Peran Strategis Survei Penilaian Integritas (SPI) dalam Membangun Brand Governance
Marketing.co.id – Berita Marketing | Dalam dunia bisnis, reputasi adalah segalanya. Di sektor publik pun demikian, brand dari sebuah institusi pemerintah, kementerian, hingga lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh kepercayaan masyarakat.
Di tengah dorongan menuju pelayanan publik yang bersih dan transparan, Survei Penilaian Integritas (SPI) yang digelar tahunan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi instrumen strategis untuk mengukur sekaligus membangun brand trust terhadap institusi negara.
Survei Penilaian Integritas 2025 kembali digelar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan perusahaan riset Frontier sebagai mitra pelaksana—sebelumnya Frontier juga dipercaya mengerjakan SPI tahun 2022, 2023, dan 2024.
Baca Juga: Gandeng Frontier, KPK Kembali Gelar Survei Penilaian Integritas 2025
Integritas sebagai Brand Promise Sektor Publik
Sama seperti brand komersial menjanjikan kualitas dan pengalaman pelanggan, lembaga publik menjanjikan keadilan, kejujuran, dan pelayanan setara. SPI by KPK berfungsi seperti “Net Promoter Score” (NPS) dalam ranah layanan publik, mengukur kepuasan, sekaligus mengungkap celah ketidakpercayaan.
Bedanya, SPI tidak hanya mengandalkan persepsi. Metodologi survei ini menggabungkan pengalaman nyata pengguna layanan (masyarakat), mitra kerja (vendor), dan pegawai internal, sehingga memberikan potret utuh integritas institusi.
Dampaknya ke Reputasi dan Kepercayaan Publik
Dalam lanskap komunikasi saat ini, persepsi publik bisa dibentuk melalui satu pengalaman negatif yang viral. SPI berperan sebagai sistem peringatan dini dengan menyediakan data berbasis bukti (evidence-based insight) tentang potensi maladministrasi, gratifikasi, atau penyalahgunaan kewenangan yang berpotensi merusak reputasi jangka panjang.
Beberapa pemerintah daerah dan BUMN mulai menyadari hal ini. Mereka menggunakan hasil SPI bukan sekadar sebagai laporan tahunan, tetapi sebagai bahan dasar reputational risk management, perbaikan sistem layanan, dan bahkan materi komunikasi publik untuk memperkuat citra lembaga.
Baca Juga: Pentingnya SPI by KPK untuk Mengukur Integritas Bangsa
Mengubah Laporan Menjadi Narasi Positif
Di tangan tim komunikasi yang cerdas, hasil survei SPI bisa diubah menjadi narasi positif bahwa institusi tersebut terbuka terhadap masukan, bersedia berubah, dan punya komitmen pada good governance. Dengan pendekatan seperti ini, SPI bukan lagi alat ukur pasif, melainkan bagian dari strategic branding tool yang berorientasi pada kepercayaan publik jangka panjang.
Bayangkan jika perusahaan swasta dapat memamerkan ISO atau sertifikasi kepatuhan, maka skor integritas SPI yang tinggi juga layak disampaikan ke publik sebagai bukti kredibilitas.
Kolaborasi Institusi, Publik, dan Brand Integrity
Brand integrity tak bisa dibangun sendiri. Partisipasi publik dalam mengisi SPI menjadi sangat penting. Namun, tantangan terbesar masih pada literasi publik yang rendah terhadap pentingnya survei ini. Banyak masyarakat yang mengabaikan tautan survei karena tidak tahu dampaknya. Di sinilah strategi komunikasi perlu memainkan peran.
Brand publik harus mulai membangun customer journey yang juga melibatkan kejujuran dan integritas dalam pelayanan. Artinya, publik tak hanya puas karena layanan cepat, tapi juga merasa yakin tidak ada unsur pungli, nepotisme, atau ketidakadilan. Ketika nilai-nilai ini konsisten, brand institusi menjadi kuat bukan karena promosi, tapi karena kepercayaan.
Integritas Adalah Strategi Branding Jangka Panjang
Di era transparansi dan keterbukaan, reputasi dibangun dari data dan pengalaman nyata. Survei Penilaian Integritas adalah alat penting untuk mengukur dan mengelola persepsi serta kepercayaan publik secara strategis.
Bagi lembaga publik maupun perusahaan yang beroperasi di sektor pelayanan masyarakat, SPI adalah cermin integritas yang tak bisa diabaikan. Bukan hanya nilai moral, integritas adalah competitive advantage yang membedakan Anda dari yang lain di dunia yang makin terhubung.
