SAP Express, Saatnya Fokus Garap e-Commerce

Setelah sukses menggarap segmen korporasi, terutama perbankan, SAP Express mulai melirik segmen e-commerce. Di sektor e-commerce, perusahaan ini mengklaim punya kekuatan yang tidak dimiliki kompetitor.

Tak disangkal geliat bisnis e-commerce berimbas positif pada industri logistik, meskipun kontribusinya belum terlalu signifikan. Porsi terbesar pendapatan perusahaan logistik masih bersumber dari aktivitas ekspor-impor skala besar. Namun, potensi pengiriman barang dari e-commerce masih sangat menjanjikan. Sebagai gambaran, menurut data Bloomberg, lebih dari separuh penduduk Indonesia terlibat dengan aktivitas e-commerce.

Melihat besarnya potensi e-commerce di masa depan, tidak mengherankan jika PT Satria Antaran Prima (SAP Express) bernafsu membesarkan pasarnya di segmen ini. SAP rupanya tidak ingin terperangkap dalam sangkar emas pasar B2B. Selama ini, pasar SAP memang besar di segmen korporasi, terutama perbankan. SAP dapat untung besar dari pengiriman kartu kredit dan dokumen tagihan dari bank ke nasabah mereka.

Budiyanto Darmastono, Direktur Utama SAP Express, menyadari terlalu berisiko bagi keberlangsungan bisnis SAP jika terlalu bergantung pada sektor perbankan. Karena meskipun perbankan berkontribusi sebesar 35% bagi pendapatan perusahaan, pertumbuhannya single digit. Di sisi lain, sektor e-commerce kontribusinya baru 11% bagi pendapatan SAP, tapi pertumbuhan sektor ini terhadap pendapatan SAP mencapai 40% per tahun.

“Salah satu penyebabnya adalah ketatnya pengeluaran kartu kredit akibat aturan Bank Indonesia, membuat sirkulasi kartu kredit sedikit. Lagi pula, penggantian kartu kredit hanya diberikan lima tahun sekali dan maksimal satu orang saat ini memiliki dua kartu kredit,” tutur pria yang akrab disapa Budi ini.

Agar lebih maksimal menggarap e-commerce, SAP membutuhkan tambahan dana segar. Untuk itu SAP mencari tambahan modal di bursa dengan melakukan penawaran saham perdana (initial public offering). Budi mengatakan, IPO diperlukan guna memperkuat struktur permodalan SAP. Hasil dari penjualan saham tersebut antara lain digunakan untuk membiayai bisnis jasa pengiriman (express delivery) sektor e-commerce.

Seperti disinggung di atas, potensi pasar bisnis pengiriman sektor e-commerce sangat besar di masa mendatang. Budi mengutip data Statista Digital Market Outlook tahun 2017 yang menyebutkan penjualan e-commerce di Indonesia tahun 2018 diperkirakan lebih dari US$8,5 miliar, naik 49% dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar US$5,8 miliar. Masih dari sumber yang sama, di tahun 2022, penjualan e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari US$16,4 miliar atau tumbuh rata-rata 18% setiap tahunnya sejak 2018.

SAP akan mengambil beberapa langkah strategis untuk memperkuat bisnis pengiriman e-commerce, di antaranya menambah jumlah kantor cabang, dari 100 menjadi 1.000 outlet. Luas gudang SAP Express juga akan ditambah pasca IPO, dari sebelumnya 300 meter persegi menjadi 1.500 meter persegi.

Selain itu, pihaknya juga akan mengembangkan payment gateway untuk memudahkan konsumen membayar tagihan kiriman barang. “Keunggulan kami di e-commerce pada layanan COD (cash on delivery), ada empat perusahaan kurir yang melayani COD, dan SAP menjadi market leader,” jelas Budi dalam paparan publik penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tarif pengiriman SAP juga lebih kompetitif dibandingkan para pesaing. Menurut Budi, ongkos pengiriman barang melalui SAP Express lebih murah 20%–30% dibandingkan perusahaan kurir besar lain. “Saat ini, kontribusi revenue dari jasa pengiriman e-commerce sekitar 11%. Setelah IPO, kontribusi dari pengiriman e-commerce diharapkan meningkat 40%,” tuturnya.

Pionir Menggunakan Aplikasi

Di segmen pengiriman e-commerce, nama SAP kurang populer dibandingkan JNE, Tiki, atau J&T Express. Perusahaan ini memang relatif baru, mulai beroperasi 9 September 2014. SAP bisa dikatakan pionir dalam menggunakan aplikasi. Sejak awal, perusahaan ini sudah menerapkan sistem operasional berbasis Android dalam menjalankan usahanya.

Pada Januari 2015, jumlah cabang SAP dilaporkan mencapai 16. Pada Maret 2015, angkanya bertambah menjadi 40 cabang dan jumlah oulet mencapai 200 titik di berbagai wilayah di Indonesia. Tahun 2018, total cabang yang dikelola secara mandiri oleh SAP Express ada lebih dari 70 cabang.

SAP EXPRESS
Budiyanto Darmastono, keempat dari kiri, Direktur utama SAP Express

Saat ini, SAP menjadi perusahaan kurir pertama yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Jumlah saham yang ditawarkan ke publik mencapai 433.333.300 saham atau setara dengan 52% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Rentang harga yang ditawarkan Rp220–Rp260 per saham selama masa book building, 31 Agustus–10 September 2018 lalu. Dari IPO ini SAP berhasil meraup dana lebih dari Rp108 miliar.

Menyinggung soal ketatnya persaingan di bisnis pengiriman, Budi tidak terlalu khawatir karena SAP memiliki diferensiasi dibandingkan kompetitor. Budi menegaskan, SAP sangat kuat di segmen perbankan dan e-commerce sistem COD. “Segmen e-commerce terbagi dua, pengiriman biasa dan COD. Kami memiliki kekuatan di COD, tidak semua perusahaan kurir mampu melakukan COD,” tegasnya.

Berdasarkan data prospektus di situs perusahaan, pada kuartal pertama tahun 2018, SAP mencatat peningkatan pendapatan 54,3% menjadi lebih dari Rp48,2 miliar, dibandingkan kuartal pertama tahun 2017 sebesar Rp31,2 miliar. Masih pada kuartal pertama tahun 2018, laba bruto SAP meningkat 59,3% menjadi Rp10,8 miliar dari sebelumnya Rp6,8 miliar.

 

Tony Burhanudin

MM.11.2018/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.