“Seribu Bayang Purnama” Angkat Kisah Perjuangan Petani Indonesia

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman Indonesia, sebuah film layar lebar hadir mengangkat sepenuhnya problematika nyata yang dihadapi para petani di pedesaan masa kini. Film berjudul “Seribu Bayang Purnama”, produksi Baraka Films, siap tayang serentak di jaringan bioskop nasional mulai 3 Juli 2025, termasuk XXI, CGV, Cinepolis, dan SAM’S Studio. Menariknya, seluruh keuntungan dari penjualan tiket film ini akan didonasikan sepenuhnya untuk program pemberdayaan petani.

Film “Seribu Bayang Purnama” dikemas secara ringan namun mendalam, bertujuan memberikan edukasi dan alternatif pemahaman mengenai betapa krusialnya bidang pertanian bagi bangsa Indonesia. Baraka Films, rumah produksi yang dikenal dengan karya-karya dokumenter berkualitas, kini menghadirkan drama keluarga yang menyentuh hati ini.

Film ini secara gamblang menceritakan kesulitan para petani dalam memperoleh modal untuk mengolah lahan mereka. Mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia, yang sudah menjadi kebiasaan, seringkali menjerat petani ke dalam lingkaran utang rentenir dengan bunga selangit. Akibatnya, banyak petani terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang tak berkesudahan.

Kisah pilu inilah yang menginspirasi Yahdi Jamhur, sutradara sekaligus founder Baraka Films, untuk menuangkan kegelisahan para petani ke dalam sebuah karya film. Harapannya, masyarakat luas dapat lebih memahami derita mereka, mengingat petani adalah tulang punggung pengadaan pangan secara nasional.

Menurut Yahdi Jamhur, ide pembuatan film ini dipicu oleh tantangan dan dukungan penuh dari produser eksekutif, Joao Mota. Seorang pegiat pertanian alami yang peduli pada nasib petani Indonesia, Joao Mota membawa ide cerita tentang kisah sukses seorang petani muda di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhasil mempelopori Metode Tani Nusantara. Metode pertanian alami ini diklaim mudah, murah, dan sederhana, mampu menekan biaya pertanian hingga 80 kali lipat, serta membebaskan petani dari ketergantungan rentenir dan pupuk pestisida kimia pabrikan.

Namun, penerapan metode pertanian alami di desa yang sudah sangat bergantung pada pupuk pabrikan tentu tidak mudah. Film “Seribu Bayang Purnama” menggambarkan perjuangan para perintis metode ini yang harus menghadapi perlawanan keras dari juragan penjual pupuk kimia. Konflik antara pejuang tani alami dengan juragan pupuk pabrikan, yang dibumbui kisah cinta problematik antara tokoh utama Putro Hari Purnomo (Marthino Lio) dengan Ratih (Givina), putri dari keluarga rivalnya, menjadi bagian paling menarik dan dramatis dalam film ini.

Yahdi Jamhur berharap, film ini juga dapat menginspirasi generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, mencontoh Putro Hari Purnomo. Putro dikisahkan sebagai seorang pemuda yang bertekad kembali dari kota ke kampung halamannya untuk menggerakkan petani lain menerapkan metode pertanian alami warisan ayahnya. Meski mendapat tentangan dari saingan lama dan tantangan dalam kompetisi pertanian bergengsi, Putro gigih membuktikan nilai pertanian alami yang berkelanjutan.

Dengan pengalaman Yahdi Jamhur sebagai jurnalis TV dan pembuat film dokumenter, “Seribu Bayang Purnama” yang mengambil lokasi syuting di desa-desa eksotis di Yogyakarta, dipenuhi dengan gambar-gambar sinematik yang indah dan menawan. Didukung alur cerita dan penokohan yang kuat dari skenario yang ditulis oleh Swastika Nohara (peraih dua Piala Maya), film ini menjanjikan pengalaman sinematik yang mendalam. Selain Marthino Lio dan Givina, film ini juga diperankan oleh aktor-aktor dengan karakter kuat seperti Whani Darmawan, Aksara Dena, dan Nugie.

“Pesan lain yang ingin disampaikan adalah bumi pertiwi ini butuh sebuah cara, yaitu pertanian yang alami agar terus bisa memberikan hasil bumi terbaik. Selain itu diharapkan juga banyak generasi muda yang mulai tertarik untuk bertani karena bertani juga sebuah pilihan hidup, bukan sebuah keterdesakan hidup seperti yang selama ini terjadi,” tambah Yahdi.

Film ini didedikasikan bagi para petani yang telah berkontribusi besar bagi bangsa Indonesia. “Pesan utama yang kami coba sampaikan melalui film ini adalah ketahanan pangan merupakan salah satu kunci bagi kedaulatan negara Indonesia,” tutup Yahdi.

“Seribu Bayang Purnama” tak hanya menghibur, tetapi juga membuka mata tentang realitas petani kita, serta menawarkan harapan dan solusi melalui pertanian alami yang lebih sehat dan berkelanjutan. Jangan lewatkan tayang perdananya di bioskop kesayangan Anda mulai 3 Juli 2025.