PR dan Marketing Itu Jangan Disamakan

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan bidang PR kurang lebih sama dengan marketing. Dari pernyataan tersebut, ada yang memaklumi dan ada pula yang merasa tersinggung. Salah satu yang tersinggung adalah List Brian Kilgore. Ia bahkan menulis sebuah artikel di situs The Huffington Post dengan judul Don’t Insult PR People by Calling Them Marketers.

PR vs marketing

Tersinggungnya Kilgore dimulai dengan pernyataan yang diberikan oleh situs The Globe and Mail, di sana tertulis, bahwa bos baru CBC adalah mantan marketing dan public relations executive. Hal itu kemudian membuat Kilgore sedikit kesal, ia menjelaskan, bahwa antara marketing dan PR itu berbeda.

Berikut adalah dua definisi singkat tentang perbedaan antara PR dan marketing menurut Kilgore:

1.       Cara publikasi

Menurut Kilgore, publikasi antara praktisi PR dan marketing itu berbeda. Praktisi PR menggunakan media yang hemat biaya, seperti media sosial, website perusahaan, atau berita yang ditampilkan oleh jurnalis. Semuanya tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal, atau bisa juga gratis.

Sedangkan marketing, mereka dipastikan butuh sejumlah dana tertentu untuk mengiklankan produknya. Marketing identik dengan kegiatan promosi, sementara PR tidak.

Pemasar juga hanya berorientasi pada meningkatnya jumlah penjualan. Sedangkan PR, mereka menggunakan data mengenai suatu fakta yang berguna untuk kepentingan khalayak.

Media relation dan publisitas merupakan bagian dari PR yang berfungsi untuk membangun, memelihara, mengembalikan, dan mengembangkan reputasi, baik itu individu ataupun organisasi dengan menggunakan pesan yang memiliki kepekaan terhadap kepentingan umum, yang disampaikan secara gratis,” tutur Kilgore.

2.       Jenis pesannya

Tidak seperti pemasar yang membeli kendali penuh terhadap iklan yang ingin disampaikan, para PR lebih membebaskan pesan yang disampaikan oleh para jurnalis terhadap produk mereka. Kilgore menjelaskan, artinya, PR memberikan sebuah pesan yang jujur dan tidak menyesatkan.

“Kami tidak memiliki kontrol atas apa atau kapan cerita itu dibuat. Kami juga tidak membantu atau mencoba memblokir kata-kata yang akan digunakan atau yang akan dikatakan tentang organisasi kami, orang-orangnya, dan pesaingnya,” tulis Kilgore pada laman The Huffington Post.

Kedekatan hubungan antara PR, marketer, dan advertising memang membuat berbagai pihak bingung membedakan ketiganya. Tapi yang jelas, ketiga divisi ini sebaiknya tidak bekerja sendiri-sendiri. Akan lebih apik bila mereka bekerja sama. Dengan begitu, akan semakin besar pengaruh yang diberikan.

 

Sumber: berbagai sumber | Foto: Momentum Careers Advice

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here