Otentik “Flores” Jadi Added Value

Marketing – Di tengah ketatnya persaingan kedai kopi, Bangflo tampil berbeda lewat desain unik serta rasa otentik kopi Flores.

bangflo
Handrianus Yovin Karwayu (sebelah kiri) Founder & CEO Bangflo. (Foto: instagram Yovin)

Ibarat cendawan di musim penghujan, bisnis kedai kopi (coffee shop) kian menjamur belakangan ini. Ya, meminum kopi, terutama yang digiling dari biji kopi, mendadak jadi tren yang digemari banyak orang, terutama kaum urban di kota metropolitan, seperti Jakarta. Gaya hidup baru ini tentu saja membuka celah bisnis besar sekaligus persaingan pasar yang ketat bagi para peritel kedai kopi. Baik kelas kakap ataupun kelas mikro (UMKM), mereka ramai-ramai berlomba menyajikan seduhan kopi ternikmat bagi pelanggannya.

Handrianus Yovin Karwayu, atau akrab disapa Yovin, salah satunya. Bermodal tabungan Rp10 juta dan hasil menjual mobil pribadi, pria perantau kelahiran Bajawa, Nusa Tenggara Timur, 27 Maret 1984 ini memilih banting setir dari profesinya sebagai karyawan perusahaan tambang menjadi pengusaha kedai kopi. Dia melabeli usahanya tersebut “Bangflo”.

Nama brand-nya, Bangflo, merupakan akronim dari “Banggain Flores”. Bisnis ini dirintis sejak 2015. Yovin merasa tanah kelahirannya mempunyai sumber daya alam terutama kopi yang melimpah dan berkualitas, yang tidak dimiliki daerah lain.

“Sesuai namanya, Banggain Flores, saya ingin membuktikan bahwa penduduk NTT bisa berkreasi. Bekerja menggunakan otak dan skill yang luar biasa sehingga penduduk NTT tidak lagi dipandang sebelah mata. Sesuai dengan visi-misi Bangflo,” ucapnya.

Bukan rahasia memang, kopi Flores menjadi salah satu komoditi yang mendunia. Iklim tropis Indonesia dan subtropis Australia di wilayah NTT menghasilkan kondisi lingkungan yang khas. Hal inilah yang memunculkan kopi Flores dengan cita rasa unik dan nikmat. Ditambah lagi, dirinya mengombinasikan gula aren khas Kupang sebagai diferensiasi yang menjadikan kopi Bangflo punya kenikmatan otentik. Beberapa menu andalannya antara lain kopi khas Flores; single origin coffee seperti kopi Manggarai, kopi Bajawa, dan kopi Adonara. Kopi-kopi tersebut disajikan panas dan dingin (es kopi) serta dalam kemasan RTD (botol).

Yovin membuka gerai pertamanya di kawasan BSD berupa ruko. Tak lama berselang, dirinya membuka gerai kedua di kawasan Kampus Atmajaya, Jakarta Selatan, yang juga merupakan almamaternya. Gayung pun bersambut, Yovin membuka gerai ketiga di Living World Alam Sutera. Rentang waktu berdirinya tiga gerai Bangflo memang terhitung singkat. Namun, gaung awareness Bangflo sebagai brand sangatlah kuat, terutama di ranah digital.

Hal ini berkat keuletan, konsistensi, dan kerja keras Yovin dan tim dalam mengomunikasikan brand Bangflo lewat media sosial. Value sebagai komoditi kekayaan Flores menjadi poin lebih yang membedakan Bangflo ketimbang kedai kopi sejenis. Strategi lain yang dilakukannya adalah mengelaborasikan kuliner dengan kerajinan tangan dan pariwisata FLores pada setiap kedai kopinya.

“Jadi, cita rasanya itu dari kopi dan gula Kupang yang mau kita globalkan. Ada juga dari tourism-nya, dari handicraft seperti tenun, ikat dan kerajinan dari Flores. Inginnya sebelum orang jauh-jauh pergi ke Flores bisa mengenal Flores lewat Bangflo terlebih dahulu,” kata Yovin.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Bagi Yovin, menjadi seorang entrepreneur tidak hanya mewujudkan ambisi pribadi, tetapi juga menjadi bermanfaat bagi masyarakat sekitar, terutama masyarakat Flores.

Seluruh pegawai yang bekerja di Bangflo berasal dari Flores. Mulai barista hingga waiter. Kebanyakan pegawai yang direkrut bukan berlatar belakang kuliner dan tidak mempunyai keahlian meracik kopi. Jadi, mau tidak mau, Yovin harus bekerja ekstra memberikan pelatihan kepada mereka. Selain itu, dirinya juga bekerja sama dengan petani lokal di Flores dalam mengolah lahan sumber daya pasokan Bangflo.

Sejauh ini puluhan juta rupiah dikantongi Yovin dari usahanya. Rata-rata profit yang didapat dari setiap kedai kopinya Rp60 juta. Baru-baru ini produknya bahkan tidak hanya didistribusikan di Indonesia, tetapi juga ke negara lain.

“Tahun ini lagi fokus untuk menjual kopi ini ke Korea. Targetnya, 1–2 ton biji kopi didistribusikan ke negara tersebut. Untuk pendistribusian di domestik, jumlahnya mencapai 10 ton kopi,” tambahnya.

Selain Korea, Bangflo juga masuk Uzbekistan. Yovin bertutur, awalnya dari undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia kepadanya. Ketika itu, ada acara resepsi kenegaraan. Dia diberi kesempatan untuk menyajikan kopi-kopi Indonesia. Yaitu, kopi khas Kupang dengan kombinasi susu dan gula aren. Hasilnya luar biasa. Kopinya diserbu hingga ludes.

Yovin mengaku perjalanannya mengembangkan Bangflo masih sangat panjang. Hingga kini, pameran serta pergelaran musik tradisional rutin diikuti. Kopi Bangflo disajikan di tengah-tengah pertunjukan atau pameran. Strategi promosi tersebut dinilai cukup ampuh untuk menarik para konsumen menikmati kopi buatannya. Ke depan, pria berambut gondrong ini berambisi untuk membuka gerai eksklusif Bangflo di tanah kelahirannya di Flores, sebagai base camp.

Adia Bimala

MM.06.2019/W

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.