Era Baru Kemitraan Manusia-Mesin

Menurut riset global dari Dell Technologies, saat ini kita tengah memasuki era baru kemitraan manusia-mesin dengan sejumlah visi berbeda tentang masa depan. Lima puluh delapan persen dari 3.800 pemimpin bisnis dunia, termasuk dari Asia Pasifik dan Jepang, yang berpartisipasi dalam survei tersebut menyatakan bahwa sistem terotomasi akan menghemat lebih banyak waktu mereka, sementara 42% lainnya justru berpikir sebaliknya.

Sumber Gambar: http://ta.tekacademy.com/tek/wp-content/uploads/2015/04/tech1.jpg

Sementara itu, 48% percaya bahwa mereka akan lebih bahagia dengan pekerjaan mereka di masa depan dengan menyerahkan sebagian besar tugas mereka pada mesin, sedangkan 52% tidak setuju. Sebagian besar pemimpin bisnis di APJ memprediksi hal tersebut akan berdampak pada bisnis mereka, namun hasil riset terbaru dari Dell Technologies menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di APJ belum siap menuju era baru dan lebih mementingkan strategi untuk bersaing.

Studi tersebut juga meramalkan bahwa pada 2030 sejumlah teknologi baru akan membentuk kemitraan yang lebih kaya dan interaktif antara manusia dan mesin. Para pemimpin bisnis di APJ mendukung premis tersebut dengan 80% responden mengharapkan manusia dan mesin akan bekerja sebagai satu tim terintegrasi di dalam organisasi mereka dalam lima tahun ke depan.

Tetapi, para pemimpin bisnis tersebut juga berbeda pendapat tentang apakah masa depan menciptakan peluang atau sebuah ancaman, dan bingung dengan pilihan yang ada untuk mengatasi risiko tersebut. Misalnya:

  • 52% menyatakan bahwa semakin besar ketergantungan manusia pada teknologi, semakin besar kerugian yang akan dialami jika terjadi serangan siber; sementara 48% tidak mengkhawatirkan hal tersebut.
  • 53% pemimpin bisnis menuntut protokol yang jelas jika mesin-mesin yang bekerja secara otonom tersebut mengalami masalah; sementara selebihnya abstain.
  • 49% menyatakan komputer harus bisa memutuskan mana perintah yang baik dan buruk; 51% menyatakan hal tersebut tidak perlu:

Menurut Jeremy Burton, chief marketing officer Dell Technologies, sangatlah wajar komunitas bisnis memiliki pandangan yang sangat berbeda. Ada dua pandangan ekstrim tentang masa depan: pandangan pesimistis yang didorong kekhawatiran manusia akan kehilangan peran di masa depan atau pandangan optimistis di mana teknologi akan menyelesaikan berbagai masalah sosial terbesar manusia.

Pandangan yang saling bertolak belakang tersebut dapat mempersulit upaya yang dilakukan berbagai organisasi untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang terus berubah dan tentunya menghambat upaya para pemimpin bisnis menerapkan berbagai perubahan yang harus dilakukan.

Sementara itu, David Webster, President, APJ Enterprise, Dell EMC menyatakan, meski banyak organisasi di wilayah APJ sedang mentransformasi TI mereka demi mewujudkan inovasi masa depan dan menyediakan pengalaman terbaik bagi pelanggannya, para pemimpin bisnis juga harus mengatasi hambatan budaya. Berbagai organisasi harus membangun budaya yang tepat untuk berkolaborasi, menerima perubahan dan mempersiapkan strategi untuk mempersiapkan diri dan sukses.

Wilayah APJ sendiri merupakan pusat inovasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan IoT (Internet of Things). Oleh karena itu, ada ekspektasi tinggi bahwa wilayah APJ dapat mendemonstrasikan dampak positif yang dihasilkan berbagai teknologi baru, khususnya yang  telah berhasil diterapkan.

“Terlepas dari kurangnya persiapan menyambut era baru masa depan tersebut seperti yang disampaikan para pemimpin bisnis, kemajuan teknologi dan inovasi akan memainkan peranan sangat penting untuk mengatasi berbagai tantangan transformasi di masa depan, dengan kemitraan manusia-mesin yang akan mengubah cara kita hidup, bekerja, dan beraktivitas di area-area urban,” tambah Amit Midha, President, APJ Commercial, Dell EMC.

Mengingat perubahan besar yang mungkin terjadi, 61% responden berspekulasi bahwa sekolah-sekolah nantinya harus mengajarkan proses belajar, bukan lagi apa yang harus dipelajari untuk mempersiapkan para siswa untuk pekerjaan yang belum ada saat ini. Pendekatan ini sejalan dengan prediksi IFTF yang menyatakan bahwa 85% pekerjaan di tahun 2030 nanti bahkan belum ada saat ini.

Berbagai hambatan yang harus dihadapi

Sayangnya, banyak perusahaan yang tidak bergerak cepat, dan tidak secara menyeluruh, mengatasi berbagai hambatan umum untuk menjadi sebuah bisnis digital yang sukses. Hanya 24% perusahaan yakin mereka telah melakukan perubahan dengan memanfaatkan segala hal digital dalam semua aktivitas mereka. Sementara itu, 44% tidak tahu apakah dalam sepuluh tahun ke depan mereka masih bisa bersaing, dan sebagian besar perusahaan (63%) sulit mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi.

Sejumlah hambatan untuk menjadi sebuah bisnis digital yang sukses di tahun 2030 dan seterusnya di APJ termasuk:

  1. Tidak adanya visi dan strategi digital: 66%
  2. Tidak ada sumber daya manusia yang siap: 63%
  3. Keterbatasan teknologi: 50%
  4. Keterbatasan waktu dan uang: 37%
  5. Hukum dan regulasi: 20%

Disatukan oleh kebutuhan untuk bertransformasi

Para pemimpin bisnis mungkin memiliki pandangan berbeda tentang masa depan dan berbagai hambatan yang harus mereka hadapi untuk berubah, tapi mereka semua sepakat bahwa mereka harus berubah. Bahkan, sebagian besar perusahaan yakin mereka akan siap bertransformasi dalam lima tahun, terlepas dari berbagai tantangan yang harus mereka hadapi.

Yang mungkin dicapai dalam lima tahun:

  • Memiliki pertahanan keamanan siber yang efektif: 93%
  • Menawarkan produk mereka sebagai jasa: 90%
  • Menuntaskan transisi menjadi bisnis berbasis perangkat lunak: 89%
  • R&D akan menjadi pendorong kemajuan perusahaan: 83%
  • Menawarkan pengalaman pelanggan yang terkoneksi total dengan virtual reality(VR): 82%
  • Menggunakan AI untuk mengantisipasi kebutuhan pelanggan: 82%

Burton menambahkan, “Kita memasuki era perubahan besar. Meskipun para pemimpin bisnis memiliki pandangan yang berbeda, mereka sepakat bahwa transformasi harus terjadi. Dalam berbagai diskusi saya dengan pelanggan, saya percaya kita semua sepakat kita harus mengambil keputusan penting. Perusahaan bisa memiliki kendali penuh dalam mentransformasi TI, sumber daya manusia dan keamanan siber mereka dan memainkan peran penting di masa depan atau tertinggal di belakang.”

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.