MSG: Melezatkan atau Menyesatkan?

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Masyarakat sering kali mendengar kata “lezat” ketika berbicara tentang makanan, namun tahukah Anda apa yang sebenarnya dimaksud dengan “lezat”? Bagaimana makanan bisa “dilezatkan”? Pertanyaan ini diangkat dalam acara edukasi penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) yang diadakan oleh Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) di Studio Kreasi Sasa, Jakarta.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pakar, termasuk Irvan Kartawiria dan Harry Nazarudin, yang dikenal sebagai Duo Kimiasutra, serta Dr. Dase Hunaefi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka bersama-sama mengungkap makna di balik kata “lezat” dengan mengajak peserta untuk melakukan eksperimen rasa, memahami bagaimana proses “melezatkan” terjadi, serta bagaimana MSG berperan dalam menciptakan cita rasa yang lebih intens pada masakan.

Satria Gentur Pinandita, Ketua Bidang Komunikasi P2MI, menjelaskan bahwa kegiatan edukasi ini bertujuan untuk meluruskan anggapan negatif mengenai MSG. “Kami ingin masyarakat mendapatkan informasi yang benar tentang MSG. Ini bukan hanya untuk mengurangi ketakutan dan mispersepsi, tetapi juga untuk memastikan konsumen dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan berdasarkan fakta,” ujar Satria.

MSG atau micin, menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), aman digunakan dalam bahan pangan selama pemakaiannya rasional. Irvan Kartawiria dan Harry Nazarudin juga menekankan bahwa MSG, seperti halnya mentega dalam masakan barat, adalah penguat rasa yang bekerja optimal dalam dosis tertentu. “MSG berfungsi seperti memori rasa yang memperkuat cita rasa, sama halnya dengan bahan-bahan lain yang digunakan dalam kuliner,” tambah Irvan.

Masyarakat sering kali menganggap glutamat hanya berasal dari MSG, padahal glutamat alami juga ditemukan dalam berbagai bahan makanan, seperti kecap, terasi, rumput laut, tebu, jengkol, serta beberapa sayuran seperti tomat dan jamur. Bahkan, zat ini ada secara alami di dalam tubuh manusia, termasuk pada Air Susu Ibu (ASI).

“Monosodium Glutamat adalah penguat rasa yang mengandung 30% lebih sedikit sodium dibandingkan garam. Ini membantu mengurangi penggunaan garam dan gula dalam resep untuk mencapai rasa yang lebih lezat dan lebih sehat,” ujar Irvan.

Shiv Shagal, CEO PT Sasa Inti, yang juga hadir dalam acara tersebut, menambahkan, “Kami berharap acara ini tidak hanya memberikan informasi baru, tetapi juga menjadi langkah awal untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang MSG. Kami ingin menjadikan ‘lezat’ bukan hanya sekedar pengalaman, tetapi juga pengetahuan yang dapat dibagikan kepada masyarakat luas.”

Acara diakhiri dengan makan siang ala fine dining yang disiapkan oleh mahasiswa program hotel bisnis Universitas Podomoro, berkolaborasi dengan Corporate Chef PT Sasa Inti. Peserta diajak untuk mencicipi kuliner Asia, seperti Sup Tom Yam dan Soto Betawi, dan merasakan sendiri bagaimana MSG dapat digunakan dengan tepat untuk memperkuat rasa masakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here