Peter Fisk Menjadi Inspirasi Para Akademisi

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Dikenal sebagai pembicara yang inspirasional merupakan salah satu alasan Peter Fisk dipilih untuk mengisi acara tahunan Indonesia Marketing Summit 2014 yang diadakan oleh Marketing Group dan Frontier Consulting Group.

Dalam setiap penampilannya, CEO Chartered Institute of Marketing itu memang kerap membeberkan beberapa contoh konkrit yang bisa diadopsi oleh perusahaan dalam menerapkan strategi marketing. Inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi setiap orang.

Tidak hanya marketer, para akademisi juga kerap ikut menyaksikannya. Seperti yang terjadi pada acara Indonesia Marketing Summit, Kamis, 26 Juni 2014 lalu.

Berikut pendapat para akademisi tentang Peter Fisk:

Kwik Kian Gie School of Business

Husein Umar, dosen Kwik Kian Gie School of Business
Husein Umar, dosen Kwik Kian Gie School of Business

Husein Umar, salah satu dosen dari Kwik Kian Gie School of Business mengatakan, bahwa Peter Fisk memberikan banyak masukan yang bisa diterapkan dalam memberikan materi perkuliahan.

“Pembicaraannya bagus, karena dia kan memang akademisi dan praktisi. Jadi tahu dengan pasti apa yang dituturkan. Topik yang dibawakan juga sangat menarik, karena membahas tentang marketing strategic,” ucap Husein.

Meski demikian, Husein mengatakan bahwa Fisk hanya bercerita mengenai kasus yang sudah terjadi. Itu cukup disayangkan, seharusnya ada beberapa usul menarik yang belum banyak dipraktikkan. “Tapi secara keseluruhan, IMS 2014 ini sangat menarik karena berbicara berdasarkan data yang sifatnya makro,” kata Husein.

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI)

Royke Tambengi, Dosen STIAMI dan LP3I
Royke Tambengi, Dosen STIAMI dan LP3I

Akademisi lain yang hadir selain Husein adalah Royke Tambengi dari STIAMI. Tak berbeda jauh dengan Husein, gaya dan pembahasan pada seminar kala itu sangat menarik untuk diimplementasikan.

“Saya dapat insight-insight menarik. Saya berpikir banyak tentang ide-ide yang dapat saya susun, serta bisa diterapkan di perusahaan tempat saya bekerja,” jelas Royke.

“Dia banyak memberikan contoh dari perusahaan di berbagai negara. Seperti bagaimana mereka membuat ide-ide yang dapat di-generate. Salah satu contoh menariknya adalah tisu toilet berwarna. Memang sederhana, tapi ini kreatif dan mestinya bisa dipikirkan oleh marketer untuk meningkatkan revenue perusahaan,” lanjut pria yang juga menjadi dosen di LP3I.

Ide pemasaran memang tidak harus unik, karena terkadang malah sulit untuk direalisasikan. Meski sederhana, asalkan bisa diaplikasikan bukankah lebih baik?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here