Meracik Ulang Bisnis Smailing Tour

Setelah menempuh pendidikan pariwisata di Amerika Serikat, tahun 1997 Anthony Akili pulang ke Indonesia untuk menangani Smailing Tour. Modal menangani Smailing Tour diperoleh bukan hanya dari bangku kuliah, namun juga pengalaman bekerja sebagai pemandu wisata dan konsultan manajemen di AS.

smailing tour

Bekerja sebagai pemandu wisata dilakoni ketika Anthony kuliah S1 jurusan Tourism Management di Chaminade University of Honolulu, Hawaii. Dia melayani turis dari negara-negara Asia. Ketika mengambil gelar master di Arthur D. Little of School Management di Massachusetts, dia nyambi menjadi konsultan manajemen.

Kelahiran Jakarta 7 Agustus 1973 ini awalnya diberi tugas untuk membenahi divisi sales dan marketing. Malang tak dapat ditolak, tahun pertama di Smailing Tour, Indonesia menghadapi krisis ekonomi. Dampaknya sangat keras memukul industri pariwisata. Dia pun terpaksa melakukan rasionalisasi dan mengubah fokus bisnis yang diwariskan ayahnya dan pendiri Smailing Tour, Rudy Akili.

Bagaimana kiprah pria yang suka memasak ini dalam meracik ulang bisnis Smailing Tour, tantangan apa saja yang dihadapi? Berikut petikan wawancara dengan Anthony Akili, President & CEO Smailing Tour, di kantor pusat Smailing Tour, Jalan Majapahit, Jakarta.

Bagaimana kondisi Smailing Tour saat Anda masuk?

Tahun 1998 Indonesia mengalami krisis. Kami punya cabang sampai 50 di perkantoran di Jakarta. Saat itu kami masih fokus di holidays. Saya pegang marketing dengan zero budget. Situasi negara sedang sulit, orang tidak punya pikiran untuk pergi jalan-jalan. Waktu itu yang saya lakukan bagaimana agar perusahaan bisa survive. Kita pangkas kantor cabang dari 50 menjadi tinggal 8. Karena kita sewa gedung pakai dolar AS, sementara dolar AS sudah Rp15.000-an waktu itu. Kita lakukan konsolidasi. Kita hanya buka cabang di gedung milik sendiri.

Dulu tour kita sangat kuat, kita lakukan rasionalisasi di bagian tour sampai 85%. Jadi kita lakukan perampingan organisasi. Ibaratnya menghadapi perang, badannya harus ringan dulu. Kalau berat nanti tenggelam semua. Tahun 1998 akhir kita putuskan untuk shifting bisnis dari leisure ke corporate travel, karena leisure pada saat itu permintaannya sangat kecil. Tapi corporate travel atau perjalanan dinas permintaannya tetap stabil.

Berapa lama konsolidasi?

Tahun 1999 sudah full operation untuk corporate travel. Kalau dulu bisnis Smailing Tour 70% di leisure, tahun 2000 posisinya sudah terbalik; 70% corporate travel.

Siapa yang menggagas untuk melakukan shifting bisnis, ayah Anda atau Anda sendiri?

Saya, karena saya tidak bisa memprediksi pertumbuhan bisnis leisure ke depan. Perubahan fokus bisnis bukan pekerjaan sehari-dua hari. Persiapannya harus komprehensif, ada infrastruktur yang harus kita bangun, harus men-training ulang karyawan, karena bisnis leisure dan corporate travel berbeda.

Apa yang membedakan leisure dengan corporate travel?

Leisure menjual jasa atau produk sesuai permintaan customer dengan harga yang murah. Kalau Corporate kita harus compliance, tidak ada hanky pangky (kongkalikong) dalam bisnis, kita harus melakukan good corporate governance (GCG). Pada saat kita dipercaya meng-handle suatu perusahaan, kita berfungsi seperti penjaga gawang atau “polisi” perusahaan agar jangan sampai terjadi sesuatu hal di luar kesepakatan dan merugikan mereka

Mana lebih besar, untung dari leisure atau corporate travel?

Di ritel (leisure), tapi risk-nya juga lebih besar. Corporate travel kerjanya lebih complicated, karena banyak sekali klien yang tidak mengerti cara kerja corporate travel. Rata-rata perusahaan di mana pun di dunia, cost terbesar sesudah gaji adalah perjalanan dinas dan entertainment. Dulu banyak klien kita yang tidak memiliki kebijakan, misalnya siapa pun bisa terbang dengan airline apa saja, bisa tinggal di hotel mana saja, dan pembukuannya berantakan.

Kita sudah belajar, bagaimana mengelola corporate travel yang benar, kita bikin travel policy untuk membantu klien kita mengatur hal-hal terkait perjalanan dinas, misalnya level staf dan direksi terbang dengan airline apa, siapa yang boleh terbang dengan economy class dan siapa yang boleh terbang dengan business class. Siapa yang boleh tinggal di hotel bintang 3 atau bintang 5. Lebih dari itu, kita juga reporting ke klien, siapa yang tidak mengikuti kebijakan travel yang sudah disepakati. Karena jika peraturan dilanggar, berarti ada saving yang lost.

(bersambung page 2)

1 COMMENT

  1. Saya dulu adalah pelanggan yg sering menggunakan jasa smailing tour untuk berlibur dan selalu puas…tapi beberapa tahun terakhir saya lebih pilih travel agent lain yg lebih murah dan juga puas..dan pd pameran di mkg tgl 20 maret 18 saya sdh bayar dp dismailing utk ke eropa utk 17 mei 18.tapi spt nya peminat yg mau ikut smailing sedikit krn sp menjelang akhir pameran tdk bertambah pesertanya sedangkan dr travel.agent lain yg semula saya mau daftar yg petama 0 dinyatakan sdh full…knp dgn smailing?
    Saya jd was2 liburan saya gagal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.