Menyederhanakan yang Kompleks

www.marketing.co.id – Sadarkah Anda, semakin produk Anda masuk dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari persoalan hidup manusia, semakin dahsyat pula produk Anda?

Di masa mendatang handphone dengan segala kelebihannya akan menjadi produk dengan unlimited function. Kita mungkin tidak membayangkan kekuatan apa lagi yang bisa muncul dari sebuah telepon seluler.

Tiga puluh lima tahun yang lalu kita masih terheran-heran jika ada adegan film yang menampilkan seseorang melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang lain—dan bisa melihat wajah lawan bicaranya—di jam tangan. Bahkan, mungkin kita menganggapnya mustahil. Tapi handphone telah mewujudkan impian tersebut ke lebih banyak orang.

Maka, berterima kasihlah pada handphone yang membuat hidup kita lebih mudah pada masa sekarang maupun mendatang. Sekalipun kalau dipikir-pikir, dua puluh lima tahun lalu hidup kita pun sebenarnya sudah nyaman tanpa adanya alat ini.

Manusia yang semakin hidup dalam kompleksitas pada akhirnya akan mencari kesederhanaan. Handphone adalah salah satu benda yang akan terus-menerus menyederhanakan kompleksitas hidup manusia. Jack Trout yang menjunjung tinggi teori fokus, dalam seminarnya di Jakarta, pernah menyebut handphone sebagai produk yang tidak fokus. Semua benda ada di dalamnya, mulai dari kalkulator, permainan, kamera sampai televisi. Menurutnya, konsumen akan semakin bingung dengan aneka fitur yang ada di dalam ponsel. Saya justru termasuk yang kurang setuju dengannya dalam hal ini. Ketika manusia hanya menghadapi satu persoalan saja dalam hidupnya, dia tidak membutuhkan produk yang kompleks.

Tapi semakin hari manusia semakin hidup dalam beragam persoalan. Menariknya, hal ini sebagian merupakan kerja orang pemasaran. Sebagai marketer kita dituntut supaya membuat persoalan baru bagi manusia. Kalau manusia tidak punya persoalan, produk kita tidak laku, katanya! Itulah sebabnya kesederhanaan akan menjadi sesuatu yang akan dicari oleh manusia di masa mendatang. Kalau bisa, semua persoalan hidup manusia bisa terselesaikan dengan satu benda.

Karena itu handphone memang merupakan produk yang tidak fokus, tapi bisa membuat manusia lebih fokus menyelesaikan beberapa persoalan hidupnya. Mulai dari urusan komunikasi, potret-memotret, mencari berita, menonton televisi sampai membayar tagihan. Bahkan handphone akan menjadi dompet Anda. Cuma masalah waktu saja yang membuat simcard seluler bisa menjadi e-wallet atau kartu ATM. Dengan teknologi Radio Frequency Identification (RFID), cukup dekatkan ponsel Anda ke mesin pembaca di supermarket dan transaksi keuangan pun terjadi.

Oleh karena itu, industri seluler menurut saya tidak akan pernah kering ide. Begitu banyak persoalan hidup manusia akan diserahkan kepada handphone dan begitu banyak persoalan baru manusia yang akan diciptakan oleh produk yang satu ini.

Memang, melihat pemanfaatan teknologi IT yang masih berjalan lambat  di Indonesia, semua ide ini seperti jauh panggang dari api. Persoalannya cuma bagaimana membuat masyarakat Indonesia yang masih gagap teknologi ini jadi semakin memahami teknologi. Tapi, saya percaya teori yang mengatakan bahwa jika seseorang sudah memahami sebuah teknologi, maka penyerapan terhadap teknologi yang baru akan semakin cepat, bahkan bersifat eksponensial.

Di sisi lain, masih cukup banyak orang Indonesia yang membeli ponsel bekas, yang berarti juga membeli teknologi yang satu atau dua step tertinggal di belakang. Tapi dengan semakin murahnya teknologi membuat harga handphone juga akan semakin murah. Konsumen akan semakin mudah mengejar ketertinggalan dalam teknologi. Yang semakin menguntungkan bagi industri seluler nantinya justru adalah value added yang terus ditambahkan untuk membuat konsumen terus-menerus berganti handphone.

Tentunya dengan semakin besarnya kemampuan handphone menyelesaikan persoalan akan membuat kompleksitas di dalamnya. Handphone akan menggantikan fungsi komputer, kamera profesional, ATM, televisi, buku, dan lain-lain. Artinya, manusia harus mempelajari kompleksitasnya terlebih dahulu untuk memudahkan mengatasi persoalan. Jangan-jangan 10 tahun lagi ada banyak kursus menggunakan handphone di Indonesia.

Kesimpulannya, betapa berbahagianya kita jika produk kita bisa menyelesaikan kompleksitas hidup manusia, karena mereka akan selalu bergantung pada produk kita. Pertanyaan selanjutnya, kompleksitas hidup apa yang bisa disederhanakan lewat produk kita? (Rahmat Susanta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.