Prospek Ekonomi Indonesia 2025: Tantangan Dua Arah di Tengah Ketidakpastian Global

0
prediksi ekonomi indonesia
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Prospek Ekonomi Indonesia 2025: Tantangan Dua Arah di Tengah Ketidakpastian GlobalTren Ekonomi Indonesia 2025: Antara Dorongan Pertumbuhan dan Tantangan Fiskal

Marketing.co.id – Berita Marketing | Paruh pertama tahun 2025 membawa tantangan ekonomi yang bersifat dua arah bagi Indonesia. Di satu sisi, tren deflasi memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Di sisi lain, volatilitas nilai tukar rupiah dan ketidakpastian fiskal menjadi hambatan utama dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Inflasi Turun Tajam, Stimulus Pemerintah Jadi Penentu

Pada Februari 2025, inflasi Indonesia tercatat -0,1% secara tahunan (year-on-year/YoY), angka negatif pertama dalam lebih dari 20 tahun. Penurunan ini terjadi setelah inflasi Januari sebesar 0,8% dan rata-rata inflasi 2024 sebesar 2,3%. Disinflasi ini sebagian besar disebabkan oleh berakhirnya subsidi listrik untuk kelompok pelanggan tertentu, penurunan harga energi hingga rata-rata -16% YoY, dan harga pangan yang cenderung turun di awal tahun.

Sementara itu, inflasi inti justru naik sebesar 2,5% YoY, mencerminkan kekuatan permintaan domestik yang masih stabil. Dengan tren inflasi yang melambat, DBS Group Research merevisi proyeksi inflasi tahunan 2025, menjadi 1,2%, lebih rendah dari sebelumnya 2,2%.

Kebijakan Moneter Terjepit di Tengah Volatilitas Rupiah

Bank Indonesia (BI) kini menghadapi dilema kebijakan: menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan, namun juga harus mempertahankan kestabilan nilai tukar rupiah yang melemah -2,3% sejak awal tahun (YTD). Di sisi lain, komitmen BI untuk membeli obligasi sebesar Rp130 triliun demi mendanai program stimulus perumahan menimbulkan kekhawatiran soal monetisasi utang secara de facto.

Fiskal 2025: Antara Belanja Sosial dan Pendapatan yang Terbatas

Defisit fiskal tahun 2024 mencapai -2,3% dari PDB, lebih sempit dari proyeksi -2,7% berkat peningkatan pendapatan negara dan pemangkasan belanja. Untuk 2025, defisit diperkirakan sebesar -2,5%, seiring dorongan pemerintah baru untuk program-program kesejahteraan seperti makan bergizi gratis, pemeriksaan kesehatan gratis, subsidi listrik tambahan, dan bantuan pangan dan stimulus perumahan.

Namun, sumber pendanaan masih belum jelas. Rencana kenaikan PPN ditunda, dan hanya berlaku terbatas pada barang mewah. Potensi penerimaan hanya Rp1,5-3,5 triliun, jauh dari estimasi awal Rp15 triliun. Pemerintah juga mengumumkan pemangkasan belanja Rp307 triliun untuk efisiensi, yang menimbulkan pro dan kontra.

Stabilitas Eksternal dan Investasi Masih Menopang Rupiah

Meskipun defisit transaksi berjalan sepanjang 2024 melebar ke $8,9 miliar (0,6% PDB), neraca pembayaran tetap surplus sebesar $7,2 miliar. Ini didukung oleh arus masuk investasi asing langsung (FDI), program pembiayaan eksternal, dan arus portofolio yang positif.

Untuk 2025, BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan akan tetap terkendali dalam kisaran -0,5% hingga -1,3% dari PDB. Surplus neraca perdagangan dan aliran modal menjadi penopang nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.

Ekonomi Indonesia 2025 Butuh Penyeimbangan yang Cermat

Tahun 2025 akan menjadi masa krusial bagi Indonesia. Keseimbangan antara pelonggaran moneter, kebijakan fiskal yang hati-hati, dan dukungan investasi akan menentukan arah pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan Bank Indonesia dituntut untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mempertahankan kredibilitas pasar.

Artikel ini adalah rangkuman dari tulisan “Tren Ekonomi Indonesia 2025: Antara Dorongan Pertumbuhan dan Tantangan Fiskal” yang dikirim oleh Senior Economist DBS Bank Radhika Rao.