Proyek GIZ GRASS Berakhir Setelah Tiga Tahun Memperkuat Ketahanan Petani Swadaya
Marketing.co.id – Berita Marketing | Proyek GRASS (Greening Agricultural Smallholder Supply Chains) yang dijalankan oleh GIZ Indonesia dan didanai BMZ Jerman, resmi ditutup pada Rabu, 18 November 2025, di Jakarta. Proyek ini telah memperkuat ketahanan petani swadaya selama tiga tahun terakhir di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
GRASS merupakan kelanjutan dari proyek SASCI (Sustainable Agricultural Supply Chains in Indonesia) (2020–2022) dan menjadi bagian dari kemitraan enam tahun (2020–2025) antara GIZ dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Proyek ini fokus pada memperkuat ketahanan petani swadaya di tengah tantangan perubahan iklim dan krisis global. GRASS mendorong diversifikasi produksi melalui praktik pertanian berkelanjutan seperti permakultur dan agroforestri, yang meningkatkan kesuburan tanah, konservasi air, dan keanekaragaman hayati, sekaligus membuka peluang pendapatan baru bagi petani.
Selain praktik produksi yang berkelanjutan, GRASS juga menekankan akses pasar, sistem penyuluhan pertanian, dan pemanfaatan teknologi digital. Selama tiga tahun terakhir, proyek ini telah melatih 1.100 petani swadaya, meningkatkan pendapatan 600 rumah tangga hingga rata-rata 15%, serta memberikan bantuan teknis kepada lebih dari 500 petani dalam menerapkan praktik pertanian tangguh iklim.
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian, Baginda Siagian, menegaskan kontribusi GRASS terhadap agenda nasional. “Praktik pertanian berkelanjutan dan terdiversifikasi yang dipromosikan GRASS mendukung pengembangan perkebunan yang tangguh iklim di Indonesia,” ujarnya.
Perwakilan BMZ di Kedutaan Besar Jerman, Dr. Angelika Stauder, menambahkan komitmen Jerman dalam kerja sama ini. “GRASS memperlihatkan kuatnya dukungan Jerman bagi upaya Indonesia membangun pertanian yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.”
Sementara itu, Ferry Suryanata, S.Hut, dari Dinas Pertanian dan Pangan Kapuas Hulu menekankan dampak langsung bagi petani. “Pelatihan, dukungan teknis, sampai akses pasar baru membuat petani kami jauh lebih siap menghadapi perubahan iklim,” katanya.
Country Director GIZ Indonesia, Hans-Ludwig Bruns, menyoroti keberhasilan tiga tahun terakhir sebagai hasil kolaborasi yang solid. “Pemberdayaan petani swadaya bukan hanya meningkatkan pendapatan, tapi juga mendukung ketahanan iklim dan perlindungan biodiversitas,” jelasnya.
Perwakilan petani Kapuas Hulu, Pak Maskur dan Ibu Nining, menyampaikan pengalaman mereka. “GRASS membantu kami mengelola perkebunan secara berkelanjutan dan memperkuat organisasi petani. Akses pasar pun kini lebih terbuka,” katanya.
Acara penutupan juga menampilkan pameran produk petani swadaya, diskusi panel, dan dialog untuk memperluas dampak proyek di masa depan, termasuk kolaborasi berkelanjutan di bawah Green Climate Fund (GCF) yang akan berlangsung 2025–2032 di Provinsi Kalimantan Barat.
Melalui GRASS, pelajaran tentang pertanian tangguh dan berkelanjutan di Kapuas Hulu diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah lain di Indonesia.


