PanenID, Ambisi Revolusi Jalur Distribusi Petani

PanenID menjembatani pelaku usaha dan petani. Lewat teknologi PanenID, rantai distribusi tani mampu dipangkas dan meningkatkan kesejahteraan petani.

panenID

Isu ketahanan pangan belakangan mencuat. Bukan hanya karena jumlah penduduk yang bertambah dari tahun ke tahun, melainkan juga karena jumlah lahan dan petani yang menggarap lahan semakin sedikit. Tidak heran, dari segi kesejahteraan, profesi petani memang bukan menjadi pilihan pertama.

Salah satu penyebab rendahnya kesejahteraan petani adalah rantai distribusi pangan yang terlampau panjang. Setelah dipanen, sayur mayur ataupun buah harus dikumpulkan kepada pengepul atau tengkulak sebelum dijual ke pasar. Tidak jarang bahkan petani menerima upah hanya setelah hasil panennya laku terjual di pasar. Harga jualnya pun sangat murah. Kesenjangan antara konsumen dan petani inilah yang menjadi perkara dunia pertanian.  Meskipun demand tinggi, supply belum tentu mampu mencukupi dan tepat waktu.

Berlatar hal tersebutlah Astrid Juanita Stephanie, CEO PanenID, tergerak untuk memperpendek rantai distribusi tersebut sekaligus melipatgandakan penghasilan petani.  Ide Astrid sebetulnya datang dari kantor lamanya yakni hotel dan restoran. Astrid yang menjabat national sales manager hotel ternama paham betul kondisi supply & demand hotel dan restoran akan produk pangan segar. Menggandeng rekannya, Johannes, yang memiliki spesialisasi logistik (supply chain) dan IT (software developer), Astrid pun membuat aplikasi PanenID.

“Kami ingin merevolusi agriculture supply chain dengan membuat direct and fair trading platform untuk petani yang akan langsung berhubungan dengan Industri Hotel Restoran Catering (HoReCa). Kami secara khusus hanya menyasar segmen B2B, terutama ke hotel, restoran, kafe, dan katering, yang membutuhkan produk sayuran segar langsung dari petani,” paparnya.

Pada November 2016, Astrid dan rekan menang kompetisi Startup Pitch Day dari BEKRAF. Mulai September─Desember 2016 ia melakukan observasi ke petani, hotel, dan restoran untuk melihat pola yang sesungguhnya terjadi. Berbekal hasil observasi dibantu dengan dinas-dinas terkait, pada Januari 2017 PanenID pun dimulai.

Astrid bertutur, konsep sederhana dari aplikasi yang tersedia di iOS dan Android ini adalah mempertemukan pengelola restoran, hotel, dan katering dengan petani. Untuk itu, target aplikasi PanenID adalah petani, hotel, restoran, dan katering.

“Manfaat bagi petani adalah mereka jadi melek teknologi, lalu mereka bisa menghitung harga pokok produksi (HPP) untuk memastikan mereka selalu untung, mereka memiliki kualitas yang cukup untuk masuk hotel dan yang pasti market access langsung,” katanya.

Aplikasi PanenID memiliki fitur yang menerangkan jenis komoditi yang dijual, harga jual, kapasitas produksi, tanggal panen, serta lokasinya. Sejauh ini jenis komoditi pertanian yang dijual antara lain tomat, brokoli, cabe rawit.

Di samping menjalankan fungsi marketplace, PanenID juga memberikan pendampingan kepada para petani oleh farmer manager yang sudah bergerak di bidang pertanian lebih dari lima tahun. Lewat pemetaan dan pantauan secara teratur tersebut, petani pun paham komoditi yang sebenarnya paling dibutuhkan pasar, sehingga mereka bisa membuat perencanaan tanam yang efektif. Meski baru berdiri di awal 2017, panenID sudah bekerja sama dengan 120 petani di wilayah Petang dan Pancasari, Bali. Selain petani, Astrid pun menggandeng 10 hotel ternama di Indonesia sebagai mitra PanenID, di antaranya yakni Harris Hotel, Santika Hotel, dan Amaris Hotel.

Dari sisi komersil, PanenID menjalankan operasinya dengan funding dari angel investor serta profit yang bersumber dari pendapatan 30% distribution cost. Beruntungnya, pihak pemerintah daerah setempat mendukung upaya pemberdayaan yang tengah dilakukan PanenID. “Investor kami merupakan strategic investor, jadi sangat membantu dari sisi supply, demand, bahkan apps, dan legal semua terbantu. Pemda juga amat terbantu karena kami melalui Dinas Pertanian dan Pariwisata Bali,” tutur Astrid.

Perempuan berambut panjang ini pun mengaku punya ambisi besar mengubah paradigma tentang dunia pertanian yang selama ini sangat jauh dari kalangan muda. Melalui teknologi dan aplikasi mobile PanenID, bukan hanya rantai distribusi pertanian yang dipangkas, melainkan juga gap antara kaum milenial dan dunia pertanian.

“Mimpi saya, bisa menjadikan petani sebagai pekerjaan yang diminati kaum muda, dan mampu menstabilkan harga pasar. Swasembada daerah, swasembada Indonesia,” pungkasnya.

 

Angelina Merlyana Ladjar

“Manfaat bagi petani adalah mereka jadi melek teknologi, lalu mereka bisa menghitung harga pokok produksi (HPP) untuk memastikan mereka selalu untung, mereka memiliki kualitas yang cukup untuk masuk hotel dan yang pasti market access langsung.”

MM.01.2018/W

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.