Pertahanan Terbaik Adalah Menyerang!

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sebentar lagi diberlakukan akan membuat persaingan antar bisnis semakin ketat. Apa yang akan dilakukan Polygon?

Peter Mulyadi GM Marcomm and E-commerce PT Insera Sena (Polygon)
Peter Mulyadi GM Marcomm and E-commerce PT Insera Sena (Polygon)

Negara-negara di kawasan ASEAN tengah menyiapkan diri untuk menghadapi MEA yang tidak lama lagi akan segera diberlakukan, tepatnya di penghujung tahun 2015, termasuk Indonesia. Dampak nyata yang akan terjadi setelah MEA diberlakukan adalah pasar bebas di banyak sektor, mulai dari sektor barang dan jasa hingga tenaga kerja.

Peter Mulyadi GM Marcomm and E-commerce PT Insera Sena (Polygon) mengatakan bahwa peta persaingan bisnis akan semakin ketat setelah diberlakukannya MEA. Oleh karenanya, setiap perusahaan harus bekerja lebih keras karena serangan dari merek luar akan semakin agresif. Sedikitpun perusahaan tidak boleh lengah.

Polygon yang sudah sejak lama berkecimpung di pasar internasional tidak terlalu khawatir dengan diberlakukannya MEA. Justru Polygon menganggap ini adalah peluang besar dan berencana untuk melakukan serangan yang lebih agresif lagi.

Untuk pasar ASEAN sendiri, Polygon sudah masuk hampir di semua negara. Tepatnya dari awal 2000-an Polygon sudah masuk ke pasar Singapura, kemudian diikuti Malaysia, Thailand, Philipina, Australia, dan Vietnam.

“Kami sudah lama berkompetisi dengan merek luar negeri. Kami tahu betul bagaimana rasanya bertempur dengan mereka dalam lima tahun terakhir. Dengan diberlakukannya MEA kami akan semakin agresif karena the best devensive is attack” ujar Peter.

2014 UCI MTB World Championships, Hafjell, Norway.Fokus pada kualitas bukan kuantitas

Kesuksesan Polygon bersaing di pasar sepeda dalam negeri maupun internasional lantaran lebih memilih mengejar kualitas ketimbang kuantitas. Ternyata, keputusan yang diambil perusahaan untuk mengutamakan kualitas mendapatkan hasil yang menggembirakan.

Hal itu bisa dilihat dari beberapa produk Polygon yang berhasil dirilis di luar negeri, seperti di Amerika, dan Eropa. Hebatnya lagi, produk yang dirilis Polygon tersebut mendapat respon positif dari masyarakat setempat.

“Dari awal kami berusaha memenuhi standar internasional dalam setiap pembuatan produk dan ternyata bisa. Hal itu bisa kita buktikan dengan merilis produk di luar negeri dan mendapatkan respon yang positif.”

“Mungkin yang perlu kita persiapkan adalah bagaimana memperkuat internal kita (sumber daya manusia) karena amatlah vital peranannya,” tutur Peter.

Bersepeda sebagai gaya hidup

Peter tahu betul jika sepeda masih dianggap sebagai alat transportasi yang tidak akan mampu bersaing dengan pemain lain seperti mobil dan motor. Sepeda hanya akan menjadi pilihan ketiga atau berada di kasta terendah.

Oleh karena itu, Polygon berupaya memosisikan sepeda sebagai bagian dari gaya hidup. Ternyata langkah ini pun tidak mudah lantaran di segmen life style sendiri ‘musuh’nya juga tidak sedikit. Sehingga, untuk dapat bersaing Polygon harus selalu berubah dan cara komunikasinya pun harus diatur sedemikian rupa.

“Kelebihan Polygon dibanding pemain lain adalah dari sisi inovasi dan otentisitas. Kita tidak meniru dari yang lain. Bahkan, beberapa suspensi sepeda kita kembangkan sendiri dan itu ternyata menarik di mata mereka (konsumen luar negeri),” ujar Peter bangga.

Bagi Polygon gesekan dengan kompetitor sudah menjadi makanan sehari-hari. Sepeda itu masuk dalam kategori green product dan pemainnya masih kecil sekali dibandingkan pasarnya yang luas. Jadi, tidak menutup kemungkinan akan ada banyak pemain baru dari luar yang masuk ke pasar Indonesia.

Terkait hal itu, Peter berharap ada proteksi dari pemerintah terhadap produk-produk asli Indonesia. Jika itu terjadi, produk asli Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan hanya soal proteksi, regulasi yang dikeluarkan pun harus pro dalam negeri agar lebih membantu melancarkan dan bisa berjaya ke kancah internasional.

Pemasaran internasional

Menurut Peter, konsumen luar negeri sangat mengerti barang dan tahu value-nya. Jika barang yang ditawarkan bagus mereka akan membeli dan mereka tidak terlalu mempersoalkan merek sehingga kualitas jadi aspek penting yang tidak bisa ditawar dalam bisnis Polygon.

“Produk yang kita tawarkan adalah value for money. Dengan komponen yang sama kita jauh lebih valuable dan harganya di bawah. Itulah mengapa kita mendapat respon yang bagus ketika pertama kali masuk pasar Eropa. Mereka sangat antusias dengan Polygon dan mulai mencari tahu yang pada akhirnya mereka tahu bahwa Polygon adalah produk buatan Indonesia,” ujar Peter.

Selain kualitas, distribusi juga memiliki peranan yang sangat penting dan harus diperkuat. Polygon pun mencari dan merekrut orang lokal karena merekalah yang lebih mengerti dengan situasi di sana. Kemudian, Polygon mulai mempelajari kultur yang ada di sana, dan mencari kanal distribusi yang tepat.

Distribusi juga menjadi strategi marketing yang diperhitungkan. Ketika merek terdistribusi dengan baik konsumen akan mulai mencari tahu. Apalagi di dunia internasional orang-orangnya sudah melek internet. Sehingga, social network memiliki peranan penting dalam penyebaran merek barang hobi seperti sepeda. Polygon berhasil membuktikan konsistensi dalam hal kualitas, distribusi dan supply.

Hingga saat ini pasar terbesar Polygon masih didominasi pasar dalam negeri, dimana 65% pasarnya berada di Indonesia dan sisanya adalah pasar luar negeri. Ketika MEA mulai diberlakukan Polygon akan semakin agresif menyerang pasar domestik dan internasional, utamanya pasar Eropa dan Amerika.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.