Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia Adakan Underwriting Summit 2018

Marketingcoid – Bisnis asuransi di tanah air memiliki potensi yang besar. Jumlah penduduk terbesar di kawasan ASEAN dengan jumlah kelas menengah mencapai 52 juta penduduk (Data Bank Dunia per 2017) serta angka penetrasi asuransi yang masih dibawah 10 persen menjadi faktor pemicunya.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, Premi industri Asuransi jiwa dalam lima bulan terakhir di tahun ini meningkat pesat. Perolehan premi industri Asuransi jiwa mencapai Rp 81,13 triliun hingga Mei 2018, atau naik 31,19% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Di balik besarnya peluang di industri asuransi, adalah underwriter yang berperan penting dalam proses identifikasi dan seleksi risiko (underwriting). Adapun faktor-faktor yang bisa ditinjau oleh underwriter dalam proses identifikasi risiko adalah faktor kesehatan, pekerjaan, gaya hidup, hobi, dan juga lokasi tempat tinggal.

Proses underwriting menjadi vital karena setelah identifikasi risiko selesai dilakukan, barulah underwriter bisa mengelompokan calon tertanggung ke dalam kategori risiko yang sesuai, yaitu: declined risk, substandard risk, standard risk, dan preferred risk. Tujuan dari proses underwriting adalah agar calon tertanggung mendapatkan beban premi yang sesuai dengan risiko yang dimiliki sehingga tercipta keadilan dalam pembebanan premi bagi perusahaan asuransi dan juga nasabah.

Namun di sisi lain, perkembangan teknologi yang pesat ternyata membawa pengaruh bagi profesi underwriter. Ketua Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia (PERUJI), Asri Wulan mengungkapkan, semakin pesatnya bisnis di asuransi tidak diiringi dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari underwriter. Kurangnya lembaga pendidikan dengan spesialisasi underwriting menjadi kendala dalam menghasilkan underwriter profesional. Di sisi lain, proses digitalisasi menuntut underwriter yang kompeten serta memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat tanpa mengabaikan profesionalismenya.

“Biasanya, seseorang yang baru menjadi underwriter belajar secara otodidak (learning by doing), kecuali apabila mereka bekerja di perusahaan asuransi jiwa joint venture yang memiliki fasilitas pendidikan ataupun training khusus untuk para underwriter-nya,” terang Asri.

Guna meningkatkan dan mengembangkan mutu profesionalisme para underwriter jiwa, PERUJI memfasilitasi kebutuhan tersebut dengan mengadakan Underwriting Summit 2-3 Agustus 2018 di Hotel Tentrem, Yogyakarta.

PERUJI Underwriting Summit (PUS) 2018 yang diikuti oleh para underwriter dari perusahaan asuransi jiwa dan underwriter dari perusahaan reasuransi ini mengangkat tema utama “Underwriting Future in Digital Disruption”. Ini merupakan kali kedua penyelenggaraan PUS setelah sebelumnya diselenggarakan di Bali pada 2017.

Kegiatan ini mendapat dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga regulator. Hal tersebut disampaikan Ahmad Nasrullah, Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan – Pengawas Industri Keuangan Non Bank – Otoritas Jasa Keuangan dalam sambutan mengawali perhelatan PUS 2018.

“Kami mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan PERUJI selama ini. Dari sisi substansinya, saya rasa proses underwriting merupakan jantung dari perusahaan asuransi. Tema yang diangkat PUS kali ini juga menarik karena memang sedang populer mengenai insurance disruption. Harapan OJK dengan keberadaan PERUJI melalui PUS 2018 ini bisa menambah wawasan terhadap proses underwriting apalagi disini banyak pakar-pakar underwriting,” kata Ahmad Nasrullah.

Selain dari pihak PERUJI, OJK dan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), PUS 2018 juga menghadirkan narasumber pakar underwriter dari dalam dan luar negeri. Salah satunya Takehiro Watanabe, Chief Medical Officer of The Toa Reinsurance Company, Limited.

Watanabe yang menjadi pembicara pada sesi Phisical Activity & Cardiovaskular Risk Factor menyambut positif penyelenggaraan PUS 2018. Menurutnya, PUS 2018 ini memberi banyak manfaat terutama perihal update informasi terbaru di dunia underwriting dan asuransi jiwa di era digital.

“Sejak keterlibatan saya di PUS 2017, saya melihat begitu besarnya peran PERUJI dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah peserta dan pembicara yang tidak hanya dari perusahaan Indonesia namun juga dari luar. Bahkan saya pun bisa mendapatkan berbagai informasi dari pembicara lain yang berasal dari Indonesia maupun negara lainnya,” ujarnya.

Selain itu, Dian Budiani, Chief Operation Officer PT Prudential Indonesia juga hadir sebagai pembicara pada sesi case study. Di sela acara, Dian menyampaikan dukungan terhadap penyelenggaraan PUS 2018.

“Kami sangat menghargai Underwriting Summit dari PERUJI ini, mengingat best-practices sharing dan saling tukar pikiran mengenai isu terkini efektif mendorong peningkatan kualitas industri asuransi jiwa di Indonesia,” kata Dian.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pun menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan PUS 2018. Dalam pesan tertulis, Ketua Umum AAJI, Hendrisman berharap PUS 2018 mampu meningkatan kualitas dan profesionalitas underwriter serta berkontribusi terhadap dunia asuransi jiwa secara keseluruhan.

“Semoga PUS ini bisa memberikan nilai tambah bagi para underwriter asuransi jiwa dalam menjalankan profesinya dengan proper, sehingga industri asuransi jiwa akan semakin sehat dan kuat,” ujar Hendrisman.

Lebih lanjut lagi Asri berharap melalui kegiatan PUS 2018, para underwriter mendapat banyak pembelajaran serta referensi untuk menentukan langkah dan tindakan yang lebih baik di industri asuransi jiwa ke depannya.

“Semoga PUS 2018 ini bisa meningkatkan dan mengembangkan mutu profesionalisme para underwriting jiwa terutama dalam melakukan proses seleksi risiko (underwriting). Selain itu ke depannya PERUJI diharapkan dapat menjadi lembaga yang kredibel dan berwenang untuk memberikan sertifikasi kepada para underwriter di Indonesia,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.