Poppy Herlina: Memasak adalah Diriku

Mulai dari arisan ke arisan, sambal Mapoppy mulai bisa dinikmati masyarakat luas. Seperti apa kisahnya?

sambal mapoppy
Sambal Mapoppy

Berbisnis memang sangat digandrungi banyak orang belakangan ini. Buku, kursus, dan seminar bisnis yang begitu laris manis adalah salah satu bukti nyata.

Tidak seperti kebanyakan, jika yang lain memang sedari awal ingin berbisnis, justru Poppy Herlina tak pernah sekali pun terpikir untuk berbisnis.

Wanita kelahiran Jakarta, 3 Desember 1958 ini, hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa seperti pada umumnya.

Namun, semuanya berubah ketika anak semata wayangnya (Rachma Nadya) menginjak usia 7 tahun, yakni sekitar 18 tahun lalu. Terjadi perubahan besar dalam hidupnya, terutama perekonomian keluarga.

Saat itu, Poppy harus menerima kenyataan bahwa sosok suami yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga meninggalkannya untuk selama-lamanya. Poppy merasa terpukul dan berat menghadapi kenyataan tersebut.

Kondisi perekonomian keluarga pun menjadi terganggu. Untungnya Poppy cepat menyadari bahwa ia tidak bisa berdiam diri meratapi apa yang terjadi. Apalagi, ia memiliki seorang anak yang harus dijaga, dirawat dan meraih pendidikan yang layak untuk bekal masa depannya kelak.

sambal mapoppy 1“Saya sama sekali tidak punya niat untuk berbisnis. Tapi setelah suami tiada saya sadar saya harus berbisnis,” kata Poppy mengenang.

Namun, , anak kedua dari tiga bersaudara ini merasa sulit memutuskan apa yang harus dilakukannya. Hingga akhirnya, banyak saudara-saudara terdekatnya yang mulai menyukai hasil masakannya.

Dari situ, Poppy berpikir kenapa tidak buka bisnis makanan saja, toh hasil masakannya telah diakui.

“Bersyukur, keluarga dekat banyak yang menyukai masakan saya, kenapa tidak saya buat bisnis saja,” kata lulusan Nila Sari Jakarta ini.

Bermodalkan Rp350.000, Poppy pun mulai memberanikan diri terjun ke dunia bisnis makanan. Ia mulai membuat masakan makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Bukan itu saja, ia pun membuat kue kering, basah, tart dan bolu.

Respon pasar ternyata cukup bagus, dari arisan satu ke arisan lainnya (word of mouth), masakannya mulai dikenal, terutama sambal hasil racikannya.

Mengingat banyak yang kepincut dengan masakannya, terutama sambal hasil racikannya, di awal tahun 2015, Poppy mulai menjualnya dengan merek Mapoppy.

Bagi Poppy, hampir semua bisnis makanan selalu menguntungkan. Dan, mayoritas orang Indonesia adalah pecinta sambal karena memang sangat cocok dengan berbagai makanan Indonesia.

“Saya yakin ke depannya sambal Mapoppy akan berkembang karena semua orang suka sambal,” katanya percaya diri.

Dalam perjalanan bisnisnya, Poppy dihadapkan dengan beberapa kendala. Ketika memasarkan sambal Mapoppy misalnya, tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari calon pelanggan, selain tentunya harga bahan baku yang selalu beranjak naik. Meski begitu, pelan tapi pasti pelanggan mulai menerima.

Sambal Mapoppy sendiri dibuat menggunakan bahan-bahan pilihan dan bebas pengawet. Bahannya cabai dengan berbagai jenis, terasi, ayam, pete, ayam, kentang, bawang merah, garam, dan gula.

Dengan bahan-bahan tersebut, sambal Mapoppy bisa didapatkan dengan beragam rasa, mulai dari sambal terasi, sambal pete, sambal ayam suwir, dan keripik kentang. Level pedasnya pun macam-macam, ada pedas, pedas banget, dan pedas sesuai pesanan.

Tentu saja, Poppy tak ingin sambal ciptaannya hanya bisa dinikmati orang-orang di sekitarnya saja. Oleh karenanya, untuk semakin mempopulerkan sambal Mapoppy, Poppy dibantu anak semata wayangnya, Rachma nadya.

Menurut Nadia, usaha yang dirintis oleh ibu tercintanya itu berkembang lewat word of mouth, dimana bisnisnya berkembang berawal dari arisan keluarga dan arisan teman.

Mereka sangat menyukai dan memesan dalam jumlah banyak untuk kembali dijual ke teman-teman mereka.

Feedback positif kami terima dengan mulai berdatangannya orderan demi orderan. Setiap minggunya pesanan yang datang bisa mencapai 100 pesanan,” tutur Nadya semangat.

Namun, Nadya belum merasa puas dengan pencapaian tersebut. Nadya ingin sambal Mapoppy bisa dikenal dan dinikmati lebih banyak orang lagi. Untuk mencapai keinginannya tersebut, Nadya memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran, utamanya Instagram (@sambalmapoppy).

Hasilnya tidak mengecewakan, sekitar 20% pesanan yang datang berasal dari media sosial tersebut.

“Media sosial ini (Instagram) sangat membantu sekali. Orderan yang datang ke kita tidak hanya datang orang-orang sekitar saja, tapi juga dari orang luar Jakarta seperti Bogor, Bandung, Malang, dan Pekanbaru,” jelas Nadya.

Kini omzet sambal Mapoppy sekitar 5-10 juta perbulannya. Nadya berharap, ke depannya sambal Mapoppy bisa di kenal semua kalangan dan bisa menjualnya ke seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri.

“Semoga ke depannya, sambal Mapoppy bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia, dan luar negeri,” harap Nadia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.