www.marketing.co.id – Data, entah itu bentuknya berupa data demografi konsumen, psikografi, atau perilaku pembelian, seberapa banyak di antara kita, khususnya yang mengaku sebagai pemasar alias marketer benar-benar mencintai data? Seberapa banyak dari kita yang benar-benar melakukan pengukuran pasar, menerapkan pemilahan dengan baik dan mengaplikasikan berbagai bentuk analisa dengan baik sehingga akhirnya terbentuklah strategi pemasaran yang tajam dan presisi?
Sepanjang yang saya ketahui berdasarkan hasil analisis kira-kira saya, jumlahnya belum dapat dikategorikan sangat signifikan. Tentu saja hal ini adalah suatu tindakan yang sangat disayangkan. Apalagi jika kita melihat kondisi pasar Indonesia yang ukurannya semakin besar, semakin masif dan semakin terfragmentasi. Ukuran pasar yang meningkat secara signifikan dari sisi kuantitas sama dengan besaran data yang semakin menggila. Besaran data yang semakin menggila berarti perlu adanya prediksi yang akurat untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan strategi yang telah kita buat.
Berhubung pekerjaan saya berkaitan erat dengan dunia digital, maka saya juga akan memfokuskan tulisan saya mengenai analisa data masif dalam perspektif dunia digital. Dalam konteks dunia digital, analisa data masif yang tepat dapat memberikan prediksi pasar yang lebih tajam. Namun yang lebih menarik lagi, dampak terbesar dari data masif adalah terciptanya sebuah wilayah atau pasar yang benar-benar baru.
Jika kita berbicara data masif dalam dunia digital, tentu saja contoh-contoh terbaik yang dapat diambil adalah Google. Google dengan kemampuannya mengoleksi data dalam skala super masif di era digital telah menempatkan mereka sebagai salah satu contoh tersukses pengumpulan dan pemanfaatan data masif, khususnya yang berkaitan dengan perilaku konsumen.
Jasa iklan Google, yang biasa kita kenal dengan sebutan Google Adwords, memberikan sumbangsih terbesar terhadap arus kas Google hingga mencapai angka 90% pemasukan. Dalam kasus Google, mereka memberikan tidak sekedar data perilaku konsumen yang sangat besar, namun mereka juga memberikan nilai layanan yang sangat tinggi dalam bentuk target ads based.
Contoh lainnya tentu saja Facebook dengan jumlah akun terdaftar melebihi angka satu milyar. Facebook dengan layanan iklannya tentu saja bergantung kepada data masif yang mereka miliki agar pemasukan terus bertumbuh kembang. Semakin besar skala data yang Facebook miliki, semakin besar pula kemungkinan sukses yang mereka raih, dan tentu saja kemampuan mengorganisasi dan menganalisa data akan berperan sangat penting untuk menjaga pertumbuhan yang sehat dan terarah.
Bagaimana jika kecintaan untuk mengumpulkan data dalam skala masif dan menganalisanya kita terapkan ke area lainnya? Tentu saja kita akan memperbesar kemungkinan kesuksesan strategi yang kita jalankan. Sebagai contoh jika kita terapkan dalam dunia layanan kesehatan, dengan adanya usaha pengumpulan data dalam skala masif dan melakukan analisa yang tepat dan presisi akan memberikan kemajuan signifikan dalam memberikan layanan pengobatan personal.
Kesimpulan yang dapat kita ambil di sini adalah semakin masif dan bervariasi data yang kita miliki, tentunya kita akan memiliki dampak yang lebih besar pula. Tentunya, kita harus dapat memaksimasi nilai dari data masif yang kita miliki dengan membuatnya lebih rapi, terstruktur, dinamis dan mampu memenuhi kebutuhan personal para pelanggan kita.
Konkritnya, kalau Anda ngidam kesuksesan, cintailah data. (Andika Priyandana – Chief Editor Marketing.co.id)