Terbuka dan Demokratis

Angela Oetama, Co-Founder Gradana

Pengalaman hidup dan bekerja di negeri orang membawanya sukses membesarkan perusahaan yang didominasi kaum muda.

Marketing.co.id – Perkembangan dunia startup di Indonesia yang semakin cepat tak lepas dari peran para srikandi yang berkecimpung di dalamnya. Salah satu srikandi itu adalah Angela Oetama, Co-Founder Gradana– P2P Lending pembiayaan properti. Selalu ada kisah di balik setiap kesuksesan, begitu pula dengan kisah sukses wanita kelahiran tahun 1983 ini.

Sebelum berkecimpung dalam dunia startup, Angela cukup lama berkiprah sebagai karyawan profesional di bidang  properti. Lulus dari San Jose University pada tahun 2004, Angela sempat bekerja di beberapa perusahaan di Amerika Serikat sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia pada tahun 2005.

“Pekerjaan pertama saya semenjak kembali ke tanah air adalah di Soewarna Business Park. Jujur, sewaktu saya mendaftar ke sana adalah tidak sengaja atau salah mendaftar karena posisi yang terbuka adalah untuk personal assistant,” cerita Angela.

“Dalam interview disampaikan saya overqualified untuk posisi tersebut dan GM expat yang mewawancara saya memutuskan untuk create posisi business development untuk saya dan akhirnya saya bergabung,” lanjutnya.

Wanita penyuka travelling ini membangun karir dari posisi staff hingga Business Development Executive Soewarna Business Park selama enam tahun. Setelah itu ia sempat bergabung dengan Sampoerna Land dan Sinar Mas Land sebelum akhirnya memutuskan untuk terjun sebagai full time-enterpreneur pada tahun 2019.

Pengalaman sebagai karyawan profesional di bidang properti tersebut memberikannya banyak exposure dunia properti. Pengalaman inilah yang menjadi modal baginya dalam menahkodai Gradana.

Terlatih mandiri sejak kecil

Lahir dalam keluarga pengusaha, Jiwa kepemimpinan dan karakter tangguh dalam diri Angela sudah terbentuk sejak kecil berkat didikan kedua orang tuanya. Ibu dua puteri ini sudah hidup jauh dari orang tua sejak umur 11 tahun saat tinggal di ‘rumah kos’ di Singapura. Setelah itu, selama 1 tahun ia sempat tinggal dengan tantenya yang saat itu tinggal sementara karena suami  yang sedang dinas.

“Pada 2 tahun terakhir ketika saya berumur 15-16 tahun, tinggal sendiri di apartemen dibantu dengan satu asisten rumah tangga yang memang dibawa dari Indonesia, bersama adik saya, sepupu kecil dan anak teman mama saya,” jelas Angela.

“Di sini saya dididik dan dituntut untuk menjadi ‘kepala rumah tangga’, menjadi panutan dan juga menjaga anak-anak yang lebih kecil (waktu itu mereka berumur 10-12 tahun),” lanjutnya.

Pengalaman tersebut dirasa Angela membentuk rasa tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan sehingga membuatnya lebih mandiri dan tumbuh dewasa lebih cepat dari anak-anak seusianya. Tak hanya hidup mandiri, Angela juga aktif dalam kegiatan sekolah, contohnya mengikuti Girs Guide atau kalau di Indonesia disebut Pramuka.

Angela kemudian menghabiskan masa kuliah di Amerika Serikat. Ia pertama kali mencicipi dunia kerja pada usia 17 tahun sebagai pekerja paruh waktu saat menempuh pendidikannya. Angela sempat merasakan sulitnya mencari pekerjaan di Amerika Serikat setelah kelulusannya.

“Setelah lulus mencari first job di corporate di Amerika tidak mudah mengingat saat itu sedang dot com crash pas saya lulus dan setelah peristiwa 9/11. Work visa untuk warga negara asing cukup ketat dan jarang perusahaan mau meng-hire karyawan non citizen karena repot untuk pengurusan visa kerja nantinya atau tidak yakin apakah karyawan tersebut bisa bekerja untuk waktu yang lama,” jelasnya.

Kegigihan Angela dalam mencari pekerjaan terbayarkan dengan didapatkannya beberapa pekerjaan yang berganti-ganti sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia.

Lika-liku roller coaster wirausahawan

Angela memutuskan untuk menjadi wirausawahan penuh waktu pada April 2019. Gradana sendiri sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 2016.

Gradana is my baby, sebelum dapat menyelesaikan tugas-tugas saya di Sinar Mas Land, partner saya William Susilo Yunior telah menjalankan perusahaan ini,” ungkapnya.

Seiring dengan semakin berkembangnya Gradana, Angela pun memutuskan terjun penuh waktu membesarkannya. Dirasakannya bahwa menjadi wirausahawan jauh berbeda dari menjadi karyawan. Ia pun pernah merasakan gentar dalam transisi tersebut.

“Gentar pernah, apalagi mengerjakan start-up which is quite a transition from being a professional employee. Namanya startup / usaha sendiri, ada banyak lika-liku roller coaster, yang tentunya terkadang membuat kita pun start having questions, namun menurut saya pegangan iman dan berserah itu penting. Selama kita sudah melakukan yang terbaik, kekhawatiran kita itu hanya permainan pikiran semata. After all, ada ungkapan 90% of what you worry never happens”, ungkapnya.

Membesarkan startup di mana anak muda mendominasi perlu penyesuaian dari sisi budaya kerja. Hal ini disadari Angela sehingga menerapkan budaya open dan democratic di perusahaannya tanpa mengurangi profesionalisme.

“Semua seperti teman atau peers se-level dimana saya cukup kasual dalam berinteraksi dengan mereka, suka bercanda, makan bareng dan juga duduk bareng di ruang terbuka dengan tim. Namun kita pun harus tahu menempatkan diri, kapan harus tegas untuk soal pekerjaan secara kualitas dan deadline dan kapan bisa hi ha ha kalau dalam interaksi biasa,” paparnya.

Angela mengakui bahwa budaya tersebut tidak asing baginya karena ia memiliki pengalaman bekerja di Silicon Valley yang kental dengan budaya tersebut. Untuk menjaga budaya terbuka di perusahaannya, ia dan tim mendorong no-blamming culture dalam perusahaan.

“Namanya manusia, semua orang bisa salah dan apabila ada kesalahan, yuk sama-sama sebagai tim kita bahu membahu bantu untuk correct or manage the problem / mistakes,” jelas Angela.

Baginya, budaya semacam ini bisa mendorong perbaikan dan mencegah kerugian lebih besar apabila ditemukan kesalahan.

Untuk ke depan Angela berharap dapat membesarkan Gradana yang menyediakan solusi finansial bagi lebih banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan pembiayaan properti serta membuat investasi properti lebih terjangkau dimana semua orang bisa berpartisipasi tanpa perlu modal besar.

Always do your best and leave it to God the rest. No regrets! Living a live of purpose. Sangat menyenangkan apabila kita bisa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi banyak orang,” pungkasnya.

Marketing.co.id | Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.