OVO Usung Konsep Open Platform

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Selama setahun, perkembangan OVO terbilang mumpuni. Tak hanya memberikan promo menarik, keberhasilan pun dipicu dengan menggandeng berbagai partner.

OVO

Berdasarkan data Bank Indonesia, sampai Agustus 2018 tercatat bahwa transaksi uang elektronik melonjak lebih dari 300%. Adapun volume transaksi uang elektronik sampai periode tersebut berjumlah 297,4 juta transaksi; naik 375% secara year on year dari periode yang sama tahun 2017, yang hanya mencapai 62 juta transaksi. Perkembangan uang elektronik memang terbilang tinggi. Faktor pemicunya antara lain permintaan yang tinggi dari masyarakat, ditambah regulator yang terus menggaungkan less-cash society.

Beberapa perusahaan pun mengajukan diri sebagai penerbit uang elektronik kepada Bank Indonesia. Salah satu yang tercatat adalah OVO—layanan financial technology, yang dibuka secara luas pada 25 September 2017 sebagai sebuah aplikasi pintar yang menawarkan fitur pembayaran, loyalty points, dan layanan keuangan. Sampai saat ini, OVO sendiri sudah memiliki 60 juta user base, menggandeng 350.000 merchant, 400 mal, dan ritel modern di 212 kota.

“Bisa dibilang perkembangan OVO selama satu tahun ini terbilang cepat. Salah satu yang menjadi kunci adalah konsep yang kami usung, yakni open platform. Konsep ini memungkinkan kami untuk melakukan kerja sama dengan berbagai partner yang sudah memiliki ekosistem di dalamnya. Tentu sebagai salah satu pemain, kami sangat mendukung adanya kolaborasi dengan berbagai pihak,” kata Adrian Suherman, Presiden Direktur OVO.

Selain menggandeng berbagai partner, strategi yang dilakukan OVO pun terbilang ekstrem. Salah satu yang menarik perhatian adalah promo-promo yang ditawarkan melalui para partnernya. Sebut saja dengan Grab—mobile platform O2O, yang kerap memberikan tarif promo jika menggunakan pembayaran melalui OVO. Hal ini diakui Adrian bahwa menciptakan use case menjadi salah satu strategi OVO—tak hanya dalam mengembangkan bisnis, tapi juga membentuk ekosistem lebih baik lagi.

Dia menambahkan, dengan melakukan use case maka dapat diketahui bagaimana pola interaksi yang dibutuhkan oleh konsumen dengan sistem itu sendiri, yakni OVO. Agar konsep tersebut mampu memberikan hasil maksimal, maka melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak sangatlah penting. Untuk itu, OVO pun menggandeng partner dari berbagai macam kategori industri seperti ritel, transportasi, restoran, dan lainnya.

“Pada tahap awal, fokus kami adalah membangun ekosistem dengan melakukan kerja sama sebanyak mungkin. Sementara untuk jangka panjang, kami menargetkan bisa menjadi dompet digital bagi semua orang. Untuk itu, segmen market yang kami bidik pun sangat luas, siapa saja,” papar Adrian. “Konsep open platform pun mendukung hal itu, di mana layanan financial technology membutuhkan ekosistem yang terbuka, bahkan saling mendukung satu sama lainnya agar bisa berkembang bersama.”

Ketika disinggung mengenai tahap bisnis lain yang akan dilakukan, dia menjelaskan bahwa sebagai layanan financial technology, OVO tak hanya menyediakan layanan pembayaran. Seperti layaknya uang tunai, OVO juga akan menyediakan layanan bagi pengguna, antara lain layanan saving—lengkap dengan bunga, maupun produk finansial seperti reksadana, asuransi, dan lainnya. Ini menjadi salah satu upaya OVO untuk memberikan layanan finansial secara menyeluruh bagi setiap penggunanya.

Secara bertahap akan terjadi perubahan behavior masyarakat dalam memanfaatkan layanan financial technology. Perubahan perilaku ketika melakukan pembayaran pun akan bergeser; tak hanya melalui cara konvensional, tapi juga ke arah digital. Karena itu, OVO berupaya menggerakkan ekosistem, yakni membawa konsumen untuk berinteraksi. Kemudian, hal utama yang harus dilakukan adalah menanamkan nilai trust.

“Kontribusi transaksi OVO tak hanya di kategori tertentu. Berdasarkan data yang kami miliki, transportasi online bisa memberikan kontribusi lebih di hari kerja, yakni Senin sampai Jumat. Sedangkan untuk akhir pekan, transaksi yang terlihat adalah di ritel, khususnya restoran, karena saat itu banyak anggota keluarga yang menghabiskan waktu di mal dan kerap makan bersama di restoran favorit mereka,” jelas Adrian.

Ya, penawaran promo memang menjadi strategi marketing yang dipastikan berhasil. Terlebih, promo tersebut tak hanya memberikan potongan harga, tapi juga memiliki value lain—semisal kemudahan dalam bertransaksi. Dia tak memungkiri bahwa promo menarik akan mampu mendorong konsumen untuk bertransaksi secara nontunai menggunakan OVO. Tak hanya promo, OVO pun kerap menawarkan program-program menarik lainnya, semisal cashback.

Fisamawati

MM.11.2018/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here