Marketing.co.id – Berita Digital | Dunia sistem pembayaran digital makin sibuk. Di triwulan kedua 2025, transaksi digital Indonesia tembus 11,67 miliar, naik 30,51% secara tahunan, menurut data terbaru Bank Indonesia. Tapi, makin digital, makin rawan juga soal keamanan.

Isu ini jadi fokus utama di acara Komisi ATM Bersama 2025 yang digelar di Bali oleh Artajasa. Dengan tema “Synergy for a Safer Digital Payment Future”, acara ini mempertemukan 15 bank dari berbagai kategori mulai dari BUMN sampai bank digital untuk membahas masa depan transaksi digital yang aman.
Menurut Armand Hermawan, Direktur Utama Artajasa, Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 bakal jadi peta jalan ke depan. “Kita butuh sistem yang aman, bisa diandalkan, dan tetap inovatif. Pengalaman pengguna penting, tapi jangan lupakan keamanan siber,” jelasnya.
Ancaman digital memang makin nyata dari phishing sampai penipuan transaksi. Karena itu, di acara ini juga diadakan talkshow bareng pihak Bareskrim Polri dan BSSN. Dua narasumber utama, Kombes Pol Budi Hermanto dan Drs. Slamet Aji Pamungkas, yang membahas bagaimana hukum dan strategi teknologi bisa barengan menjaga sistem keuangan digital tetap aman.
Kejahatan digital seperti phishing dan fraud makin kompleks, dan jadi ancaman nyata bagi pelaku industri dan konsumen. Karena itu, kolaborasi lintas sektor industri, pemerintah, hingga penegak hukum jadi kunci utama. Tidak hanya antar bank, tapi juga harus melibatkan regulator, sektor swasta, dan pemerintah.
Artajasa sendiri tidak hanya mengoperasikan ATM Bersama, tapi juga ikut mengembangkan layanan pembayaran nasional seperti QRIS Antarnegara dan Kartu Kredit Indonesia Online. Kesimpulan yang bisa ditarik dari diskusi ini, bahwa semuanya tetap balik ke satu hal, sistem harus kuat dan aman, agar publik makin percaya.