Mutu Bintang 5 Harga Kaki Lima

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

MARKETING.co.id – “Hanya orang bodoh yang mau jual menu murah, tapi servisnya kelas restoran,” kata-kata itu meluncur dari David Vincent Marsudi, President Director PT Pendekar Bodoh yang mengelola restoran D’Cost Seafood. Kata-kata ini justru menjadi dasar D’Cost untuk mengembangkan bisnisnya.

Di industri kuliner, masalah rasa terkadang mengalahkan segalanya. Kalau sudah berkenan di hati dan terasa mak nyus di lidah, maka orang akan cari tempat makan kesukaannya, sampai ke pelosok mana pun. Apalagi ditambah harga yang murah, dijamin penjual akan kewalahan menghadapi pengunjung yang datang.

Konsep dasar mutu bintang lima harga kaki lima inilah yang ditawarkan oleh restoran D’Cost Seafood. Restoran ini menyajikan aneka makanan (terutama hidangan laut) yang cepat, segar, hangat, dan lezat dalam ruang makan sekelas restoran yang bersih dan nyaman. Di sana tersedia ratusan kursi dan dilengkapi dengan sistem telekomunikasi internet, sehingga tercapai pelayanan yang efektif dan efisien serta ekonomis.

Menurut David, kebijakan harga murah dan mutu bintang 5 yang ditawarkan D’Cost adalah hasil riset timnya selama bertahun-tahun. “Di D’Cost, harga makanan yang dijual tidak lebih dari biaya ibu masak makanan sendiri di rumah (harga kaki lima),” ujarnya.

Berbicara segmentasi dan target market, D’Cost merupakan restoran untuk segala kalangan dan umur. Mayoritas adalah usia 18–60 tahun, dengan skala ekonomi sosial mayoritas B–C, mulai dari keluarga, pengusaha, karyawan, buruh, pelajar, mahasiswa, dan lain-lain.

Pada awalnya D’Cost mempromosikan diri secara inovatif dengan melakukan beragam aktivitas marketing yang ada, seperti potongan harga dan lain sebagainya yang dikomunikasikan lewat iklan (ATL). Namun, seiring perjalanan waktu, para pengunjung yang puas dengan pelayanan yang D’Cost berikan secara sukarela merekomendasikan D’Cost kepada teman dan keluarga mereka.

“Akhirnya lewat mulut ke mulut (word of mouth) D’Cost semakin terkenal di masyarakat dengan konsep restoran harga kaki lima mutu bintang 5 serta inovasi-inovasi strategi marketing yang kreatif,” imbuhnya lagi.

Jika diperhatikan, promo D’Cost selalu unik dan berbeda dengan yang biasa dilakukan restoran umumnya. D’Cost berani mengadakan diskon umur, diskon gerombolan, up to you price (untuk pemilik kartu kredit) berupa promo makan sepuasnya dan bayar sesuka hati. Kemudian di dunia digital, D’Cost memberikan menu gratis bagi setiap konsumen yang memberikan “like” pada Facebook page-nya.

Selain itu, untuk lebih meningkatkan loyalitas pelanggan dan meningkatkan brand awareness di masyarakat, D’Cost memiliki program D’Cost Peduli; sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada masyarakat yang telah mendukung D’Cost. Beberapa aksi peduli lingkungan telah dilakukan D’Cost, di antaranya dengan mengadakan Operasi Masak Nasi Goreng untuk masyarakat kurang mampu di 22 lokasi perumahan kumuh di Jabodetabek, Surabaya, dan Banjarmasin. Masyarakat kurang mampu tersebut dapat menikmati Nasi Goreng D’Cost yang lezat dengan membayar sesukanya (up to you price).

Soal penggunaan teknologi terkini dalam aktivitas usaha, D’Cost menjadi pionir. Semua karyawan disediakan fasilitas iPod untuk berkomunikasi dengan bagian dapur untuk pemesanan makanan. Mungkin D’Cost menjadi satu dari sedikit restoran di Indonesia yang ramah teknologi tinggi. Inovasi terbarunya adalah masyarakat bisa memesan atau order dari mana saja melalui iPad, dengan meng-input jumlah orang dan bujet yang diinginkan.

Software dan teknologinya sudah mendukung untuk hal itu. Masyarakat tinggal memanfaatkannya saja. Nanti semua pemilik smartphone dan Android juga bisa melakukan ordering via gadget mereka ke D’Cost terdekat,” kata David sembari berpromosi.

Kini D’Cost telah menyebar di delapan kota besar di Indonesia, dengan 51 outlet, 3 call center D’Cost Delivery, 1 sentral kitchen, 1 sentral logistik, dan 1 D’Cost Academy. Rencananya, D’Cost juga akan diwaralabakan pada tahun 2013.

Menyikapi persaingan di industri kuliner tanah air yang cukup ketat, David mengatakan, pihaknya menganggap pemain lain bukan sebagai ancaman. Ia mengungkapkan, dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyaknya mencapai 200 juta jiwa lebih, banyaknya pemain baru yang muncul bukan menjadi ancaman, selama D’Cost fokus dengan konsep awal, yaitu menjual dengan harga makanan hasil ibu masak sendiri di rumah dan menjaga kualitas mutu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here