Penelitian Lokal Dibutuhkan untuk Bantu Upaya Berhenti Merokok di Indonesia

Marketing– Inovasi teknologi terus dikembangkan untuk membantu masyarakat memiliki hidup yang lebih sehat, termasuk untuk berhenti merokok.

Anggota Dewan Penasihat Himpunan Peneliti Indonesia (HIMPENINDO) yang juga merupakan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Erman Aminullah M.Sc.mengatakan, inovasi teknologi yang seperti rokok elektrik dapat menjadi solusi untuk mengurangi angka perokok di Indonesia.

“Pengembangan teknologi yang terdapat dalam produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik mengeliminasi tar sebagai senyawa paling berbahaya pada rokok, sehingga risiko kesehatannya menjadi jauh lebih rendah. Dilihat dari sudut pandang teknologi disruptif, inovasi ini dapat berpotensi mengubah pola kecenderungan konsumsi dari produk tembakau konvensional ke produk yang jauh lebih rendah risiko,” ungkap Erman.

Namun, terlepas dari inovasi teknologi yang ditawarkan, penerimaan publik terhadap rokok elektrik dan pengembangan teknologi kesehatan lainnya bukanlah hal sederhana.

Dosen senior Global Health, Development, Environment and Pharmaceutical Industry di University of Derby, Inggris Dono Widiatmoko mengatakan, meninjau pengembangan teknologi baru dalam kesehatan terutama di negara berkembang seperti Indonesia sangat kompleks.

“Untuk mencapai manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, penilaian yang menyeluruh dan objektif terhadap pengembangan teknologi baru dalam layanan kesehatan sangatlah dibutuhkan. Jangkauan dampaknya terhadap baik pasien, masyarakat, sistem kesehatan, maupun ekonomi harus menjadi bahan peninjauan. Meskipun suatu intervensi baru dalam layanan kesehatan pasti menimbulkan kontroversi, pembuktian ilmiah yang komprehensif perlu didiskusikan secara terbuka dan dewasa,” jelas Dono.

Inovasi teknologi yang dikembangkan untuk membantu perokok berhenti pun tidak terlepas dari kerumitan ini. Meskipun telah banyak penelitian tentang rokok elektrik yang dilakukan di tingkat global, publik masih cenderung mengabaikan temuan-temuannya dan mendesak dilakukannya penelitian secara lokal. Namun pada saat bersamaan, belum tampak adanya upaya atau keinginan baik dari pemerintah maupun lembaga penelitian untuk mencari jawaban dari perdebatan tentang rokok elektrik dengan melakukan penelitian dalam konteks lokal di Indonesia.

Tantangan Pengembangan Teknologi Berhenti Merokok

Prof. Dr. Erman mengatakan, layaknya inovasi teknologi lainnya, penerimaan publik terhadap inovasi ini (rokok elektrik) masih menghadapi banyak tantangan. Terlebih masyarakat sudah terbiasa dengan konsumsi tembakau konvensional dan tidak memahami perbedaan antara rokok konvensional dengan produk alternatif.

Sebelum rokok eletrik dikenal secara luas seperti sekarang, salah satu metode berhenti merokok yang paling umum digunakan adalah Terapi Penggantian Nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT).

Salah satu produk rokok elektrik

Metode itu menggunakan alat bantu seperti permen karet nikotin, patches (nikotin tempel), dan inhaler (alat penghirup nikotin) untuk menggantikan konsumsi nikotin yang berasal dari rokok tembakau.

Metode tersebut udah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu obat-obatan esensial atau Essential Medicines yang akan membantu upaya berhenti merokok dan praktik terapinya sendiri telah diadopsi oleh klinik-klinik berhenti merokok di Indonesia.

Di tengah-tengah perdebatan tentang efektivitas NRT, para praktisi kesehatan mulai memperkenalkan pendekatan harm reduction menggunakan produk alternatif seperti rokok elektrik, termasuk Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).

Seperti telah disebutkan sebelumnya, produk-produk alternatif ini mengeliminasi senyawa-senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok tembakau konvensional namun pada saat bersamaan juga memberikan pengalaman yang serupa dengan merokok, sehingga para perokok pun jadi lebih mudah dalam meninggalkan kebiasaan buruknya secara perlahan.

Membandingkan efektivitas produk alternatif ini dengan NRT, banyak penelitian tentang rokok elektrik yang mulai bermunculan dan mencoba untuk mencari kejelasan atas perdebatannya.

Salah satu penelitian terbaru dipublikasikan oleh New England Journal of Medicine pada Januari 2019 lalu. Studi tersebut menyimpulkan rokok elektrik hampir dua kali lebih efektif dalam membantu perokok berhenti dibandingkan dengan NRT.

Teemuan tersebut juga didukung oleh studi peer-review yang dilakukan oleh Centre for Substance Use Research (CSUR) dan dipublikasikan dalam Journal of Pulmonary and Respiratory Medicine pada Februari 2019.

Lebih jauh penelitian tersebut menemukan, total rokok yang dikonsumsi oleh peserta penelitiannya mengalami penurunan 73% dalam jangka waktu tiga bulan setelah mereka mulai menggunakan ENDS.

Studi lain dilakukan Harvard Health Publishing pada Februari 2019 lalu. Studi ini menunjukkan rokok elektrik bisa jadi tidak hanya dapat membantu perokok berhenti, tetapi secara signifikan mengurangi dampak buruk kesehatan dari tembakau seperti batuk dan dahak.

Dengan pemerintah telah menjamin semua orang memiliki hak untuk mengakses layanan kesehatan yang lebih baik, perbaikan dan pemajuan alat-alat kesehatan melalui berbagai penelitian perlu dilakukan, Hal ini membutuhkan pendekatan yang lebih terbuka dan technology-minded dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, ilmuwan medis, praktisi kesehatan, serta peneliti demi mendukung upaya berhenti merokok di Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.