Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Air Terintegrasi untuk Hadapi Ancaman Defisit Air

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Marketing | Bali, salah satu destinasi pariwisata utama di Indonesia, sedang menghadapi ancaman serius terkait ketersediaan air. Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021, diperkirakan Bali akan mengalami defisit air pada tahun 2025. Kebutuhan air di Bali yang pada 2021 mencapai 5.951,92 liter per detik, diproyeksikan meningkat menjadi 7.991,29 liter per detik pada 2025. Tanpa penambahan kapasitas infrastruktur penyediaan air baku, defisit air di Bali menjadi suatu keniscayaan.

Danone 2024
Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia, pada kegiatan field trip World Water Forum 2024. Konsisten mewujudkan komitmen pelestarian lingkungan dan masyarakat sesuai pilar Danone Impact Journey, Danone Indonesia aktif menjalankan sejumlah upaya pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, salah satunya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung, Bali. Rangkaian program yang dijalankan secara kolaboratif dengan masyarakat ini juga turut menjadi bagian dari rangkaian agenda World Water Forum 2024 yang dikunjungi oleh para delegasi.

Salah satu solusi untuk mengatasi potensi defisit ini adalah melalui aksi kolektif pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, menyatakan bahwa keberlanjutan lingkungan dan masyarakat menjadi fokus utama perusahaan. “Kami sadar bahwa mendorong upaya keberlanjutan merupakan langkah penting untuk memberikan dampak nyata bagi kelestarian lingkungan dan masyarakat,” ujarnya. Danone Indonesia pun aktif dalam pengelolaan sumber daya air terintegrasi di beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), termasuk DAS Ayung di Bali.

DAS Ayung, yang merupakan sungai terbesar di Bali dengan luas 109,30 km² dan anak-anak sungainya yang memiliki panjang 300,84 km², mengalir melewati enam kabupaten dan kota di Bali, yaitu Kabupaten Badung, Gianyar, Bangli, Tabanan, Buleleng, dan Kota Denpasar. Sejak Juli 2013, Danone Indonesia bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan lokal untuk melestarikan DAS Ayung melalui forum multi sektor yang mencakup pemerintah daerah, LSM setempat, perguruan tinggi, kelompok petani, relawan, serta tokoh masyarakat.

Di kawasan hulu, Forum DAS Ayung menjalankan program pendampingan masyarakat berbasis kearifan lokal di Glagalinggah, Kintamani. Program ini bertujuan untuk memaksimalkan konservasi sumber daya air, mengendalikan aliran air hujan, dan meningkatkan penyerapan air ke tanah. Hingga saat ini, lebih dari 2.600 rorak telah dibangun dan 4.000 pohon telah ditanam dan dipelihara. Selain itu, Danone Indonesia juga mengembangkan Program Desa Wisata berbasis konservasi dan budaya, dengan Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah sebagai salah satu tujuan wisata populer.

Di wilayah Danau Batur, konsep Agromina dikembangkan untuk mengatasi polusi amonia melalui praktik perikanan dan pertanian yang ramah lingkungan. Konsep ini memanfaatkan air bernutrisi untuk budidaya ikan dan irigasi pertanian, yang bertujuan untuk menghemat air dan menekan biaya produksi.

Pada kawasan tengah, Danone Indonesia mendampingi Desa Bongkasa Pertiwi yang dikenal mandiri dalam hal energi dan keanekaragaman hayati. Desa ini telah memanfaatkan 44 reaktor biogas dari limbah ternak dan mengembangkan budidaya Jalak Bali serta madu Kela-kela. Program ini berhasil menjaga ekosistem dan memastikan kualitas serta kuantitas air tetap terjaga.

Sementara di kawasan hilir, program Water Access, Sanitation and Hygiene (WASH) telah memberikan akses air bersih dan sanitasi layak bagi 1.031 keluarga di Banjar Bukian sejak 2013. Danone Indonesia terus mendorong pengelolaan DAS terpadu dari hulu hingga hilir melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk melalui skema Pembayaran Jasa Lingkungan (PES).

“Sejalan dengan komitmen kami, Danone Indonesia percaya bahwa upaya keberlanjutan dan bisnis harus terus berjalan secara beriringan,” kata Karyanto. Dengan melibatkan banyak pihak, diharapkan upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi masyarakat dapat berjalan selaras, memastikan ketersediaan air bagi Bali di masa depan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here