaksi Online

Selain investasi teknologi, Singh juga menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia di bidang keamanan siber. Ia menyarankan agar pelatihan tidak hanya bersifat teoretis, tetapi berbasis simulasi dan kolaborasi lintas sektor. “Para pembela siber masa depan harus dilatih seperti para penyerang secara berkelanjutan, kolaboratif, dan dengan AI di dalam lingkaran latihan,” ujarnya.

Ia merekomendasikan pendekatan cyber-range environment, yakni simulasi dunia nyata yang melibatkan tim merah, biru, dan ungu untuk menghadapi skenario serangan siber seperti Advanced Persistent Threat (APT) dan ransomware. Selain itu, penerapan audit berbasis CTEM, Breach & Attack Simulation (BAS), dan kerangka kerja MITRE ATT&CK/D3FEND menjadi kunci untuk mengukur kesiapan pertahanan secara objektif. Singh juga menyoroti pentingnya rotasi tenaga ahli antar lembaga dan industri untuk mendorong kolaborasi dan berbagi intelijen ancaman (threat intelligence).

Menuju Ketahanan Siber Kolektif ASEAN

Langkah Singapura dipandang sebagai sinyal penting bagi kawasan. Dengan meningkatnya integrasi ekonomi dan digital di Asia Tenggara, serangan siber terhadap satu negara dapat berdampak sistemik terhadap seluruh rantai pasok dan jaringan keuangan regional. “Ancaman siber tidak mengenal batas negara. ASEAN perlu membangun ketahanan siber kolektif, bukan pertahanan yang berdiri sendiri,” pungkas Singh menegaskan.

Dengan dorongan dari inisiatif Singapura, para pakar memperkirakan akan muncul gelombang baru kerja sama siber antarnegara ASEAN — mulai dari berbagi intelijen, pelatihan bersama, hingga pengembangan standar pertahanan regional berbasis AI.

Jika dikelola dengan baik, transformasi ini tidak hanya memperkuat keamanan digital kawasan, tetapi juga menjadi fondasi penting menuju ASEAN Digital Economy Community yang tangguh, berdaulat, dan siap menghadapi era kuantum.