Pemimpin Wanita Bukan Ancaman, Tapi Sebagai Penyeimbang (2)

Marketing.co.id – Di luar stereotipe yang kurang menguntungkan dan peluang yang lebih terbuka, para wanita juga harus meningkatkan rasa percaya diri. Kepercayaan diri menjadi faktor penghambat  utama bagi wanita untuk menjadi pemimpin. “Banyak wanita yang memiliki ambisi tinggi namun tidak cukup percaya diri untuk meraih posisi puncak di dunia kerja, karena merasa kesempatan untuknya masih terbatas,” kata Johanna Gani, CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia.

Kurangnya rasa percaya diri pada wanita dibentuk oleh lingkungan yang tidak kondusif. Masih banyak industri, terutama yang selama ini didominasi pria, merekrut wanita untuk posisi kepemimpinan hanya sebagai kewajiban, agar dianggap telah menerapkan kesetaraan gender, dan bukan atas dasar kebutuhan perusahaan untuk tumbuh.

“Karena tugas untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin wanita bukan hanya di tangan wanita itu sendiri, melainkan juga di tangan para pemimpin pria yang mempunyai peran yang penting di dalam memberi kesempatan, mendidik, dan membimbing wanita untuk dapat berkarya dan mengoptimalkan potensinya di dalam kepemimpinan,” tegas dia.

Johanna Gani, CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia. Foto: Ist.

Sebenarnya tidak ada faktor spesifik bagi wanita untuk meraih sukses sebagai pemimpin, karena hal ini juga berlaku bagi mitranya pria. Faktor-faktor tersebut menurut Johanna yakni komunikasi yang efektif. Komunikasi berlaku dua arah dalam arti pemimpin harus jelas dalam menyampaikan sesuatu maupun mendengarkan umpan balik.

Faktor lainnya adalah problem-solving skills, termasuk memiliki pikiran terbuka, mampu menelaah sebuah masalah, dan mengambil keputusan untuk penyelesaian masalah. Terakhir, sikap peduli atau peka terhadap sekitar. “Ini salah satu faktor kuat yang biasanya dimiliki seorang wanita untuk melihat permasalahan dan kesulitan yang dihadapi tim, dan membantu memberikan solusi,” tuturnya.

Para pria tidak perlu khawatir melihat kepemimpinan wanita. Pasalnya, kehadiran pemimpin wanita di perusahaan bisa menjadi penyeimbang. Sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi sebuah masalah maupun sebelum mengambil keputusan bisnis menjadi pelengkap untuk pertumbuhan perusahaan yang lebih sehat. Dengan demikian, jelas Johanna, keberadaan wanita di dalam kepemimpinan bukan merupakan ancaman bagi pria, tetapi menyempurnakan peran pria di dalam kepemimpinan itu sendiri.

Tanpa melupakan peran pejuang wanita di masa lalu, RA Kartini merupakan inspirator klasik bagi perempuan Indonesia. Menurut Johanna, para wanita Indonesia dapat mentransformasi nilai utama perjuangan Kartini yaitu keteguhan dan pantang menyerah.

“Apa pun bidang yang digeluti, keteguhan dan ketekunan perlu dimiliki untuk mewujudkan impian mereka. Bagi mereka yang membawahi banyak karyawan, menjadi inspirasi untuk terus bergerak maju juga menjadi sebuah nilai luhur dari Kartini dalam konteks kekinian,” pungkasnya.

 Editor: Hanantiwi Adityasari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.