Serius Go Digital?

Di antara gaung para marketer untuk menggalakkan digital marketing di perusahaan mereka, sebenarnya seberapa jauh perusahaan sudah go digital, dan tantangan apa saja yang tengah dihadapi?

go digital

Di kebanyakan negara, media dan channel digital semakin bertambah banyak, dibarengi oleh infrastruktur digital dan mobile yang semakin matang. Tak heran jika semakin banyak perusahaan mulai menjajal kemampuannya dalam ranah digital untuk semua aktivitas marketing dan penjualan. Selain biaya atau operasional yang relatif lebih rendah, mereka tentunya mengharapkan bisa mendapat hasil yang lebih maksimal.

Menurut Smart Insights, tahun 2016 lalu saja industri ritel sudah menggelontorkan US$15 miliar untuk keperluan promo dan iklan digital. Industri ritel terutama, menghabiskan bujet lebih besar untuk iklan digital dibandingkan industri lainnya, bahkan melebihi otomotif, travel, layanan finansial, farmasi, dan media.

go digital

Angkanya tersebut melebihi bujet di tahun 2015 yang hanya sekitar US$13 miliar. Tren ini bahkan dianggap baru permulaannya saja. Ramalan untuk 3 atau 4 tahun ke depan, bujet yang dikeluarkan bisa mencapai US$23 miliar pada sekitar tahun 2020.

Selain itu, investasi perusahaan untuk media sosial juga terus meningkat beberapa tahun terakhir. Peningkatannya bahkan diramalkan meningkat 2 kali lipat dari sekitar 10% menjadi 20% pada tahun 2020 nanti. Bisnis dan layanan yang sifatnya B2C bisa menjadi pencipta tren naiknya investasi perusahaan untuk penggunaan media sosial ini.

Meski demikian, memang selalu muncul pertanyaan, apakah investasi media sosial ini benar-benar mendatangkan hasil yang nyata? Jawabannya adalah “iya”—walaupun hasil tersebut masih sedikit (belum dianggap signifikan). Masih sangat sedikit chief marketing officer (CMO) yang menyatakan media sosial mampu memberi kontribusi signifikan terhadap performa pemasaran perusahaan.

go digital

Sekalipun banyak anggapan bahwa hasil yang didatangkan oleh investasi media sosial belum signifikan, perusahaan terus berusaha melakukannya dengan kondisi tren yang cenderung meningkat. Ini karena sudah pastinya tren digital akan mengarah ke mobile untuk tahun-tahun mendatang. Kini konsumen menghabiskan waktu di mobile sekitar setengahnya daripada waktu yang mereka habiskan di web/komputer.

Para CMO di Amerika Serikat mengakui bahwa mereka sangat concern untuk berinvestasi pada teknologi mobile. Angkanya melonjak dari 6% menjadi 14,6% hanya dalam waktu 3 tahun terakhir ini saja. Fenomena tersebut cukup masuk akal, mengingat kebanyakan waktu konsumen dihabiskan dalam ranah mobile.

go digital

Dengan meningkatnya anggaran yang disiapkan untuk aktivitas pemasaran di tiap-tiap perusahaan, maka wajar jika semua perusahaan juga berharap adanya kenaikan tingkat keahlian para marketer yang terlibat dalam mengelola dan menggunakan anggaran tersebut.

Tapi kenyataannya, data dari CMO Survey menunjukkan belum ada peningkatan berarti atau belum ada tren besar peningkatan skill dalam digital marketing dari para marketer. Bahkan kompetensi sumber daya marketer masih terlihat stagnan saja.

Salah satu tantangan terbesar untuk mendapatkan sumber daya personil marketing yang mumpuni adalah kemampuan mengolah data secara big data. Bahkan untuk mendapatkan marketer yang memahami marketing research pun dirasa masih sulit.

Semakin ke depan, marketer dituntut lebih peduli data. Ini karena metode segmentasi, targeting, dan positioning yang kita kenal dulu sudah harus didukung oleh kemampuan untuk mendapatkan data secara masif, mengolah dan

go digital

mengelola data yang masif tersebut, lalu menarik kesimpulan yang bisa dipakai untuk mendatangkan profit serta ROI perusahaan.

Metode pengambilan data juga sudah semakin mengarah ke online, digital, dan mobile. Semua metode pengolahan data pun kian berubah karena kondisi data yang semakin besar dan tidak terstruktur. Kondisi pasar yang semakin dinamis menuntut kemampuan mengolah data yang semakin kompleks pula.

Walaupun belum ada bukti nyata terkait meningkatnya kompetensi para pemasar di ranah digital, potensi di digital go digitalmarketing tetap terlihat subur. Sebuah survei dari 200 eksekutif marketing di bidang industri ritel yang mempunyai wewenang mengatur dan mengalokasikan bujet pemasaran, menunjukkan bahwa channel digital dianggap bisa menghasilkan ROI yang lebih besar daripada channel offline.

Ini hanyalah salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan dalam era digital dan mobile. Masih banyak perusahaan yang kesulitan untuk menarik traffic ke dalam situs mereka, kesulitan membuktikan bahwa investasi digital marketing mereka benar-benar bisa mendatangkan ROI, melatih sumber daya yang sesuai, mengelola keamanan situs dengan benar, sampai pada menyisihkan bujet yang sesuai untuk aktivitas digital marketing perusahaan. Jadi, apakah perusahaan Anda sudah benar-benar siap untuk go digital?

 

Ivan Mulyadi

Sumber: Smart Insights & Hubspot

MM.07.2017/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.