Program Nasional Makanan Sekolah Cargil dan WFP Dinilai Berhasil

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Jakarta – Program peningkatan gizi untuk anak-anak Sekolah Dasar-schoolmeal sprogramme menunjukkan hasil positif. Program kerja sama Cargill dan World Food Programme (WFP) digelar untuk mendukung program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) yang dalam skala lebih besar yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sejak program ini dimulai di bulan Mei 2017, sebanyak 76.000 paket makanan sehat untuk anak sekolah telah dibagikan di tiga daerah, yakni Serang (Banten), Pandaan-Pasuruan (Jatim), dan Belu (Nusa Tenggara Timur).

Arief Susanto, Corporate Affairs Director PT Cargill Indonesia mengatakan, schoolmeal sprogramme bertujuan untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan akses terhadap makanan bergizi dan belajar mengenai gizi dan kesehatan serta menyediakan kesempatan peningkatan ekonomi bagi petani lokal.

“Program ini sesuai dengan bisnis Cargil yang bertujuan memberi pangan kepada dunia secara bertanggung jawab,” tuturnya dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (5/6/2018).

Country Director dan Kepala Perwakilan World Food Programme Indonesia, AntheaWebb menyatakan, Cargill bersama dengan WFP telah membantu lebih dari 100.000 anak-anak di seluruh Indonesia untuk dapat menikmati sarapan bergizi di sekolah.

“Kerjasama dengan Cargil untuk memberi kesempatan kepada pelajar SD mendapatkan makanan bergizi dan memastikan mereka mendapatkan makanan bergizi, sehingga mereka lebih fokus belajar,” tutur Anthea.

Country Director dan Kepala Perwakilan World Food Programme Indonesia, AntheaWebb (pertama dari kiri) dan Arief Susanto Corporate Affairs Director PT Cargill Indonesia

Program schoolmeal sprogramme fokus pada tiga hal, yakni meningkatan asupan gizi kepada pelajar SD dari keluarga kurang mampu, pendidikan tentang gizi, dan peningkatan karakter siswa.

Melalui serangkaian survei diketahui PROGAS berdampak positif terhadap siswa SD. Survei untuk mengukur pengetahuan dan perilaku siswa terkait gizi dan kesehatan sebelum dan setelah mengikuti program. Hasilnya antara lain, persentase siswa yang mengkonsumsi sarapan secara rutin meningkat menjadi 47.7 persen dari 24,7 persen.

Persentase siswa yang menunjukkan peningkatan pengetahuan gizi meningkat menjadi 87.63 persen dari sebelumnya 81.6 persen; Persentase siswa yang menerapkan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah menggunakan toilet meningkat menjadi 95.4 persen dari 93.2 persen; Persentase siswa yang mengkonsumsi air minum yang dimasak terlebih dahulu meningkat menjadi 35.4 persen dari 15.1 persen.

Jumlah siswa yang dilaporkan sakit berkurang terutama jumlah siswa yang terkena demam menjadi 13.8 persen dari 32,9 persen, flu menjadi 7.7 persen dari 35.6 persen, batuk menjadi 16.9 persen dari 27.4 persen dan diare menjadi 9.2 persen dari 11 persen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here