
Pelajari rahasia sukses Lego bangkit dari kebangkrutan dan menjadi salah satu brand paling kuat di dunia. Temukan strategi branding, inovasi, dan komunitas yang bisa diterapkan pada bisnis Anda.
Marketing.co.id – Berita UMKM | Di awal tahun 2000-an, Lego sempat hampir runtuh. Penjualan turun drastis, arah bisnis tak jelas, dan para ahli memprediksi masa depan suram bagi produsen mainan asal Denmark ini. Namun dua dekade kemudian, Lego bangkit menjadi kekuatan global di dunia hiburan, digital, dan budaya pop.
Bagaimana Lego berhasil bertransformasi dari perusahaan yang hampir bangkrut menjadi brand dengan nilai miliaran dolar? Jawabannya adalah strategi brand reinvention yang cerdas dan autentik.
Ketika Lego Kehilangan Identitas
Selama puluhan tahun, Lego dikenal sebagai simbol kreativitas dan imajinasi. Namun memasuki awal 2000-an, brand ini mulai kehilangan arah. Kesalahan terbesarnya saat itu adalah melupakan DNA mereknya. Produk menjadi terlalu rumit, mahal, dan jauh dari semangat bermain bebas yang dulu menjadi kekuatannya.
Sementara itu, anak-anak mulai beralih ke dunia digital dan video game. Pada 2003, Lego mencatat kerugian besar dan terancam bangkrut. Banyak pengamat memperkirakan akhir dari kerajaan balok mainan ini sudah dekat.
Strategi Kebangkitan Lego
Titik balik datang pada 2004, ketika Lego menunjuk Jørgen Vig Knudstorp, seorang mantan konsultan McKinsey, sebagai CEO baru. Ia membawa pendekatan segar dan fokus pada pemulihan brand identity.
Berikut langkah-langkah strategis yang membawa Lego bangkit dari keterpurukan:
1. Fokus ke brand identity
Knudstorp mengembalikan fokus Lego ke inti bisnisnya yaitu membangun kreativitas dan imajinasi melalui permainan. Dari situ, Lego berhenti mengejar semua tren dan kembali menghadirkan set yang sederhana, edukatif, dan menyenangkan.
2. Kolaborasi dengan Franchise Populer
Lego menggandeng franchise besar seperti Star Wars, Harry Potter, Marvel, dan DC Comics. Kolaborasi ini berhasil menghubungkan Lego dengan budaya pop dan menarik generasi baru penggemar.
3. Membangun Ekosistem Brand
Lego tidak lagi sekadar menjual mainan, tetapi menciptakan dunia yang utuh melalui film sukses seperti The Lego Movie (2014) yang menghasilkan lebih dari US$450 juta, video game populer yang menggabungkan humor dan kreativitas, serta taman bermain Legoland yang menghadirkan pengalaman nyata bagi keluarga.
4. Memberdayakan Komunitas Penggemar
Melalui platform Lego Ideas, penggemar dapat mengusulkan desain set baru. Beberapa di antaranya seperti Women of NASA dan The Beatles Yellow Submarine menjadi produk resmi. Langkah ini memperkuat loyalitas komunitas global Lego dan menjadikan pelanggan sebagai bagian dari proses inovasi.
Strategi ini berhasil, Lego bangkit menjadi brand mainan paling populer di dunia. Menurut Brand Finance Global 500, Lego secara konsisten masuk dalam daftar 100 brand paling bernilai di dunia. Kini, lebih dari 75 miliar balok Lego diproduksi setiap tahun, atau setara dengan lebih dari 10 balok untuk setiap orang di bumi. Lego juga memperkuat perannya dalam dunia pendidikan dan inovasi teknologi dengan aktif mengembangkan inisiatif edukatif berbasis STEM dan AI.
Pelajaran Branding dari Kisah Lego
- 1. Kenali dan pertahankan DNA brand – Fokus pada nilai inti yang membuat brand Anda unik. Jangan mudah tergoda oleh tren sementara.
- Adaptif tanpa kehilangan identitas – Integrasikan inovasi digital atau tren baru tanpa kehilangan karakter merek.
- Bangun ekosistem – Ciptakan pengalaman yang memperluas hubungan emosional pelanggan dengan brand Anda.
- Libatkan komunitas pelanggan – Jadikan mereka bukan hanya konsumen, tapi juga kolaborator yang membantu mengembangkan brand.
Lego memperlihatkan bahwa brand yang kuat tidak pernah kehilangan arah, hanya perlu menemukan jalannya kembali. Dengan visi yang jelas, kemampuan beradaptasi, dan keberanian untuk kembali ke akar, Lego berhasil menjelma dari perusahaan nyaris bangkrut menjadi ikon dunia yang dicintai lintas generasi.
Bagi pelaku bisnis, jadilah autentik, inovatif, dan dekat dengan komunitas Anda. Kekuatan brand sejatinya tidak lahir dari tren, melainkan dari kejelasan tujuan dan konsistensi jangka panjang.


