Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Save the Children Indonesia melalui program Ketangguhan Masyarakat Berbasis Lanskap (KMBL) telah memberikan dampak signifikan bagi lebih dari 43.800 masyarakat di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung dalam 10 bulan terakhir. Sebanyak 15.260 anak-anak kini terlindungi lebih baik dari risiko banjir, sementara 28.554 orang dewasa telah diberdayakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mengelola lingkungan mereka secara berkelanjutan.
“Anak-anak adalah kelompok paling rentan ketika banjir terjadi. Oleh karena itu, kami mengutamakan perlindungan yang menyeluruh dengan memperkuat kesiapsiagaan komunitas, sistem peringatan dini, serta memberikan informasi yang tepat tentang tindakan yang harus dilakukan selama banjir,” ujar Rosianto Hamid, Chief Of Partnership Strategic and Program Operation – Save the Children Indonesia.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir adalah bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, dengan 962 kejadian dari 1 Januari hingga 8 Desember 2024. Kecamatan Rancaekek di Kabupaten Bandung menjadi salah satu wilayah terdampak, di mana banyak rumah terendam dan aktivitas sekolah terganggu. Anak-anak menghadapi risiko kesehatan yang tinggi serta kesulitan dalam mengakses pendidikan. Hal ini menunjukkan perlunya membangun ketangguhan masyarakat untuk menghadapi banjir.
Untuk mengatasi masalah ini, Save the Children Indonesia bersama Yayasan SHEEP Indonesia, didukung oleh The Korea Financial Industry Foundation (KFIF) dan Save the Children Korea, menjalankan program KMBL yang bertujuan meningkatkan ketangguhan masyarakat melalui pendekatan lanskap dari hulu ke hilir. Program ini juga memperkuat sistem peringatan dini dan tata kelola pengurangan risiko bencana secara partisipatif, dengan fokus pada kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas.
Yayasan Industri Keuangan Korea (KFIF) telah berkomitmen menyumbangkan kontribusi sebesar 200 miliar KRW (sekitar USD 150 juta) untuk mendukung proyek-proyek sosial baik di Korea maupun secara global.
Program KMBL telah mengimplementasikan sejumlah strategi untuk memastikan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Beberapa langkah utama termasuk identifikasi kesenjangan dalam sistem peringatan dini, pembentukan Satuan Tugas Siaga Warga Rancaekek, pengembangan Standard Operating Procedures (SOP) untuk merespons banjir, serta peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan simulasi.
Program ini juga memperkuat sistem peringatan dini dengan instalasi alat tambahan di lokasi strategis bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Selain itu, edukasi kepada masyarakat dan anak-anak tentang langkah-langkah menghadapi banjir serta pentingnya menjaga lingkungan juga dilakukan melalui pelatihan dan kampanye kesadaran.
“Kolaborasi antara berbagai pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi anak-anak dan masyarakat. Dengan pendekatan yang menyeluruh, kami berharap masyarakat lebih siap menghadapi bencana dan lebih peduli terhadap pengelolaan lingkungan,” tambah Rosianto.