Meraih Untung dari Kelucuan Anjing Ras

Banyak peluang bisnis tercipta dari hewan peliharaan, salah satunya My Dog yang memanfaatkan kelucuan anjing ras untuk meraih keuntungan.

MY DOG INDONESIA

Anjing ras memang punya banyak pengagum di seluruh dunia. Bukan cuma karena menggemaskan dan lucu, tapi loyalitas dalam menjaga majikannya agar selalu aman pun jadi alasan hewan berkaki empat ini banyak disukai dan dijadikan peliharaan. Fenomena ini ternyata dilirik sebagai peluang bisnis oleh Muhammad Halilintar Radjawali yang karib disapa Jenggo.

Berbekal kreativitas dan jeli melihat peluang, Jenggo mencoba peruntungan menekuni usaha pernak-pernik berdesain anjing, mulai dari aksesori, fashion, hingga kerajinan tangan. Ide tersebut didapat dari kesedihannya lantaran dilarang memelihara anjing oleh mertuanya dan harus berpisah dengan King Kong, anjing pug kesayangannya yang diberikan kepada orang lain.

“Malam terakhir sebelum diadopsi, saya pandangi muka dan mata King Kong, muncullah ide usaha membuat produk bertema anjing yang bisa dipakai penggemarnya, khususnya anjing ras. Sebab jenis anjing ini sangat populer di Indonesia, tapi menggunakan karakternya tidak kena royalti,” katanya.

MY DOG INDONESIA

Berdasarkan pengalaman Jenggo, banyak pencinta anjing ras termasuk dirinya yang kesulitan mencari kaus bergambar anjing yang baik dan berkualitas. Bahkan tak jarang harus berburu ke luar negeri untuk mendapatkannya. Adanya demand inilah yang mendorongnya untuk menjual kaus bergambar muka anjing ras pada tahun 2010.

“Menggeluti bisnis pernak-pernik bertema anjing dimulai pelan-pelan. Produk pertama yang dibuat My Dog adalah kaus bergambar anjing dengan modal Rp15 juta. Gambarnya sendiri dipesan dari seniman; setelah terkumpul 15 gambar, barulah dibuat kaus dengan berbagai ukuran,” sebut Jenggo.

Tak dia pungkiri, sebetulnya penjual dan pembuat kaus bergambar anjing sudah ada, tetapi kebanyakan dilakukan oleh tukang kaus. Tak ingin dianggap sebagai pedagang kaus, ia pun melakukan kegiatan komunikasi pemasaran melalui media sosial dalam rangka membangun dan membesarkan merek My Dog.

“My Dog memosisikan diri sebagai produk kreatif bagi kalangan pencinta anjing. Lewat media sosial, Facebook dan Instagram, mulai dikenalkan ke penggemar anjing, baik individu maupun komunitas online. Dari situ My Dog dikenal dan mendapatkan pesanan dan penjualan,” ujar Jenggo.

Desain dari Hati

Kendati mulai mendapatkan tempat di hati pencinta anjing, usaha pernak-pernik yang digeluti Jenggo belum mendatangkan keuntungan. Bahkan bisa dikatakan masih merugi karena dana penjualan, produksi, dan pengembangan masih kacau. Ia pun masih harus menyuntikkan dana sebesar Rp15 juta sebanyak enam kali.

MY DOG INDONESIAKondisi tersebut tak membuat Jenggo patah arang menjalankan usahanya. Dengan sabar dan konsisten, ia fokus mengembangkan kualitas dan varian produknya agar bisa mengikuti pameran. Setelah tiga tahun berjalan, lini produk My Dog telah mencapai 500 stock keeping unit (SKU). Jumlah ini cukup untuk memenuhi booth ukuran 3X3 meter.

“Pameran pertama yang diikuti yakni Dog Show 2013 di Kota Kasablanka. Setelah ikut pameran, My Dog semakin terkenal dan konsumen terus berdatangan. Alhasil, perputaran usaha kian ideal sebab stok produksi berbanding lurus dengan penjualan,” jelas jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Penjualan yang membaik membuat Jenggo kian terpicu untuk mengembangkan produk. Kini My Dog telah memiliki beragam produk bertema anjing, mulai dari kategori fashion, aksesori, dan kerajinan tangan, meliputi kaus, topi, tas, sandal, gantungan kunci, magnet kulkas, mug, patung, lukisan, tempat tisu, dan lainnya.

“Desain muka anjing di seluruh produk hanyalah anjing ras, seperti husky, beagle, corgy, bulldog, dan pug. Topi merupakan produk yang paling diminati pelanggan. Biaya produksinya murah, tapi harga jualnya lumayan tinggi karena desain yang menarik dan unik,” beber dia.

Soal produksi, My Dog menjalin kerja sama dengan 12 perajin di Bandung, Jakarta, dan Sukabumi. Dalam sebulan, total produk mencapai 1.840 SKU dan terus ditambah guna memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, sehingga mereka tidak hanya senang dengan produknya tetapi bangga ketika mengenakannya.

Menurut Jenggo, mendesain produk tidak hanya membutuhkan otak, tapi perlu menggunakan hati untuk menghasilkan rancangan orisinil. Merefleksikan kebutuhan sekitarnya, sekaligus berempati pada kalangan yang membutuhkan produk tersebut. “Obsesi saya membuat sebanyak-banyaknya barang desain anjing yang bisa dipakai manusia,” ujarnya.

Rambah Pasar Luar Negeri

Produk My Dog dijual di online melalui marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Selain itu dipasarkan lewat agen di Batam, Jakarta, dan Bali. Keberadaan agen di Batam tidak hanya dimanfaatkan untuk penjualan di pasar lokal, tapi juga mendukung penjualan marketplace Singapura karena lebih dekat dan biaya pengiriman lebih murah.

My Dog juga memiliki toko di Mall Taman Anggrek, Jakarta. Namun, sepinya pasar ritel, khususnya di Jakarta yang turut dirasakan Jenggo, membuat dirinya terpaksa memindahkan tokonya ke Lippo Kuta Mall, Bali. Bahkan ia menargetkan akan membuka dua toko baru, di Nusa Dua dan Ubud. Memilih Bali karena ritel di sana tidak pernah sepi dan hal tersebut merupakan upaya My Dog untuk menggarap pasar wisatawan mancanegara.

“Pernak-pernik buatan My Dog tidak hanya diminati pencinta anjing, tapi juga kerap diberikan sebagai cenderamata atau hadiah kepada orang umum. Harganya pun relatif terjangkau berkisar Rp15.000 hingga Rp500.000,” sebut Jenggo.

Perihal target pengembangan My Dog, Jenggo berencana merambah pasar luar negeri dengan membuka cabang di Belanda dan Australia. Meski sebenarnya produk My Dog telah sampai ke Spanyol, dipasarkan sebagai barang unik untuk acara festival atau karnaval tahunan di sana.

“Targetnya tahun 2018 sudah buka di kedua negara tersebut. Mimpi saya My Dog dikenal dan digunakan oleh semua kalangan dari berbagai belahan dunia,” pungkasnya.

 

Moh. Agus Mahribi
MM.11.2017/W

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.