Marketing.co.id – Berita Marketing | Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia (PERPI) secara resmi didirikan pada tahun 2007, dalam rangka menanggapi wacana peraturan pemerintah untuk melaporkan setiap proyek riset. Berdirinya PERPI telah dipersiapkan selama setahun sebelumnya oleh beberapa pimpinan marketing research (MR) yang dikoordinasikan oleh Sjafril Djalal.
“Pertama sekali tentunya masih banyak yang meragukan sehingga para pengurus berusaha keras untuk meyakinkan kepada setiap pimpinan perusahaan bahwa organisasi ini untuk kepentingan bersama dan memajukan industri MR di Indonesia,” ujar Yanti Nisro Corbett, Founder PERPI.
Menurut Yanti, tantangan dalam mendirikan PERPI sebenarnya adalah bagaimana menyatukan perusahaan-perusahaan MR yang waktu itu tidak saling berkomunikasi dan sangat kompetitif, serta menjaga kepercayaan para anggota bahwa visi dan misi mereka sama.
Saat ini ada lebih dari 50 perusahaan riset pemasaran yang beroperasi di Indonesia, dan lebih dari 90% sudah merupakan bagian dari PERPI. Bisa dikatakan, PERPI merupakan jaringan perusahaan dan para ahli industri riset pasar di Indonesia,
Pembelanjaan industri MR sendiri pada tahun saat ini memiliki 43 perusahaan marketing research ternama yang memiliki kredibilitas konsisten. Dengan nilai industri mencapai Rp1.7 triliun, industri ini mempekerjakan lebih dari 15.000 pekerja dari 34 provinsi.
Dengan nilai industri yang sangat besar, salah satu tugas perhimpunan ini adalah memberikan kualitas data yang lebih baik. Oleh karena itu, semua anggota PERPI diwajibkan mengikuti dan mematuhi kode etik dalam asosiasi riset pemasaran.
Menurut Yanti, salah satu peran PERPI adalah menjadi wadah pemersatu semua pelaku MR. Peran ini bisa dimanifestasikan ke banyak bidang seperti meningkatkan kapabilitas semua lini MR (baik riset maupun operasional) melalui program internal training sehingga MR bisa berperan lebih signifikan menjadi mitra klien, berperan aktif untuk kemajuan MR dan berkontribusi di Indonesia baik dengan industri lainnya (klien) maupun pemerintah, kolaborasi yang semakin erat dengan membawa Indonesia di komunitas International terutama dengan ESOMAR dan asosiasi MR dari negara lain.
Yanti berharap ke depannya PERPI akan lebih banyak membantu para anggotanya untuk memajukan sumberdaya dan teknologi yang harus dikuasai supaya bisa menjadi partner yang handal bagi klien yang ada bahkan industri baru yang belum pernah memakai MR sebelumnya. Untuk itu PERPI tidak bisa bekerja sendiri, kolaborasi dengan pihak lain, baik di dalam maupun luar negeri harus semakin ditingkatkan.