Di tengah elektabilitas yang terus menurun, Partai Demokrat melakukan berbagai cara agar dapat menang dalam pemilu 2014. Bagaimana strategi mereka?
Sebagai sebuah partai, Demokrat bisa dibilang masih muda, apalagi bila dibandingkan dengan partai besar lainnya seperti Golkar, PDI-P, dan lain sebagainya. Namun, pencapaiannya dalam dua pemilu lalu terbilang cukup baik.
Pada pemilu 2004, Partai Demokrat memang tidak menjadi nomor satu. Perolehan suaranya di Pemilu legislatif berada di urutan kelima dengan persentase suara sebesar 7,45%. Namun, partai ini sukses mengusung Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden melalui koalisi dengan Golkar.
Barulah pada pemilu tahun 2009 mereka sukses menjadi pemenang dalam pemilu legislatif dengan perolehan suara sebesar 20,85%. Kemenangan ini diikuti dengan keberhasilan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden untuk kedua kalinya.
Pertanyaannya, bisakah Partai Demokrat memenangkan pemilu 2014 seperti pemilu sebelumnya? Mengingat dalam setahun terakhir saja elektabilitas Demokrat terus menurun.
Menurut survei yang dilakukan Harian Kompas dalam tiga periode, elektabilitas partai ini terus menurun. Pada periode ketiga yang diumumkan 8 Januari lalu, elektabilitas Demokrat hanya 7,2%, lebih rendah dari perolehan suara pada pemilu 2004, sebesar 7,45%.
Salah satu penyebabnya adalah banyaknya kasus korupsi yang melibat kader-kader partai ini. Menurut Andi Nurpati, Wasekjen Partai Demokrat, untuk menghadapi hal tersebut Demokrat bersikap tegas memberi sanksi kepada para kader yang terlibat.
“Demokrat adalah partai yang paling tegas memberi sanksi kepada kader yang terlibat, termasuk kader utama. Tidak ada intervensi. Kami siap berantas korupsi,” katanya.
Di samping itu, Demokrat juga masih akan menggunakan sosok SBY sebagai strategi pemasaran politik mereka dalam pemilu kali ini. “SBY adalah ketua umum yang masih tetap memegang kendali terhadap kebijakan umum partai. Oleh karena itu, pencitraan sosok SBY terus dilakukan,” lanjut Andi.
Kalau pada pemilu 2004 Demokrat menggunakan jargon “Bersama Kita Bisa”dan tahun 2009 jargon “Lanjutkan!”, kali ini mereka punya yang baru. Dalam pemilu 2014 kali ini mereka mengusung slogan “Continuity and Change”.
Dengan slogan ini, Demokrat ingin meng-highlight kebijakan-kebijakan yang dibuat selama kepemimpinan Presiden SBY. Inilah yang akan dijadikan senjata untuk menggaet calon pemilih.
Di samping itu, untuk sukses mendulang suara dalam pemilu tahun ini Demokrat juga membidik target-target tertentu yang potensial menjadi pemilih mereka. Setidaknya ada tiga segmen yang akan disasar Demokrat pada pemilu 2014, yaitu segmen pemilih pemula, segmen mengambang, dan segmen fanatik.
Tidak hanya itu, Demokrat juga memberikan perhatian khusus untuk segmen perempuan. Mereka mempunyai departemen khusus yang bekerja menghimpun dan melakukan kegiatan pembinaan perempuan.
Sementara untuk berkomunikasi dengan audiens secara luas, Demokrat juga menggunakan media digital. Mulai dari website hingga media sosial mereka gunakan untuk menyampaikan berbagai program.
Saat ini akun Twitter Demokrat di @PDemokrat memiliki follower sebanyak 15.023. sementara laman Facebook mereka di-like oleh 27.470 user.Sayangnya, mereka tidak memanfaatkan ini secara maksimal untuk membangun komunikasi dua arah. Komunikasi yang terbangun terlihat masih satu arah.
Di tengah kondisi seperti sekarang, dengan cara ini Partai Demokrat menargetkan 15% suara di pemilu 2014. Mampukah Demokrat mencapainya? Kita lihat saja nanti.
Pastinya, pemilu kali ini akan menjadi pemilu yang menarik. Kita bakal melihat apakah Demokrat mampu pulih dari kerusakan citra yang dialami karena berbagai masalah korupsi yang menyeret beberapa kader mereka. (Cecep Supriadi)
Artikel ini pertama kali terbit di Majalah Youth Marketers edisi “Political Marketing”. Anda bisa mengunduh majalahnya gratis di sini.