Sektor Seluler Asia Pasifik Diproyeksikan Tembus $1,4 Triliun pada 2030

0
Industri Seluler Asia Pasifik Diproyeksikan Tembus $1,4 Triliun pada 2030
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Industri Seluler Asia Pasifik Diproyeksikan Tembus $1,4 Triliun pada 2030
Sektor Seluler Asia Pasifik Sumbang $950 Miliar ke PDB; Diproyeksikan Capai $1,4 Triliun pada 2030 (Gambar: Freepik.com)

Transformasi digital di Asia Pasifik dipercepat oleh adopsi 5G, AI, dan IoT, namun tantangan seperti penipuan dan biaya spektrum yang meningkat harus segera diatasi.

Marketing.co.id – Berita Digital | Industri seluler terus menjadi pilar penting bagi perekonomian Asia Pasifik. Laporan Mobile Economy Asia Pacific 2025 yang dirilis GSMA mengungkapkan bahwa sektor ini menyumbang US$950 miliar ke produk domestik bruto (PDB) kawasan pada 2024, setara dengan 5,6% dari total PDB regional. Angka ini diproyeksikan melonjak menjadi US$1,4 triliun atau 6,6% dari PDB pada 2030.

Laporan yang diluncurkan di Digital Nation Summit Singapore 2025 itu menyoroti bagaimana konektivitas seluler, jaringan 5G, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) mempercepat pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital di kawasan ini.

Ekosistem seluler di Asia Pasifik mendukung sekitar 16 juta lapangan kerja pada 2024, termasuk 11 juta pekerjaan langsung dan 5 juta pekerjaan tidak langsung. Selain itu, sektor ini menyumbang lebih dari US$90 miliar dalam bentuk pendapatan untuk pemerintah, belum termasuk biaya spektrum dan regulasi lainnya.

Operator telekomunikasi telah menggelontorkan US$220 miliar untuk pengembangan jaringan 5G sejak 2019, dan akan menambah US$254 miliar lagi hingga 2030. Namun, biaya spektrum yang meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir serta kesenjangan investasi di wilayah pedesaan menjadi tantangan besar.

“Konektivitas seluler adalah oksigen bagi transformasi digital Asia Pasifik,” ujar Julian Gorman, Head of Asia Pacific GSMA. “Namun, 48% populasi Asia Pasifik masih belum terhubung ke internet. Kita perlu spektrum yang terjangkau, pembiayaan cerdas, dan aksi kolektif melawan penipuan dan ancaman siber.”

Ancaman Penipuan Digital dan Serangan Siber

GSMA memperingatkan bahwa ‘ekonomi penipuan’ global telah menyedot lebih dari US$1 triliun dari konsumen di seluruh dunia pada 2024. Di Asia Pasifik, ancaman ini semakin besar seiring meningkatnya penggunaan 5G dan perangkat IoT.

Operator di kawasan ini mulai menerapkan teknologi pendeteksi penipuan berbasis AI, arsitektur keamanan zero-trust, serta membentuk gugus tugas lintas sektor. Salah satu inisiatif penting adalah Asia Pacific Cross-Sector Anti-Scam Taskforce (ACAST) yang menggabungkan operator dan platform digital dari 16 negara untuk melawan penipuan secara kolektif.

Laporan ini juga menekankan pentingnya regulasi yang netral teknologi dan pro-inovasi, terutama dalam strategi spektrum. Diperlukan peta jalan spektrum yang jelas dan model harga yang berkelanjutan agar ekspansi 5G bisa optimal, serta membuka jalan menuju pengembangan 6G.