PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 2,2 Triliun

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id  –  Berita Financial Services |PT Bank Permata Tbk (PermataBank atau Bank) mencatatkan Laba Bersih setelah pajak sebesar Rp2,2 triliun atau tumbuh sebesar 170% year-on-year (yoy).  Pertumbuhan Laba Bersih ini dikontribusikan oleh Pendapatan Operasional sebesar Rp8,5 triliun atau tumbuh sebesar 14,4% (yoy) didukung pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 12,1% (yoy).

Meliza M. Rusli, Direktur Utama PermataBank mengungkapkan, Kinerja keuangan yang sehat dan solid. tidak lepas dari kontribusi bersama dalam menerapkan strategi perusahaan, menjaga pertumbuhan dan profitabilitas berkelanjutan melalui pertumbuhan kredit sehat serta manajemen risiko, dan prinsip kehati-hatian serta governance yang baik.

“Selama 20 tahun PermataBank melayani nasabah dengan hati, saatnya meneruskan komitmen kami untuk tetap menjadi mitra terpercaya nasabah dan menjadi universal bank yaitu dengan menyediakan produk dan layanan bagi berbagai segmen serta untuk semua generasi. Komitmen ini akan terus diperkuat ke depannya didukung penuh oleh pemegang saham pengendali, Bangkok Bank,” kata Meliza.

Baca juga: Laba Sebelum Pajak Konsolidasi CIMB Niaga Tumbuh 22,5% Menjadi Rp5 Triliun

Bank tetap menerapkan manajemen biaya operasional secara optimal dan melanjutkan perbaikan kualitas aset tercermin dalam perbaikan rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) di Kuartal III tahun 2022 ini menjadi sebesar 73,4% dibandingkan rasio BOPO di periode yang sama tahun lalu sebesar 88,3%.

Lebih lanjut, ditengah kenaikan inflasi akibat kenaikan harga pangan dan bahan bakar, PermataBank berhasil menurunkan rasio CIR (Cost to Income Ratio) menjadi 53,1%, membaik dibandingkan posisi Desember 2021 sebesar 54,9%.

Kantor Cabang PermataBank Pluit Kencana

PermataBank terus berkomitmen dalam penyaluran kredit kepada masyarakat dengan tumbuh 9,2% (yoy) menjadi sebesar Rp135,7 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit Korporasi dan KPR masing-masing sebesar 9,2% dan 19,1%.  Sejalan dengan hal ini, rasio RIM (Rasio Intermediasi Makroprudensial )Bank juga mengalami perbaikan menjadi 83% dari sebelumnya 69% di akhir tahun 2021.

Di sisi lain, Bank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat ketidakpastian kondisi ekonomi global yang dapat berpengaruh terhadap risiko kredit inheren. Rasio NPL gross (non performing loan) di akhir bulan September 2022 terjaga pada level 3,1% membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2% maupun September 2021 sebesar 3,3%.

Rasio NPL net yang mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,5% dibandingkan dengan 0,7% di akhir Desember 2021 lalu.  Rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 238%, atau meningkat dibandingkan pada Desember 2021 di posisi 227% maupun September 2021 sebesar 217%. Bank terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.

Baca juga: Perkuat Ekonomi Hijau, BCA Kucurkan Rp472 Miliar untuk PT Eco Paper Indonesia

Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah sedikit menurun sebesar 1,2% yoy yang sejalan dengan strategi Bank untuk menurunkan dana mahal deposito dan terus memfokuskan pertumbuhan Giro dan Tabungan (CASA) yang merupakan sumber dana murah dan stabil.

Sampai dengan Kuartal III 2022 CASA tumbuh 10,6% yoy menjadi Rp95,8 triliun yang dikontribusikan oleh pertumbuhan Giro sebesar 10,2% dan pertumbuhan Tabungan sebesar 11,1%.  Sejalan dengan hal ini, rasio CASA Bank meningkat menjadi 59,3%, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54,0%. Hal ini memastikan posisi likuiditas Bank terjaga dengan baik untuk mendukung pernyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih kompetitif dalam jangka panjang.

Rasio permodalan Bank adalah salah satu yang terkuat di antara 10 besar Bank Komersial, dengan rasio CAR dan CET-1 masing-masing sebesar 33,2% dan 25,1%, dimana hal ini menjadi key enabler bagi Bank untuk mempercepat pertumbuhan bisnis baik secara organik maupun anorganik.