
TikTok telah menjadi panggung utama bagi para pemasar digital. Namun, metrik mana yang benar-benar penting: jangkauan atau konversi?
Marketing.co.id – Berita Digital | TikTok terus mengukuhkan posisinya sebagai platform pemasaran digital yang digemari secara global. Dengan algoritma yang menekankan pada konten-konten viral, platform ini menawarkan peluang luar biasa bagi brand untuk meraih eksposur yang sangat besar dalam waktu singkat.
Namun, laporan TikTok Marketing 2025 dari Statista menunjukkan bahwa meski 54% pemasar menganggap “reach” atau jangkauan sebagai metrik kesuksesan utama, hanya 4,5% yang menjadikan konversi sebagai fokus utama. Ini menandakan adanya ketimpangan antara popularitas dan performa nyata dalam strategi pemasaran di TikTok.
Baca Juga: Langkah-Langkah Menyusun Strategi Social Media Marketing untuk Dongkrak Penjualan
“TikTok unggul dalam membangun awareness, tapi belum sepenuhnya matang sebagai kanal penjualan langsung,” ungkap laporan tersebut.
Reach Saja Belum Cukup
Tampil di layar sebanyak mungkin pengguna TikTok menjadi tujuan awal banyak brand. sebab, viralitas memberi peluang menembus batas geografis dan demografis. Namun, visibilitas saja belum tentu menghasilkan transaksi nyata.
Sebagai platform hiburan, TikTok memang belum ideal untuk mendorong pembelian instan. Pengguna lebih tertarik menyerap tren daripada melakukan tindakan langsung. Ini membuat strategi konversi memerlukan pendekatan yang lebih kreatif dan terarah.
Engagement Turun Tantangan Meningkat
Tingkat engagement TikTok mengalami penurunan dari 5,77% pada 2023 menjadi 4,64% di 2024. Meskipun masih lebih tinggi dibanding platform media sosial lainnya, tren ini menunjukkan adanya persaingan konten yang semakin ketat dan menuntut pendekatan yang lebih personal.
Baca Juga: Cara menggabungkan Social Media Marketing dan Email Marketing
Pemasar pun akhirnya mulai mengalihkan fokus ke metrik lain seperti engagement (28%) mencakup like, komentar, dan share, serta pertumbuhan followers (12,8%) yang menunjukkan dampak jangka panjang kampanye. Dibanding hanya mengejar penjualan langsung, metrik tersebut menekankan pentingnya membangun komunitas dan koneksi emosional dengan audiens.
Hashtag Populer Belum Tentu Menguntungkan
Hashtag seperti #fyp, #foryou, dan #viral menjadi mesin utama untuk menjangkau audiens masing-masing dengan puluhan miliar tayangan. Namun, popularitas ini tidak otomatis berarti konversi. Tantangannya adalah mengubah eksposur menjadi aksi nyata melalui kunjungan ke TikTok Shop, pendaftaran di halaman eksternal, atau pembelian produk.
Baca Juga: Tips Agar Konten Video Viral di TikTok dan Instagram
Solusi yang banyak diterapkan para pemasar adalah menggabungkan kampanye branding dengan taktik social commerce. Fitur seperti TikTok Shop, live streaming, dan kolaborasi dengan influencer banyak digunakan untuk menjembatani antara jangkauan dan penjualan. Meski begitu, 58% pemasar masih mengaku kesulitan mengarahkan trafik ke toko bawaan TikTok. Ini menjadi sinyal bahwa TikTok belum sepenuhnya sukses sebagai platform eCommerce.
Dengan proyeksi pendapatan iklan mencapai $54 miliar pada 2027, potensi TikTok di dunia pemasaran digital sangat besar. Namun, platform ini hingga kini masih lebih efektif dalam membangun awareness ketimbang mendatangkan penjualan langsung. Kuncinya adalah keseimbangan antara reach dan conversions. TikTok harus terus mengembangkan fitur dan tools yang mempermudah pengguna bertransaksi tanpa kehilangan daya tarik utamanya sebagai konten yang menghibur dan otentik. (Merca20com)