Pameran Bahan Baku Makanan dan Minuman Terkemuka Bakal Digelar di Jakarta

Jakarta, 4 Juli 2018 – Kementerian Perindustrian Republik Indonesia memasukan industri makanan dan minuman (mamin) sebagai subsektor prioritas pada 2018 dan diharapkan menjadi pendorong tercapainya target pertumbuhan industri non-migas tahun 2018, yakni 5,67 persen. Sektor industri mmamin sendiri berkontribusi sebesar 34% terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-minyak dan gas pada tahun 2017.

Industri mamin ditetapkan sebagai satu dari lima prioritas pemerintah dalam mengembangkan Revolusi Industri 4.0. Kinerja positif yang terus ditunjukkan industri mamin belakangan ini membuka peluang untuk semakin berdaya saing dalam berkompetisi di pasar global.

Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), memproyeksikan tahun ini industri makanan dan minuman dapat tumbuh 9%. Industri makanan dan minuman di Indonesia berpotensi untuk terus bertumbuh antara lain karena permintaan dari segmen milenial. Pelaku bisnis harus melakukan inovasi agar produknya diterima di segmen milenial.”Sekarang di desa-desa muncul kafe-kafe yang ada baristanya. Ini karena karena tuntutan segmen milenial,” tutur Adi saat jumpa pers di Jakarta. Namun dia mengatakan industri mamin di Indonesia masih dihadapkan pada persoalan bahan baku. Sebagian besar bahan baku masih harus diimpor seperti gula, susu, terigu, garam, pewarna,dan flavour.

Besarnya kandungan impor di industri mamin karena permasalahan di industri hulu. Industri hulu lebih lambat berkembang dibandingkan industri hilir.Hal ini disebabkan besarnya investasi di hulu. “Pelaku industri sebenarmya tidak suka impor, karena impor harus dalam jumlah besar dan menyangkut masalah pergudangan, sehingga memengaruhi cashflow,” imbuhnya

Menyinggung penerapan Industri 4.0 Adhi mengatakan, industri 4.0 bukan mengejar volume, tapi mengejar big data seperti data perilaku konsumen.Industri 4.0 banyak diadopsi oleh perusahaan startup dengan tujuan antara lain meraih efisiensi.

Puspo Edi Giriwono, Executive Secretary, South East Asian Food and Agricultural Science and Technology – SEAFAST Center IPB mengatakan, Indonesia merupakan penghasil produk agrikultur terbesar di dunia, dengan varian produk dan komoditas penting seperti kelapa sawit, beras, rempah-rempah, cengkeh, kayu manis, vanila, dan lainnya.

Potensi ini katanya memperkaya cita rasa Indonesia dalam berbagai bentuk makanan dan minuman baik lokal maupun internasional. Sebagai contoh, saat ini sejumlah produk makanan instan memperkenalkan varian khas Indonesia seperti soto, rendang, hingga sambal matah. Produk minuman instan pun tidak kalah variatif dengan hadirnya rasa blewah, kunyit asem, dan wedang jahe.

“Fakta meluasnya permintaan akan cita rasa khas Indonesia ini harus dapat dimanfaatkan oleh industri lokal untuk memperkenalkan keunggulan bahan baku makanan dan minuman yang dimiliki Indonesia sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas tidak hanya di kawasan Asia namun juga pasar global,” tutur Puspo.

Kika: Ben Wong President Director PT UBM Pameran Niaga Indonesia, Adhi S Lukman Ketua Umum GAPMMI, Puspo Edi Giriwono Executive Secretary SEAFAST Center IPB, Aziz Boing Sitanggang, Chair of The PATPI-SEAFAST Center IPB, dan Runghech Chitanuwat Director Group ASEAN UBM Asia (Thailand) Co Ltd

Untuk mengeksplorasi potensi bahan baku makanan dan minuman Indonesia dan memperluas akses pemain industri Indonesia menuju pasar regional, diperlukan platform terpercaya seperti Food ingredients Asia (Fi Asia). Fi Asia hadir kembali untuk ke-4 kalinya di JIExpo Kemayoran,3-5 Oktober 2018 mendatang. Sebagai pameran industri makanan dan minuman terkemuka di Asia Tenggara, Fi Asia akan mempertemukan penyedia bahan baku domestik maupun internasional, distributor, dan produsen makanan minuman.

Rungphech Chitanuwat, Group Director ASEAN, UBM Asia (Thailand) Co Ltd, menegaskan pihaknya akan menghadirkan pameran yang komprehensif pada Food ingredients Asia mendatang. Pameran akan diikuti oleh para pelaku industri bahan baku makanan dan minuman Indonesia, ahli teknologi pangan, pengolahan makanan, perusahaan makanan, dan produsen bahan makanan.

Tahun ini, area pameran lebih luas hingga 40% dibandingkan Fi Asia 2016 di Jakarta. Tak kurang dari 750 peserta pameran dari lokal, regional, dan internasional ambil bagian dalam pameran nanti. Selama tiga hari pameran jumlah pengunjung ditargetkan mencapai 20.000. Selain pameran, terdapat lebih dari 60 sesi konferensi dan seminar teknis dengan isu atau topik yang relevan dengan perkembangan industri mamin terkini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.