REA Berdayakan Lebih dari 600 Petani Swadaya di Kaltim agar Memenuhi Standar EUDR dan RSPO

0
PT REA Kaltim Plantations (REA)
On Field Training
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Marketing |  PT REA Kaltim Plantations (REA)  memperkuat implementasi program SHINES (SmallHolder INclusion for Ethical Sourcing) untuk meningkatkan kesejahteraan petani swadaya melalui sertifikasi RSPO dan kepatuhan terhadap Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR). Diluncurkan pada Oktober 2024, program SHINES melibatkan kolaborasi dengan mitra korporasi untuk mendorong perubahan transformatif dan memperkuat tanggung jawab bersama di seluruh rantai pasok.

REA merupakan produsen minyak sawit yang telah berkomitmen terhadap produksi yang berkelanjutan dan inklusif sejak tahun 1989. Sebagai anak perusahaan dari R.E.A. Holdings PLC yang terdaftar di Bursa Efek London, REA memiliki wilayah operasi di Balikpapan dan Kalimantan Timur.

Operasional REA mencakup perkebunan kelapa sawit, pabrik pengolahan minyak sawit, dan fasilitas penghancuran inti sawit, serta didukung oleh upaya konservasi hutan seluas kurang lebih 18.000 hektare.

Melalui inisiatif seperti program SHINES, REA bertekad meningkatkan kepatuhan rantai pasok yang tersertifikasi RSPO, mendorong peningkatan produktivitas, dan membuka akses pasar jangka panjang bagi petani swadaya, sejalan dengan perkembangan regulasi internasional seperti EUDR.

“Inklusi petani swadaya adalah kunci menuju pembangunan berkelanjutan,” ujar Bremen Yong, Group Chief Sustainability Officer REA. “SHINES merupakan inisiatif yang memiliki landasan bisnis kuat, yang menyatukan para pemangku kepentingan di seluruh rantai nilai untuk mendorong perubahan transformatif, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat integritas rantai pasok,” tambahnya.

Melalui intervensi program, REA memastikan bahwa para produsen mematuhi regulasi internasional dan memperoleh akses yang lebih baik terhadap peluang ekonomi.

Sejumlah koperasi petani swadaya di Kutai Kartanegara, yaitu Koperasi Perkebunan Belayan Sejahtera, Gotong-Royong, Tunas Harapan, Bina Wana Sejahtera, dan Karya Penoon, menerima pelatihan, dukungan teknis, serta insentif pasar bagi mereka yang memenuhi ketentuan EUDR dan standar industri. Dukungan ini bertujuan untuk memastikan kepatuhan jangka panjang serta membuka akses pasar berkelanjutan bagi petani.

PT REA Kaltim Plantations (REA)
On Field Training

Pemetaan Petani dan Teknologi Ketertelusuran

Sebagai bagian dari komponen ketertelusuran dan kepatuhan dalam program ini, REA menggandeng KOLTIVA, perusahaan agritech asal Swiss-Indonesia, untuk memberikan dukungan teknis dalam pemetaan poligon lahan, evaluasi kebun, serta penerapan platform penelusuran KoltiTrace. Solusi menyeluruh ini akan membantu lebih dari 600 petani swadaya dalam memastikan kepatuhan penuh terhadap persyaratan EUDR.

“Dengan mengintegrasikan penilaian kebun, adaptasi teknologi melalui KoltiTrace, serta pelatihan tentang Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP), kami membantu para produsen menghadapi lanskap regulasi yang terus berkembang sekaligus meningkatkan prospek ekonomi mereka dalam jangka panjang,” tambahnya. Pendekatan KOLTIVA menggabungkan solusi digital yang inovatif dengan intervensi langsung di lapangan, memastikan para produsen dapat menghadapi kompleksitas standar keberlanjutan global secara efektif,” ujar Manfred Borer, CEO dan Co-Founder KOLTIVA.

Terkait program ini, KOLTIVA saat ini tengah mengimplementasikan platform KoltiTrace di sepuluh koperasi di Kalimantan Timur, dengan fokus pada pemetaan dan verifikasi batas lahan petani. Infrastruktur ketertelusuran digital ini menjadi fondasi penting untuk verifikasi legalitas lahan dan pemantauan berkelanjutan sebagaimana disyaratkan dalam standar RSPO dan EUDR.

Kesiapan petani swadaya di Indonesia terhadap regulasi EUDR masih sangat terbatas. Sekitar 41% dari total lahan perkebunan sawit nasional—sekitar 6,7 juta hektare—dikelola oleh petani swadaya. Namun, studi menunjukkan hanya 1% yang telah tersertifikasi secara “bersih dan jelas”, yakni memenuhi persyaratan ketertelusuran dan legalitas sesuai standar EUDR. Hambatan utama mencakup minimnya data geolokasi, status kepemilikan lahan yang tidak jelas, dan ketiadaan sistem digital. Tanpa langkah cepat, banyak petani berisiko kehilangan akses ke pasar Uni Eropa akibat regulasi baru ini (Palm Oil Monitor, 2023).

Program SHINES hadir menjawab kesenjangan tersebut dengan menyediakan alat dan dukungan yang dibutuhkan petani untuk mencapai ketertelusuran, sertifikasi, dan kepatuhan. Program ini menjadi langkah konkret dalam menjembatani kesenjangan tersebut, serta membuka peluang nyata bagi petani untuk memenuhi ketentuan regulasi dan menjaga akses jangka panjang ke pasar global.

Pada fase berikutnya, KOLTIVA akan mendukung penerapan fitur segregasi yang diminta dalam pembaruan sistem KoltiTrace FarmGate. Fitur ini memungkinkan pemasok untuk memisahkan Tandan Buah Segar (TBS) yang telah memenuhi standar EUDR dari yang belum, sejak titik pengumpulan. Langkah ini menjawab salah satu ketentuan inti dalam regulasi EUDR, yang mewajibkan komoditas dari lahan yang telah diverifikasi kepatuhannya untuk dipisahkan secara fisik dari lahan yang belum memiliki bukti pendukung (European Commission, n.d.).