Public Transportation, Solusi Mengurangi Kemacetan

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Jumlah populasi penduduk di kota Jakarta yang semakin membludak ternyata ikut memengaruhi kepadatan lalu lintas di Ibukota tercinta ini. Anda juga tentu ikut merasakan kemacetan jalan di kota Jakarta yang dari hari ke hari semakin tidak dapat diprediksi. Lalu-lalang kendaraan roda empat, banyaknya kendaraan roda dua, ditambah ketidakdisiplinan pengguna kendaraan maupun pejalan kaki semakin menambah kesemrawutan, terlebih di jam-jam padat lalu lintas.

Pukul 07.00–10.00 dan pukul 17.00–20.00 setiap harinya merupakan jam padat lalu lintas di Jakarta, terlebih pada hari-hari tertentu, seperti Senin. Sudah merupakan rahasia umum jika jalanan di Ibukota pada hari itu terlihat semakin padat dan tidak jarang timbul kemacetan total.

Dari data yang diperoleh Spire, kemacetan disebabkan aktivitas warga Jakarta yang rutin dilakukan setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain perjalanan ke tempat kerja ataupun perjalanan bisnis, perjalanan ke sekolah, dan sebagian kecil lainnya adalah masalah pribadi, seperti bepergian ke tempat-tempat hiburan di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Berbagai usaha untuk mengurangi kemacetan telah direncanakan pemerintah melalui program Pola Transportasi Mikro (PTM). Sebagian dari pola tersebut telah dilaksanakan, antara lain pembangunan infrastruktur dengan memperluas badan jalan, pembangunan jalan layang—flyover dan under pass, hingga penerapan berbagai peraturan seperti “three in one” dan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor. Tetapi, berbagai cara tersebut belum efektif mengurangi angka kemacetan. Pengembangan transportasi massal nampaknya menjadi solusi baru yang ditawarkan oleh pemerintah. Pembangunan koridor-koridor jalur Transjakarta marak dilakukan di sekeliling jalanan Ibukota sebagai salah satu alternatif guna memperkecil angka kemacetan.

Munculnya Transjakarta sejak pertengahan Januari 2004 direspons baik oleh masyarakat. Tercatat sudah terdapat 10 koridor dengan total panjang lintasan mencapai 123.35 km. Lebih dari 430 unit bus dan 150 halte tersebar di area Jakarta untuk melayani penumpang Transjakarta yang pada saat ini diperkirakan mengangkut lebih dari 282.000 orang per hari. Ke depannya, Pemda DKI Jakarta sebagai penanggung jawab Transjakarta berencana mengembangkan area layanan moda transportasi ini menjadi 15 koridor yang meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta.

Pendapatan Transjakarta juga terus meningkat sekitar enam kali lipat, dari Rp 46 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 290 miliar di pengujung tahun 2010. Kenaikan jumlah tersebut merupakan bukti betapa hausnya masyarakat Ibukota akan transportasi publik yang nyaman, aman, murah, efisien, serta menjangkau pelosok area perkotaan.

Sekitar 3.500 pegawai Transjakarta yang terdiri dari pengemudi, penjual dan penjaga karcis, petugas keamanan, dan petugas kebersihan dikerahkan untuk membantu kegiatan operasional Transjakarta setiap hari. Dengan jumlah armada bus dan halte yang ada saat ini, beberapa keluhan dari penumpang Transjakarta masih sering terdengar. Namun begitu, beroperasinya koridor IX (Pinang Ranti – Pluit) dan koridor X (PGC – Tanjung Priok) di akhir tahun 2010 diharapkan dapat lebih mendukung dan memperbaiki kualitas layanan, dan peluang kerja sama antara pihak swasta dengan Pemda DKI Jakarta untuk mengembangkan infrastruktur Transjakarta pun makin terbuka lebar.

Jika berkaca pada negara tetangga yang juga memiliki sistem transportasi massal, Transjakarta masih memiliki banyak kekurangan, baik dari sisi kualitas pelayanan maupun kuantitas armada bus yang disediakan. Negara tetangga, Singapura, mampu menghasilkan sekitar Rp 6,2 triliun di tahun 2010 hanya dari sektor transportasi massal mereka—MRT. Negeri Gajah Putih juga cukup maju dalam bidang transportasi. Bangkok Metro yang merupakan sistem transportasi publik di negeri tersebut terus menunjukkan peningkatan pendapatan dari tahun 2007 ke tahun 2009, meski pada tahun 2010 mengalami penurunan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here